Naran02

692 55 2
                                    

Happy Reading

Pagi ini seperti halnya pagi-pagi sebelumnya, Kana pun berangkat kesekolah menggunakan angkutan umum. Hari ini adalah hari ke enam Kana bersekolah di SMA Bintang Cendekia, namun sejauh ini arwah yang di katakan oleh teman sekelasnya sama sekali tidak datang untuk sekadar mengganggu ataupun meminta bantuan dirinya.

Namun nampaknya hari ini agak sedikit berbeda dari hari sebelumnya, sebab kali ini Kana di datangi oleh arwah yang di bicarakan teman-temannya beberapa hari yang lalu.

Pagi ini Kana berjalan menuju ruang guru yang terletak di lantai tiga gedung IPA, berdekatan dengan kelas XII IPA, dan berada tepat di atap sekolah ini. Memang letaknya agak aneh tapi begini lah denah yang telah di tetapkan oleh sekolah.

Ketika hendak melangkahkan kakinya memasuki ruang guru, hawa yang ia rasakan seketika menjadi lebih dingin, napasnya juga menjadi tidak beraturan ia seperti mengalami sesak napas di tempat itu, hal ini merupakan pertanda bahwa sepertinya ada sosok 'mereka' yang sedang berada di dekat atau mempethatikan dirinya saat ini.

Perlahan angin berhembus, semakin lama hembusan itu semakin menguat sampai menerbangkan dedaunan kering yang ada di bawah naik ke lantai yang ia tempati. Kana memberanikan dirinya, ia memejamkan mata seolah merapalkan sesuatu kemudian membuka kembali kelopak matanya yang tadi terpejam.

Keringat dingin bercucuran di tubuh Kana, saat ini ia sedang berhadapan langsung dengan 'dia', sosok itu tampak sangat menyeramkan dengan luka di dahinya yang mengeluarkan darah terus menerus. Wajahnya nampak pucat dan bibirnya menyeringai, tetapi bukan seringaian biasa melainkan seringaian yang sangat menyeramkan, sebab bibir yang ia tarik untuk menyeringai sampai ke bagian telinganya.

Perlahan-lahan tangan dari sosok itu naik dan hampir menyentuh tubuh Kana, namun belum sempat ia melakukan itu tiba-tiba ada seseorang yang melemparkan sebuah garam pada makhluk itu sehingga mengakibatkan makhluk itu menghilang dalam sekejap.

Kana membalikkan badannya mencari siapa yang baru saja membantu dirinya, ia menemukan seorang wanita kisaran berumur 25-30 tahun yang mengenakan seragam pengajar di sekolah ini.

"Apa kau tidak apa-apa?" Tanya guru itu dengan nada yang terdengar cemas dan ekspresi kaget di sertai ketakutan. "Ya", Kana menjawabnya dengan singkat. "Terimakasih" sambung dirinya.

"Tidak masalah, ikutlah dengan ku jangan berlama-lama di sini, ayo" ajak guru dengan tagname Qilany Andiena A. Kana berjalan mengikuti guru itu dari belakang. Mereka berjalan menuju ruang bahasa.

"Masuk lah" titah guru itu pada Kana. Kana menurut dan masuk ruangan itu bersama dengan guru itu. "Ayo duduk, ingin minum apa? Atau camilan?" Tawar guru itu pada Kana. "Tidak usah bu" tolak Kana. Guru itu mengangguk tersenyum kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Kana.

"Apa kau dapat melihat 'mereka'?" Tanya Qilany pada Kana. Kana menatap sekilas pada Qilany kemudian mengalihkan padangannya ke rak dimana buku-buku bahasa tertata rapih di rak berwarna coklat.

"Ya aku bisa melihatnya" jawab Kana. Guru itu mangut-mangut mengerti. Kemudian guru itu kembali memberikan pertanyaannya "Benarkah? Sejak kapan kalau boleh tau kau mendapat kemampuan itu?" Tanya Qilany.

"Sungguh, aku dapat melihat 'mereka' sejak aku berumur 5 tahun dan bukan hanya melihat, aku juga dapat berkomunikasi dengan 'mereka' bu" jawab Kana bergeming pada Qilany. Qilany percaya dengan yang di katakan oleh Kana.

"Haha baiklah kalau begitu mulai sekarang kita akan menjadi teman" final Qilany pada Kana. Kana membolakan matanya menatap Qilany.

"Maaf apa maksud dari perkataan ibu?" Tanya Kana pada Qilany. "Ya mulai sekarang kita berdua menjadi seorang teman, dan kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan ibu lagi, panggil saja sesuai nama ku" titah Qilany seenaknya sendiri pada Kana. Kana menatap cengo ke arah guru yang satu ini.

"Maaf saja bu, tapi saya bahkan tidak mengenal ibu, jangankan mengenal mengetahui nama ibu saja saya tidak tau. Dan ini malah ingin berteman tiba-tiba" tutur Kana menatap Qilany. Qilany menyengir mendengar penuturan Kana.

"Oh iya maaf saya lupa, kenalkan nama saya Qilany Andiena Atayra, panggil aja Qilany, Qila atau Lani juga terserah saja lah. Dan sekarang kita berteman kan Kanalyn Aldillaluna" tutur Qila membaca tagname yang terpasang di seragam Kana. Kana menghela napas gusar.

"Baik saya malas berdebat, kalau begitu boleh saya tau alasan kamu mau berteman debgan saya?" Tanya Kana pada Qilany.

"Kamu tau, saya juga dapat melihat 'mereka'" ujar Qila pada Kana. Kana mengernyitkan dahinya "Maksud mu 'mereka', para arwah-arwah itu?" Tanya Kana memperjelas. Qila menganggukkan kepala membenarkan jawaban Kana. Kana mangut-mangut mengerti.

"Saya dapat melihat mereka, tetapi saya tidak dapat berkomunikasi dengan mereka. Katanya mata batin saya yang terbuka hanya setengah dan seiring berjalannya waktu akan terbuka seluruhnya dan dapat berkomunikasi dengan 'mereka', tetapi sampai saat ini saya bahkan belum bisa bahkan sekadar menyapa 'mereka'" jelas Qila tentang dirinya pada Kana.

"Baiklah jadi alasan utama kamu ingin mengajak saya berteman itu apa?" Tanya Kana sekali lagi pada Qila.

School MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang