Prolog

300 36 1
                                        

VIEWER DISCRETION IS HIGHLY ADVISED

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

VIEWER DISCRETION IS HIGHLY ADVISED

Surai hitam tertiup angin, membuat penampilannya semakin acak-acakan. Wajahnya yang sembab tampak habis menangis dihiasi oleh beberapa lebam pada pipi dan dahinya. napasnya masih tersengal, sisa dari berlari menaiki tangga ke lantai 7.

Pemuda itu menatap jalanan yang tampak seperti dua garis kelabu tipis dari posisinya berdiri. Telinganya kembali berdenging, bentakan dan jeritan orang-orang itu kembali terdengar bersama dengan kerasnya hembusan angin. Ia sedikit menunduk, lantas menekan kedua telinganya berharap suara-suara itu dapat pergi meninggalkannya sendiri.

Ia butuh kesunyian saat ini.

Tanpa ia sadari air matanya kembali menetes ketika kebisingan pada telinganya tak kunjung menghilang. 

"Berisik.."

Kini ia menggertakkan giginya, menahan emosi di dalam hatinya. Ia semakin menunduk hingga berjongkok, dengan kedua telapak tangan setia menutup pendengarannya. Napasnya semakin memburu seiring dengan mengerasnya volume suara dalam kepalanya itu. 

"BERISIK!"

Tiba-tiba ia bangkit dan menjerit. Sedikit berhasil, kebisingan itu mereda meski tak hilang sepenuhnya. Menghelakan napas pelan, ia melangkah maju hingga kakinya bertemu dengan pembatas di ujung balkon. Tatapannya kosong, tertuju pada jalanan di bawah sana.

Berbagai macam pikiran berkecamuk di dalam kepalanya. Kejadian demi kejadian seolah berputar ulang di dalam benaknya, membuat perasaannya semakin kacau. 

Semuanya terjadi begitu cepat. Di luar kesadarannya kakinya menapaki pembatas tersebut hingga kini posisinya semakin dekat dengan ujung balkon. Beberapa kali ia berusaha mengontrol napasnya walaupun tidak terlalu membuahkan hasil akibat tangisannya yang semakin memilu. Malah ia bernapas dengan tersendat, sedikit tersedak isakannya sendiri.

Dengan kasar ia mengusap wajahnya dengan lengan kemeja yang ia gunakan. Matanya menatap nanar kemeja yang ia kenakan. Menyadari siapa pemiliknya lantas membuatnya semakin tergugu. Merasa muak akan fakta tersebut, dengan satu sentakan kasar ia melepas kemeja itu, membiarkannya melayang jatuh ke bawah sana, bergerak secara abstrak akibat diterpa hembusan angin.

Kakinya gemetar cukup hebat ketika ia mengangkatnya, menggantung diudara tanpa pijakan. Suara-suara itu kembali tedengar, kali ini semakin memekakkan dan memaksa pendengarannya. Suara degupan jantungnya yang kini jelas memompa darah dua kali lebih cepat menambahkan kebisingan baginya. Mati-matian ia berusaha menenangkan dirinya sendiri sambil menggumamkan kata-kata yang sama berulang kali.

"Kalo Soobin mati, ngga bakal ada masalah,"

Ia memejamkan mata. Tanpa pikir panjang ia melangkahkan kakinya. Membiarkan dirinya terjatuh dari lantai 7, sama seperti kemejanya.

0o0

Pojokan Nol

h a i

book baru hehe

tema dari cerita ini cukup sensitif, gue harap kerja sama dan kebijakannya dalam membaca ya..

semangat terus, ada Nol disini kalo lo pada butuh teman cerita

my DM here is always open

makasii udah mampir~

makasii udah mampir~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Outline |TW!| [TXT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang