Part 1

13 6 0
                                    

Happy reading guys

Jangan lupa vote and vomen😁

***

"Mau kalian apa sih, hah!?"

Devano Wijaya, menghentikan langkahnya ketika mendengar suara teriakan seorang perempuan.

Siapa?

Kepalanya celingak-celinguk mencari suara tersebut. Menatap sekeliling yang mulai sepi.

Jam dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 10.45 malam. Lalu siapa yang berteriak jam segini?

Gak mungkin mbak Kunti 'kan? Tapi masa mbak Kunti bisa teriak sih?

Penasaran. Devano melupakan niatnya untuk masuk ke dalam supermarket di depannya.

Ya, Devano baru saja hendak ke supermarket atas permintaan sang Ibunda tercinta. Tapi, karena rasa penasaran pada dirinya meronta-ronta jadilah dia berputar. Berjalan ke arah gang di samping supermarket yang terlihat luar biasa sepi, entah apa yang merasukinya.

"Ha-ha-ha, tenang Lei. Gak usah teriak juga."

Sayup-sayup Devano kembali mendengar suara laki-laki. Menambah rasa penasarannya saja.

Sial.

Tak butuh waktu lama akhirnya Devano menemukan penyebab kepenasarannya. Tak jauh dari tempatnya berdiri Devano bisa melihat siluet empat orang yang berhadapan.

Tak ingin ketahuan, Devano memilih bersembunyi di samping pohon besar tak jauh dari posisi empat orang di sana. Dengan langkah pelan tentunya.

Iris abu-abu si tunggal keluarga Wijaya memicing, menatap lekat orang-orang di depan sana. Satu hal yang Devano simpulkan, suasana di sana terlihat tegang.

Mereka kenapa?

"Jangan buang waktu gua, to the point aja."

Lagi, suara malas cewek di depan sana mengundang satu tarikan alis kanan Devano. Jiwa penasarannya kian meronta-ronta ingin mengetahui apa yang terjadi. Padahal jika dia mau, dia bisa pergi 'kan? Devano bahkan tidak mengenal empat orang di sana.

"Santai, kita cuma mau mastiin aja." Di akhir kata tersebut suara tawa meremehkan keluar dari tiga pemuda yang berdiri di samping kanan. Sedangkan cewek yang berdiri di samping kiri terlihat malas.

Sial, gue gak bisa liat muka mereka dengan jelas.

Berdecak kesal, Devano melirik bulan di atas sana, seakan mengatakan - lebih terang lagi napa- lalu kembali menatap empat orang di depan sana.

"Apa?"

Devano berdecak kagum ketika mendengar suara datar cewek itu yang berhasil membungkam tawa ke tiga pemuda di sana.

Wah hebat.

"Gua denger lu udah undur diri dari Darkstar?" Perkataan pemuda yang Devano yakini ketua dari dua pemuda lainnya membuat seperempat siku muncul di keningnya.

Tunggu, Darkstar? Geng motor terkenal di Bandung 'kan? Apa Devano tidak salah dengar? Devano jelas tau geng motor tersebut, geng terkenal yang di juluki raja-nya jalanan.

Dari mana Devano tahu? Oh Cemo'on, siapa yang tidak tahu ketenaran geng itu, geng berkuasa dan misterius. Dan sekarang ada salah satu anggota geng tersebut di hadapannya?

Wah keren.

"Bukan urusan kalian."

Keterkaguman Devano dalam lamunan-nya buyar. Atensinya kembali fokus ke depan sana.

I Want Your Love (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang