Jahanara namaku, banyak orang memanggilku Ana. Lahir dari keluarga yang dibilang sangat sederhana, tetapi ibu ku berkata walaupun kita enggak punya sesuatu yang harus dibanggakan kita harus tetap bersyukur.
Aku mempunyai ibu yang sangat tangguh dan selalu membanggakan ku didepan semua orang, tapi aku lebih bangga mempunyai ibu seperti beliau.
Ibuku hanya bekerja sebagai asisten rumah tangga di salah satu rumah milik pengusaha besar. Sesekali aku pernah berkunjung kerumah itu untuk membantu ibu ku membersihkan rumah besar itu.
Sedangkan ayahku, beliau gagal menjadi suami yang baik untuk ibuku, tetapi beliau tidak gagal menjadi ayahku. Ayahku selalu bersikap kasar kepada kami berdua, tapi aku tidak pernah membencinya. Ibuku bilang, sebenarnya itu salah satu cara beliau menyayangi kami.
Tapi aku tahu bahwa ayah memang tidak suka dengan kehadiran ku, entah karena apa aku tidak mengerti. Ayahku pergi meninggalkan kami berdua saat aku berusia 10 tahun dan sekarang kami hanya tinggal berdua dirumah yang sangat sederhana.
•••
Ana terbangun dari tidurnya saat mimpi 8 tahun lalu kembali menghantui dalam tidurnya. Akhir akhir ini ia selalu dihantui oleh mimpi yang dirinya saja enggan untuk mengingatnya.
Dilihatnya jam beker sudah menunjukan pukul 6 pagi. Hari ini merupakan hari pertama ia masuk sekolah. Ia sangat senang sekali karena mendapatkan beasiswa di salah satu sekolah terkenal, dan ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
Ia segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi untuk mempersiapkan diri.
Beberapa menit kemudian Ana sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah tetapi pagi ini ia ingin sarapan terlebih dahulu dengan ibunya.
Ia keluar kamar seraya menggendong tas yang baru saja ia beli dari hasil kerja paruh waktunya di salah satu cafe di dekat sekolah barunya.
Ia bekerja disana sejak usianya menginjak 15 tahun, hal ini tentu saja diketahui oleh ibunya, ibunya sempat melarang ia untuk tidak bekerja di cafe itu, tetapi dengan permohonannya ia diperbolehkan asal tidak mengganggu sekolahnya.
"Ibu belum berangkat kerja?" tanya Ana kepada Jaella yang sedang menyiapkan makanan.
"Belum, ibu nunggu kamu, Ana," ucap Jaella tersenyum tulus kepada sang anak.
Matanya berbinar kala ia melihat salah satu makanan favoritnya.
"Wah ibu tumben masak ayam," ucapnya mengambil ayam yang tersedia di atas meja.
"Alhamdulillah ibu dapat rezeki dari bu Mila," Bu Mila merupakan majikan di tempat ibunya bekerja. "Sekarang kamu harus makan ini ya, supaya semangat sekolahnya."
"Iya bu," jawabnya. "Bu, apa Ana di sekolah akan dapat teman?" tanya Ana ragu, karena mayoritas murid di sekolah barunya merupakan anak dari golongan atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jahanara [Hiatus]
Dla nastolatków"Ku pikir dia yang akan menyembuhkan luka, ternyata dia yang menaruh luka lebih dalam." Jahanara Helena, wanita yang selalu berusaha menjadi sosok yang tangguh agar tak mudah luluh. Sampai ia bertemu dengan lelaki yang dapat meruntuhkan hatinya tet...