1

3 1 0
                                    

"Nanti kalau aku sudah sukses aku akan mengubah Kampung ini".Begitulah kata-kata Eri di depan stasiun saat ia memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke Kota.Sebenarnya aku senang akhirnya,di kampung kami ada perempuan yang dapat bersekolah di kota.Meski pada awalnya Eri mendapatkan tantangan keras dari sang bapak dan cibiran dari tetangga,Eri tetap optimis pada keputusannya.Eri tidak peduli dengan 'mulut kolot' sang tetangga,Eri selalu cerita padaku bahwa pendidikan bagi perempuan itu sangat penting,orang tua juga tidak seharusnya memaksa anak perempuan untuk menikah muda.

Aku tidak sepintar Eri yang selalu ranking 1 di sekolah,aku hanyalah murid malas yang sering bolos sekolah bukan tanpa alasan aku harus membantu bapak dan mak mengurus ladang pemikiran bapak dan makku juga sama seperti tetangga lain 'kolot' menulis saja tidak bisa apalagi membaca,beruntungnya Aku masih bisa membaca dan menulis.Jika bukan karena Eri mana mau aku berangkat sekolah,aku hanya tidak tega jika melihat bapak dan mak kelelahan habis mengurus ladang.

Saat itu listrik masih jarang ditemukan di kampung kami,untuk merasakan listrik kami harus ke kota-kabupaten yang memakan waktu setengah hari menggunakan kereta kuda atau motor sebenarnya bisa saja 4 jam sampai namun jalan menuju kota-kabupaten menanjak dan jelek apalagi jika musim hujan datang jalanan akan becek dipenuhi lumpur.Eri sering ke kota-kabupaten bersama mamaknya untuk membeli bahan makanan berbeda dengan keluarga ku yang harus menunggu pasar minggu dulu baru bisa membeli,jika harganya mahal makku akan menawar pada pedagangnya bila tidak dikasih maka kami harus bekerja lebih keras lagi di ladang agar mendapat cukup uang untuk membeli bahan makanan.

Aku memiliki tiga adik, lelaki semua.Eri pernah bilang bahwa mak dan bapakku seharusnya tidak memiliki anak lagi cukup 1 atau 2 saja,karena keadaan ekonomi keluargaku buruk.Aku sedikit sakit hati saat mendengarnya tapi Eri benar juga,jika tidak mampu dalam masalah ekonomi jangan mempunyai banyak anak.

'Banyak anak banyak rezeki' Kata Eri itu relatif tapi sampai sekarang aku masih tidak tau apa maksudnya,jika Eri pulang aku pasti akan menanyakannya.

Aku dan Eri bersekolah di Sekolah kampung yang dibangun menggunakan uang kas warga,hanya ada 6 ruang kelas dengan keadaan yang sudah tidak layak.Beberapa ada yang gentengnya bocor,cat sudah keropos,lemari dimakan rayap bahkan ada beberapa kelas yang tidak memiliki bangku.Eri pernah bilang jika ia sudah punya banyak uang nanti ia akan membangun kembali Sekolah kami.

Kadang aku merasa tidak pantas berteman dengan Eri,sifat kami sangat terbalik.Eri orang yang rajin sedangkan aku malas,Eri anak yang berkecukupan sedangkan aku tidak,Eri anak yang berani sedangkan aku tidak.Saking terkenalnya aku dan Eri dikampung terkadang tetangga 'mulut kolot' suka membanding bandingkanku dengan Eri.Jika ada yang sedang hamil pasti ada saja yang nyeletuk "semoga anaknya seperti Eri ya tidak seperti Alika" Aku merasa sakit hati mendengar itu,apakah kelahiranku di dunia merupakan sebuah kesalahan? Lagian juga untuk apa aku sakit hati? Aku sudah kebal.

Cerita ini berkisah tentang persahabatan Aku dan Eri.

~~~~

@raionwatts on instagram

see you :D




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Dan EriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang