'4'

58 18 2
                                    

   Malam semakin larut. Kekacauan yang terjadi sudah teratasi oleh pihak berwenang.

  Orang yang terluka diobati. Hanya ada 2 korban terluka di sini. Felix dan pelayannya yang setia.

"Biar aku lihat", Felix berdiri dari duduknya ke arah sofa di mana Mariane terbaring.

  Mukanya memerah, nafas memburu, dan keringat mengucur deras dari kulit putihnya.

   Felix membuka perban Mariane lagi. "Racun", cakarnya menyentuh darah sisa dari jahitan Mariane. "Vero ambilkan peralatanku, Tina ambilkan tanaman obat di rumah kaca ini listnya, Yujim bawakan aku air hangat"

"Dimengerti, tuan muda", mereka serempak menuju tempat masing-masing yang di bilang tuannya.

Bagaimana ia mengerti adanya racun?

   Penciuman Felix lebih tajam dari mahluk lain. Ia bisa membedakan aroma sekalipun sudah tercampur oleh bahan lain.

  Di darah Mariane sudah tercampur racun dari cakaran yang ia dapati.

"Semua beres mereka akan--"

"Ini terjadi jika anda tidak melakukan permainan itu", Felix menyelat perkataan gurunya.

"Aku minta maaf, ini di kuar perkiraanku jangan marah ya?"

"Kitsunebi Hogo"

"Sopankah kau menyebut nama gurumu, Ookami Felix?"

"Maaf guru, tapi..."

"Fufu, baru kali ini aku melihatmu begini terlebih...", tangan berbulu Hogo mengelus pipi pucat Mariane. "Terhadap manusia ini"

   Manik emas menyelidik ke murid kesayangannya. Rasa penasarannya masih belum hilang.

  Sedang muridnya enggan menjawab dan lebih memalingkan muka. Gurunya itu semakin menyeringai.

"Aku tahu tentang impianmu, apa karena itu? Atau...", rubah mendeat ke telinga Felix. "Kau merasa dia memiliki masa lalu yang sama denganmu?"

   Sontak muridnya itu menjauh dari gurunya. Giok hijaunya membesar mendengar hal itu. Sang guru terkekeh pelan melihat reaksi murid kesayangannya.

"Menunggu yang lain akan lama, aku akan membantu", ujar rubah tersebut. "Aku tertarik pada manusia ini"

   Dikeluarkannya beberapa botol dan sebuah buku dari tasnya. "Bantu aku menahan kekuatan sihirnya, murid manisku"

   Felix mau tidak mau dia harus menurutinya. Demi keselamatan pelayannya juga.

   Pakaian Hogo seketika berubah menjadi kimono warna musim gugur. Benda yang dikeluarkannya tadi melayang di sekitarnya.

"Tanganmu letakkan di mata kirinya dan jantungnya", titahnya.

   Felix menuruti dan tahu apa yang akan dilakukan. Matanya terpejam memfokuskan mantranya.

   Kedua tangnnya mengeluarkan cahaya putih menenangkan. Ia melupakan rasa kesalnya sesaat tadi.

"Fufu, kau memang muridku. Aku mulai, ini akan sakit wahai manusia yang rapuh"

   Seperti jarum berwarna hijau menusuk masuk ke dalam luka Mariane. "Akh!", teriak Mariane kesakitan.

  Jarum itu dikeluarkan lagi dan ada bercak keunguan. Sekali lagi jarum lain dimasukkan.

  Lenguhan dan teriak kesakitan Mariane memenuhi hall utama rumah tersebut. Staff yang tadi berpencar untuk mengambil barang yang diperlukan tuannya tidak berani mendekat.

Wolf Master and His Human ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang