Lizzy pencet beberapa sandi dan pintu apartemen terbuka. Hari ini cukup menyenangkan namun juga sebanding dengan rasa lelahnya. Ia ingin berendam air hangat lalu tidur dengan nyenyak. Besok dia harus menggarap skripsinya yang tinggal sedikit lagi. Langkah kaki Lizzy melewati ruang dimana ada TV dengan ukuran 52 inci bertengger.
"Have fun?"
Lizzy menghentikan langkahnya. Ia menoleh dan mendapati suaminya tengah duduk menatap layar LED yang memutar film romansa. Perhatian Lizzy sedikit beralih pada film itu. Apa seorang pria juga menyukai film bergenre roman? Lizzy saja tak terlalu suka. Menurutnya, kisah cinta seperti itu hanyalah ada di novel.
"Apa kau tuli? Aku bertanya padamu."
Lizzy segera mengerjap. "Ya," jawabnya dan kembali melangkah.
Andreas menjengit mendengar jawaban istrinya yang sangat tidak enak didengar.
"Boo! Mana tas baru aku?!"
Lizzy membeku mendengar suara nyaring yang menusuk telinganya. Tak lama ia dengar suara Andreas menyahut, "Aku sudah bilang ada disini, Queen."
Kedua mata Lizzy terbelalak melihat seorang wanita berambut sandy keluar dari kamar dengan langkah berjingkrak. Wanita itu hanya mengenakan hotpants dan juga tanktop yang tak menutup tubuhnya. Tatapan mereka bertemu. Mata cokelat cerah itu memelotot padanya. Astaga! Otak Lizzy masih saja belum selesai mencerna semua yang dilihatnya.
"Boo! Kenapa istrimu sudah pulang, sih?!"
Boo? Queen? Istrimu? Kata itu terus berputar dalam pikirnya. Mata abu Lizzy bergerak saat bayang Andreas mendekat. Tangan Andreas dengan santai melingkar di pinggang wanita itu. Lizzy hanya bisa mengikuti semua gerakan serta ucapan mereka.
"Sekarang memang sudah malam, My Queen. Ku antar kau pulang, hum?" kata Andreas lembut pada wanita itu.
Tatapan Lizzy bertemu dengan iris hijau Andreas. Mulutnya yang terbiasa merangkai kata kini menceletuk, "Jadi ini wanita yang kau cintai?"
Wanita yang bernama Queen itu tersenyum bangga. "Yeah! It's me."
Kejiwaan Lizzy kembali. Ia segera menyilang tangan dan menatap miring pada Queen. Mendapati perubahan sikap Lizzy, Queen pun memasang wajah tak suka. Lizzy mengambil satu langkah mendekat pada wanita itu.
"Masih menempel pada laki-laki yang sudah beristri. Haha! Menjijikkan."
Queen mengayunkan tangannya hendak menampar wajah Lizzy. Namun Andreas dengan cekatan menahannya. Lizzy menatap tajam mata cokelat itu. Andreas segera menggelandang Queen untuk diantar pulang. Lizzy pun menghela napas berat.
Lizzy tertawa konyol. Saat ini ia sedang berendam air hangat dalam bathtubnya. Pikirannya masih memutar kejadian beberapa waktu lalu. Lizzy mengangkat tangannya sehingga rintikan air mengalir melalui sela-sela jarinya.
"This is life, huh?" Lizzy kembali tertawa.
BRAAK!
"Lizzy!"
Gadis dalam bathtub itu mendecak.
"Kau dimana, hah?!"
"Kecilkan suaramu! Aku sedang mandi!"
BRAAK!
Lizzy tersentak mendengar suara pintu kamar mandi dibuka kasar. Ia segera menoleh dan mendapati wajah suaminya yang mengeras. Kedua payudaranya segera ia sembunyikan. Tubuhnya lebih ia tenggelamkan.
Pria itu mendekat. Kedua mata hijaunya mengunci pandangan Lizzy. Lidah gadis itu kelu sehingga tak satupun kata melolos dari bibirnya. Netra abunya mengikuti gerakan Andreas yang berjongkok di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruby Lips
Romance21+ mature content. Please be wise! Luka itu menutup segalanya hingga menjadi berantakan. Mampukah kepercayaan saling mengikat di saat ingatan menghilang? Mereka tertatih di atas ribuan jarum untuk mengais harapan kembali berpegangan tangan. Menangi...