Eps4 : "All done"

91 17 4
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Ini hari Sabtu. Dan sekolah libur. Heeseung dan Jungwon sedang menggabut di kamar asrama mereka. Sedangkan yang lain sedang bebas pergi ke luar area sekolah. Mumpung Libur, dan sekolah membebaskan muridnya untuk pergi kemana saja mereka mau asal mereka tidak kembali dengan membawa masalah.

"Kak.. Jungwon gabut," si adik kini sedang kayang di atas kasurnya. Sedangkan Heeseung hanya memerhatikannya sambil memakan ramyeon yang baru saja ia buat.

Jungwon menoleh ke Heeseung dan mengerucutkan bibirnya. Lalu dia berpindah posisi menjadi duduk menghadap Heeseung.

"Kita keluar yuk Kak, kayak yang laiinn," rengek Jungwon. Heeseung hanya menatapnya sambil membuat tanda "Tunggu" dengan tangannya, dan lanjut menghabiskan ramyeonnya.

Jungwon yang tidak sabaran terus saja merengek seperti bayi. Dan Heeseung sedikit terganggu dengan tingkah bayi besar yang menurutnya sok imut itu. Jadi setelah Heeseung menghela nafas berat dan menghentikan makannya, pria yang memiliki tinggi 1,83 m itu segera mengambil jaket merahnya.

"Kita jalan-jalan juga ayo. Berhentilah merengek," Jungwon langsung bersemangat dan mengambil hoodie kuning favoritnya lalu mengikuti Heeseung yang sudah keluar dari kamar mereka.

Baru saja mereka keluar, Seseorang menabrak mereka dan membuat Jungwon jatuh terduduk.

"Aa maafkan aku,"

Orang itu berlari sambil memasukkan tangannya kedalam kantung hoodie ungunya. Heeseung segera membantu Jungwon berdiri lagi. Jungwon pun masih tak berhenti menatap orang yang menabraknya tadi. Sedangkan Heeseung, fokus memerhatikan sesuatu di tangan Jungwon.

"Ada apa Kak?" Jungwon menatap Heeseung bingung. Heeseung menatapnya lalu tersenyum.

"Bukan apa-apa, ayo pergi,"

Heeseung pun segera pergi dan mengajak Jungwon jalan jalan keluar. Dia tak akan memberitau Jungwon soal cairan kuning aneh yang tiba tiba saja berada di tangan Jungwon. Sedangkan didekat mereka tadi tidak ada air. Heeseung bahkan tak menyadari cairan Merah dengan bahan yang sama dengan cairan kuning Jungwon juga mulai meresap ke dalam kulit putihnya.

Sepeninggal kedua orang tadi, seseorang yang sejak awal mengawasi kelakuan anak berhoodie ungu tadi kini hanya bisa menghela nafas berat dan menatap ke arah halaman sekolah yang sudah mulai di jatuhi guguran daun kering.

"Ternyata sudah dimulai,"

.
.
.
.
.
.
.

Ni-ki's POV

Misi pertamaku sudah selesai. Aku berbaring di kasurku tanpa melepaskan sepatuku sama sekali. Menatap langit langit kamarku yang putih bersih, tanpa banyak suara disekitarku. Sepi. Aku selalu menginginkan teman. Tapi Ayah tak pernah mengizinkanku berteman dengan siapapun. Sampai Papa menyuruhku sekolah disini, dan aku bertemu pria manis itu. Ah, aku jadi merindukan Papa.

Drrt drrtt

Aku langsung duduk mengambil ponselku yang tiba tiba berdering. Aku tersenyum melihat nama penelpon yang tertera disitu dan langsung mengangkatnya.

"Halo Papaa!"

"Astaga Ni-ki, apa yang Papa bilang soal berteriak di telepon hm?"

"Ehehehh.. Maaf Papa. Ada apa menelpon?"

"Hanya ingin memastikan kesayangan Papa sudah menyelesaikan tugasnya apa belum,"

"Sudah kok Papa, dan oh, Papa mau tau sesuatu??"

"Iya??"

"Ni-ki memiliki seorang teman. Dia pria manis yang jadi teman sebangku Ni-ki. Dia sangat menggemaskan. Dan Papa tau, Niki agak tidak tega harus memasukannya ke daftar petarung yang akan membantu Ayah,"

CONNECTING - !  || Enhypen ft.ILandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang