Seperti yang Ayah pinta semalam, kini Aksa menemani Nanda di rumah selagi Ayah dan Mama pergi untuk suatu urusan. Kebetulan hari ini Aksa sedang libur sekolah, jadilah ia tak memilki alasan untuk menolak ketika Mama menitipkan Nanda padanya. Lagipula, mau menolak atupun tidak pada akhirnya Aksa akan tunduk di bawah perintah Ayah dan Mama.
Saat hari mulai beranjak siang, Aksa masih menemani Nanda yang sedari tadi sibuk bermain dengan kucing peliharaannya. Iya, hanya itu yang Aksa lakukan. Tidak ada pembicaraan yang terjadi di antara mereka. Aksa yang memang enggan memulai percakapan, sementara Nanda sendiri terlihat lebih asik dengan dunia sendiri.
"Meong.."
Aksa yang berniat pergi sebentar untuk mengambil minum dibuat kaget dengan kehadiran kucing milik Nanda, hewan berbulu itu mengeong pelan sembari mengusapkan kepala pada kakinya.
"Meong.."
Lagi-lagi kucing itu mengeong, menatap Aksa melalui mata bulatnya yang lucu.
Melihat sekitar, Aksa tidak menemukan keberdaan si pemilik kucing. Entah ke mana perginya Nanda, ia bahkan tidak menyadari kepergiannya.
Mengurungkan niat untuk melepas dahaga, Aksa pun berinisiatif mengambil kucing itu dan menggendongnya.
"Kenapa?" tanya Aksa pada kucing yang kini menatapnya dengan raut menggemaskan.
"Meong.."
Sekarang Kucing itu mengeong manja, mendusalkan kepalanya di dada Aksa. Mencari kenyamanan.
Bibir Aksa menyunggingkan senyum tipis, tangannya pun perlahan bergerak memberi belaian lembut kepala si kucing. Rasanya menyenangkan bagi Aksa yang sudah sangat lama tidak menyentuh kucing yang menjadi salah satu hewan favoritnya.
Jika saja Aksa tidak memiliki alergi pada hewan yang berbulu, maka ia akan senang hati memelihara beberapa ekor kucing untuk menemani kesendiriannya.
Baru memberi beberapa usapan, hidung Aksa sudah terasa gatal hingga membuatnya bersin beberapa kali. Suara bersinnya yang cukup keras tak ayal membuat Nanda yang baru muncul langsung terkejut bukan main.
"Moeza!" Nanda berseru panik, buru-buru mengambil alih kucingnya dari gendongan Aksa.
"Kamu jangan deket-deket Aksa, dia punya alergi bulu. Nanti kalau Aksa sakit kamu mau tanggung jawab?" Nanda mengomeli kucing berbulu putih itu dengan ekspresi galak meski sebenarnya terlihat lucu.
"Meong!"
Kucing bernama Moeza itu mengeong keras tanda kesal karena kenyamanannya dengan Aksa diganggu, tak lama kemudian ia memberontak turun dari gendongan Nanda, dan berlari cepat menuju singgahsananya. Menghiraukan seruan sebal dari sang majikan.
Nanda dalam hati menggerutu, yakin jika Moeza pasti akan merajuk setelah ini akibat ia omeli. Tapi tidak masalah jika Moeza merajuk, kucing itu cukup diancam akan dibuang ke jalanan saja sudah kembali jinak. Justru, yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana mengatasi bersin-bersin Aksa yang tak kunjung mereda.
"Aksa nggak pa pa? Maafin Moeza karena udah bikin alergi Nanda kambuh, Aksa boleh cubit Nanda sebagai balasan buat Moeza yang nakal." Nanda mengulurkan kedua tangannya pada Aksa, tak lupa menyuguhkan raut penuh penyesalan.
Sembari mengusap hidungnya yang memerah dan gatal, Aksa melirik pada uluran tangan Nanda, berikut mengamati ekspresi wajahnya yang tampak sendu.
"Lupain, gue nggak pa pa." Aksa merespon dengan suara yang terlampau dingin, tak pelak hal itu membuat Nanda seketika menunduk.
"Maaf, maafin Nanda yang ceroboh," ucapnya lirih.
Aksa berdecak sebal atas permintaan maaf yang Nanda lontarkan. "Nggak usah lebay. Bukan salah lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay But Not To Be Okay
Teen FictionAda banyak hal yang belum Aksa ketahui, bahkan tentang Nanda sebagai sosok yang pernah berbagi rahim dengannya. Start. 06.04.21