{ 11 }

355 50 2
                                    

Mata gadis itu menjadi sembab sesaat setelah turun dari atap apartemen, tapi setidaknya hatinya sedikit lega karna kehadiran Chuuya barusan.

Gadis itu tersenyum mengepalkan kedua tangannya sambil mengangkat tangannya keatas.

"Yoshh!! Aku harus semangat demi Chuuya~!"

Awalnya [Name] merasa semua akan berjalan sedikit lebih mulus karna kali ini baik dia maupun Chuuya sama-sama mengemban beban yang sama tapi ternyata gadis itu salah prediksi.

"Apa maksudmu Ashen?"

Ashen terlihat menatap [Name] dengan tatapan tidak suka, sejak kejadian di atas atap itu Ashen beberapa kali mengatakan kalimat yang mengisyaratkan jika dia tidak suka akan kehadiran Chuuya.

Padahal hubungan Chuuya dengan [Name] semakin akrab tapi Ashen justru tiba-tiba ingin memisahkan mereka.

"Jauhi lelaki itu, sudah jelas bukan dia berbahaya?"

"Dia tidak berbahaya!"

"Ini demi kebaikanmu [Name]!"

"Demi kebaikanku atau kebaikanmu?!"

"[Name]!"

Untuk pertama kalinya gadis itu merasa kesal dengan Ashen, untuk pertama kalinya dia tidak mengerti kenapa Ashen melarang sesuatu yang membuatnya bahagia.

"Aku benci bocah corruption itu"Ucap Ashen kemudian yang membuat [Name] semakin sakit hati dengan ucapan Ashen, gadis itu memutuskan masuk kekamarnya dan mengabaikan keberadaan Ashen.

✨🧡✨

"Kenapa matamu sembab begitu? Ketahuan Sacchou?"

[Name] mendengus sebal, kali ini dia tidak terkejut dengan kedatangan Dazai yang entah sejak kapan tiba-tiba sudah bertengger di jendela kamarnya dengan santainya memakan apelnya.

'Tumben dia punya modal untuk membeli apel' pikir [Name] heran sambil memincingkan matanya mengamati Dazai yang berfokus dengan apelnya, Dazai menghela nafas sepertinya dia sudah bisa menebak apa yang di pikirkan gadis itu.

"Aku dapat ini gratis"

"Itu apel yang akan kadaluarsa di toko buah-buahan?"

"Aku tidak semiskin itu [Name], hentikan tatapan mencibirmu itu"

"Percuma saja kau tampan tapi sakumu hanya berisi tagihan hutang cafe agensi"

"Setidaknya ada isinya"

[Name] memutar bola matanya malas, dia masih yakin apel yang dimakan Dazai adalah hasil yang dia dapatkan dengan amat sangat tidak etis.

"Jadi, darimana apel itu?"

"Aku mendapatkan dari pohon tetangga"

Terbukti sudah, [Name] menghela nafas dan berpikir jika untuk kedepannya gadis ini tidak ingin berprasangka baik lagi kepada Dazai.

"Aku sungguh kasian pada siapapun yang menjadi jodohmu kelak"

"Ah! ngomong-ngomong soal jodoh, aku jadi teringat sesuatu!"

[Name] mengangkat sebelah alisnya tanda bertanya sambil tetap serius menulis buku diarynya, Dazai mengibaskan rambutnya dramatis sambil tersenyum bangga.

"Aku berhasil berkencan dengan seorang gadis~!"

"Oh kau- KAU APA?!"

Dazai terkekeh bangga dan kembali mengunyah apelnya.

"SIAPA NAMANYA?! DIMANA RUMAHNYA?!"

"Yare-yare, sabar [Name]! Hmm, namanya Ria aku belum sempat kerumahnya sih tapi dia tinggal dekat kantor agensi~"

"Astaga, aku harus segera menemuinya!"

"Hei hei! Kau mau apa?!"

"Tentu saja memperingatkannya untuk jauh-jauh dari laki-laki tidak modal sepertimu!"

Dazai menyentil kening [Name] gemas, apa-apaan maksud gadis ini.

"Kau melapor pada Ria, maka akan kugagalkan semua rencanamu untuk menjadi kekasih anjingku"

"Dazai!"

Mereka pun tertawa, walau hati [Name] masih sedikit gundah memikirkan soal Ashen yang membenci Chuuya setidaknya gadis ini masih sedikit lega sahabatnya masih membantunya.

Mungkin Chuuya benar, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya dan semua tergantung bagaimana [Name] menghadapinya.

✨🧡✨

Chuuya menyesap winenya, sejak tadi hatinya gundah dan pikirannya kalut memikirkan masalahnya dengan [Name].

Entah kenapa rasanya dia merasa tidak asing dengan [Name].

Rasanya, Chuuya pernah bertemu dengan gadis itu karna itu pula Chuuya bisa langsung nyaman di sisi gadis itu.

"Dimana aku pernah bertemu dengan gadis itu?"Gumam Chuuya memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening karna mengingat-ingat soal gadis itu, belum juga Chuuya menemukan titik terang tiba-tiba pintu ruangannya dibuka.

"Masih memikirkan gadis itu, Chuuya?"

"A-Anne-san?"

Kyouyo tertawa kecil seraya ikut duduk di samping Chuuya sembari menuangkan wine ke gelas yang kosong.

"Jadi, bagaimana kencan kalian?"

Chuuya merona malu, sebenarnya Chuuya tidak ingin menceritakannya karna terlalu malu tapi jika Kyouyo sudah bertanya seperti itu mau seperti apapun Chuuya mengelak wanita itu pasti akan terus memojokkannya hingga Chuuya mau bercerita padanya.

"Apa Anne-san akan melaporkan ini pada Boss?"Tanya Chuuya sesaat setelah menyudahi ceritanya, Kyouyo tersenyum penuh arti.

"Menurutmu?"

"E-Entahlah"

Chuuya menelan ludah sambil meremas tangannya.

"Tapi kuharap tidak"

Kyouyo tertawa.

"Tenang saja, ini bukan urusanku jadi aku takkan melaporkannya"

Chuuya menghela nafas lega lalu tersenyum, berniat berterima kasih.

"Tapi.."

Kyouyo meletakkan gelas winenya lalu menatap Chuuya serius.

"Aku akan melaporkan soal ini jika nantinya kekuatan gadis itu berpotensi membahayakanmu, ingat! Kau eksekutif mafia, jadi aku tidak bisa membiarkanmu mati konyol hanya karna percintaanmu"

"Anne-san aku-"

"Berjanjilah padaku Chuuya, kau takkan bertindak konyol membahayakan nyawamu demi gadis itu"

Chuuya hanya diam, tak berani berjanji pada wanita itu karna bagaimana pun seandainya gadis itu dalam bahaya Chuuya tentu saja rela mengorbakan nyawanya demi gadis itu.

Kyouyo menghela nafas berat seraya bangkit meninggalkan Chuuya keluar dari ruangan itu, Chuuya paham betul jika wanita itu mengkhawatirkannya tapi Chuuya sendiri juga mengkhawatirkan gadis itu.

Chuuya mengacak rambutnya frustasi, ternyata cinta bisa sangat merepotkan.

▁ ▂ ▄ ▅ ▆ ▇ █ To Be Continue █ ▇ ▆ ▅ ▄ ▂ ▁

Dear, Chuuya || BSDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang