Written by : johnj_
Thank you ya kak udah ikutan ^^ janlup vomment guys to vote this story💕
.
Nahyuck Space🐰🐻
.
.Jaemin tersenyum lembut sembari memandang puas aula gedung berhiaskan pernak-pernik bernuansa kuning khas bunga lily yang telah ia persiapkan dengan sangat baik selama tiga bulan terakhir ini. Sesekali matanya melirik mencuri-curi pandang pada kotak merah beludru berisi sepasang cincin dengan berlian sederhana yang menyembul malu-malu di dalam saku celana bahannya.
Akhirnya hari yang selama ini ia tunggu telah tiba. Hasil dari kerja kerasnya selama beberapa tahun terakhir ini dan penantiannya pada sang kekasih hati akan terbayarkan di hari ini.
Lagi-lagi laki-laki Jeonju itu tersenyum. Diam-diam dirinya membayangkan bagaimana raut wajah milik beruang kecilnya tatkala mendapati sang dominan melamarnya di tempat impiannya.
Akankah ia tertawa? Tersenyum sembari berkaca-kaca, atau kah ia akan menangis dan berlari ke pelukannya?
Ah, Jaemin sungguh-sungguh tak sabar kali ini."Jaemin!"
"Oh, kau sudah datang, Chan?" Senyum Jaemin makin merekah ketika kedua rungunya mendengar nada terkejut milik sang kekasih bertandang masuk.
Haechan, sosok laki-laki bertubuh mungil yang sedari dinanti oleh lelaki Na itu menatap sekitar dengan mulut sedikit terbuka hingga membuat Jaemin terkekeh geli. Kekasihnya ini memang selalu bertingkah menggemaskan.
"I-ini, ada apa?" tanyanya dengan nada terbata-bata.
Manik madunya menyapu sekitar dan mendapati beberapa kerabat dan teman Jaemin yang ia kenal betul muncul dari balik tirai-tirai satin yang menghias aula ini sembari membawa botol sampanye maupun gelas yang telah berisi minuman olahan anggur itu."Hari ini aku ingin berbicara serius padamu, di hadapan seluruh kerabat beserta rekan-rekanku." Jaemin memandang lekat wajah Haechan yang masih terkejut dengan sorot mata teduh. "Dan juga di hadapan Tuhan yang selalu memberkati hubungan kita."
"J-Jaemin..."
Lelaki Jeonju itu lantas berlutut sembari menggenggam kedua tangan kurus milik Haechan yang mulai gemetar. Diabaikannya riuh rendah sorak sorai dan siulan yang dilayangkan oleh beberapa kerabat dan teman sejawatnya walaupun dirinya gugup dan pipinya memerah luar biasa layaknya buah persik yang telah masak di pepohonan.
"Lee Haechan," Jaemin berdeham pelan, mengusir kegugupan dan rasa takut yang melandanya tiba-tiba.
"Will you marry me?"
Haechan terdiam. Paksaan kata terima yang berkumandang memenuhi aula sontak memenuhi kepalanya dan membuatnya merasa pusing. Telinganya pengang namun ia tetap bisa memusatkan seluruh atensinya pada sosok lelaki berparas tampan yang tengah menatapnya seraya berlutut di hadapannya.
Merasa cukup berpikir, laki-laki bertubuh mungil itu lalu menarik perlahan tangannya perlahan dan membuat Jaemin cukup terkejut setelahnya.
Tak hanya Jaemin. Seluruh audiens yang sengaja diundangnya di acara pelamaran itu pun ikut terperanjat. Bahkan Renjun dan Jeno beserta kekasihnya Chenle, sahabat Jaemin yang dikenal tidak bisa diam itu ikut terkejut hingga tiada sengaja menarik tutup botol sampanye dan menimbulkan bunyi 'splash' yang diiringi oleh bunyi 'pop' ringan.
"A-aku tak bisa, Jaemin," ucapnya terbata.
"Mengapa?"
"Aku hanya-" Haechan menggeleng dan bergumam rancu. Sementara manik matanya menatap sekitar nyalang. "Tak bisa."
Jaemin beranjak dari posisi berlututnya lalu menggamit tangan sang kekasih dengan gerakan panik. "Kau sebenarnya hanya belum siap 'kan, Chan? Tak masalah. Kau butuh berapa saat lagi untuk kutunggu?"
Laki-laki Juni itu kembali menggeleng. Ditepisnya tangan Jaemin perlahan dengan air mata yang luruh di belah pipinya. Jaemin tak mengerti mengapa sang kekasih menangis, padahal dirinyalah pihak yang paling dirugikan di sini."I can't, Nana. I'm so sorry."
Jaemin terpaku. Bahkan ketika Haechan membalik badan dan beranjak dari hadapannya tanpa sempat memandangi kemilau calon cincin pernikahannya hingga bayangan tubuhnya menghilang di balik pintu lobi.Tak butuh waktu lama bagi dirinya untuk jatuh terduduk dengan kotak merah beludru di tangan. Dipandanginya benda bertekstur halus itu seraya terkekeh miris menertawai dirinya sendiri. Sesekali ia menunduk, menahan laju air mata yang dengan bandelnya berusaha melesak membasahi pipi mulusnya.
"I think, he would've made a such lovely bride. What a shame he's fucked in the head."
Mendengar gerutuan datar bercampur amarah yang terlontar dari bibir sang ibunda, membuat Jaemin kembali tertegun dalam renung diamnya.
Rupanya ia benar-benar tak bermimpi.
Jika Haechannya benar-benar pergi. Dan genggamannya tak lagi menghangat seperti biasanya..
.
Epilogue
.
."Jaemin, ada kiriman untukmu!"
"Ya, Ibu!"
Jaemin menuruni tangga dengan langkah gontai sebelum akhirnya menerima sepucuk surat berukuran besar tanpa pengirim dari tangan sang ibunda. Sekilas ia memeriksa surat yang berada di genggamannya dengan teliti, mengabaikan tatap miris yang dilayangkan oleh sosok wanita paruh baya di hadapannya tatkala mendapati penampilannya jauh dari kata rapi seperti biasa.
Sudah lewat dari dua bulan semenjak Haechan mencampakkan lamarannya dan menghilang tanpa jejak. Sekeras apa pun ia berusaha, Jaemin tak pernah mendapati batang hidung sang pujaan kekasih nampak di pelupuk matanya.
Miris sekali.
"Jaemin."
"Ya, Bu?" jawabnya ogah-ogahan.
"Carilah kekasih lain, yang lebih baik daripada lelaki Lee itu."
"Mungkin lain kali saja."
Laki-laki Na itu menghela nafas kemudian berlalu tanpa mau repot-repot memasang atensi pada si ibunda yang memandang kepergiannya sendu hingga menghilang di balik tangga yang menghubungkan antara kamar dan ruang keluarga.
Ditutupnya pintu kamarnya dengan kaki hingga menimbulkan bunyi debaman pelan sembari terus menatap surat beramplop cokelat di tangan. Tak dapat dipungkiri jika ia kebingungan sekaligus begitu ingin tahu dengan isi benda ini. Mengingat ia tak pernah memesan apa-apa selama dua bulan belakangan ini.
Maka dengan hati-hati, ia lantas memotong mulut surat dan tanpa sengaja menjatuhkan sepotong kertas kecil yang disobek asal-asalan ke atas lantai."Apa ini?" gumamnya sembari membalikkan kertas tersebut dan mendapati adanya tulisan tangan di sana.
Lihat apa yang telah Ibumu lakukan pada adik kecilku agar menolak lamaranmu.
-Mingyu.Manik mata Jaemin sontak membulat. Ia lalu merogoh isi surat tersebut dengan tergesa-gesa. Belum usai keterkejutannya, laki-laki Na itu malah menemukan bukti bahwa sang ibunda telah menandatangani pemindahan hak atas rumah milik Haechan secara paksa beserta sederet daftar perusahaan yang memblacklist nama sang pujaan hati dari daftar penerimaan karyawan.
Ia terdiam sejenak. Satu menit, dua menit, sebelum akhirnya tertawa keras. Lebih tepatnya Jaemin menertawai dirinya sendiri.
Selama ini ia salah percaya.
Haechan tak benar-benar ingin pergi, namun ibundanya lah yang menginginkan laki-laki Lee itu lenyap dari sisinya.
.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
NAHYUCK SPACE🐰🐻
FanfictionThank you for your participation^^ Please keep your support to all nahyuck author~ Happy Reading❤️ Don't like, don't read. BxB | Mature Content | Mpreg . @Nahyucklab @EventNaH_ 🐰🐻 2K21