Semua berawal ketika aku berusia tepat 6 tahun. Saat itu aku sedang ada di ruang keluarga, duduk di sofa, menonton TV.
Tiba tiba aku merasakan ada orang yang datang. Ternyata itu ayahku. Sosok tinggi kurusnya berjalan mendekat ke arahku. Dia menggunakan outfit andalannya setelan jas hitam. Pandanganku tertuju pada sebuah kotak merah yang sedang ayahku bawa.
Setelah itu dia duduk di sampingku. Menatapku dengan tatapan dinginnya. Aku membalas tatapannya dengan tatapan polosku. Sedikit informasi lagi tentang ayahku, dia tidak memperbolehkanku bermain dengan siapapun dan kapan pun. Aku hanya dikurung di rumah. Setiap hari.
Masih menatapku dengan tatapan yang sama dia akhirnya mengeluarkan suaranya,
"Allison" Katanya pelan
Aku menoleh kembali menatap wajah pucatnya.
Dia lalu menepuk pundakku. Saat itu aku benar-benar bingung dengan perlakuan ayahku saat itu, karena ayahku tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Ayah ingin kau melakukan suatu tugas dari ayah." Katanya lagi sambil mengarahkan pandangannya kembali ke kotak merah yang ada di pangkuannya.
"Tugas?" Tanyaku bingung.
Dia lalu memberikan kotak merah itu kepadaku. Tepatnya dia menyodorkan kotak itu kepadaku.
Aku hanya menatap kotak itu. Bertanya tanya di pikiranku. Apa maksud ayah?
Tapi entah perasaan apa, aku akhirnya menerima kotak itu dan membawanya ke pangkuanku.
"Bukalah" Kata ayahku. Tersenyum.
Menatap sebentar Kotak merah itu aku lalu perlahan membukanya.
Sebuah belati berukuran sedang ada di dalam kotak itu, bergagangkan kayu yang terukirkan entah simbol apa. Aku tidak terkejut atau menunjukkan ekspresi apapun saat aku melihat benda itu. Karena, aku sudah sering melihat belati itu bersama dengan ayahku.
Ya, aku diberi hadiah belati bekas ayahku. Jika biasanya anah 6 tahun diberi hadiah boneka atau apapun yang menyenangkan. Tapi ayahku memberikan belati. Aku menatap belati itu lumayan lama. Berfikir, kenapa Ayahku memberikanku belati bekasnya.
Aku menoleh ke ayahku. Memandang matanya yang sayu dan berlingkarkan kantong mata, Sebuah wajah yang tidak pernah tersenyum, Wajah yang dingin dan datar. Kecuali beberapa saat lalu aku pertama kali melihatnya tersenyum.
"Ya?" Dia menaikan alisnya, "itu untukmu. Ayah ingin kau melakukan sesuatu untuk ayah."
"Tugas apa ayah?" Tanyaku sekali lagi.
Ayahku mengeluarkan sebuah foto dari saku jasnya dan diperlihatkan kepadaku.
Seorang anak laki-laki laki seumurankuku tersenyum di foto itu memperlihatkan gigi ompongnya, berkemeja biru, berambut coklat pendek.
Wajak anak itu terlihat tidak asing bagiku. Aku terus mengingat ingat siapa anak laki laki itu. Hingga aku ingat siapa anak laki-laki yang ayah tunjukkan itu.
Dia Ronald. Tetangga kami.
"Ronald?" Tanyaku memastikan
Ayahku mengangguk, "ya, bawalah kotak itu ke rumahnya dan bermainlah dengannya."
Sekali lagi aku memikirkan hal itu. Ayahku menyuruhku bermain? Setelah selama ini dia mengurungku di rumah.
Dengan senang hati ayah.
--------
Woahhh!!!
My new ff!
Hope you enjoy it!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLISON - Napevensie
AcciónJujur, tugasku tahun ini cukup sulit untuk dilakukan. Jika tahun tahun sebelumnya aku hanya cukup membunuh satu orang. tapi tahun ini aku harus membunuh tiga orang dan sebelum membunuh mereka aku harus membuat mereka jatuh cinta padaku. Dan.. Para...