"Kak, hari ini sibuk, nggak?"
Dari balik bulu mata lentiknya, Jeongguk memperhatikan sang suami benahi simpul dasi yang mengelilingi lingkar kerah bajunya.
Taehyung terlihat tampan seperti biasanya. Dengan tubuh dibalut setelan formal berwarna gelap dan aroma citrus menguar dari tubuh tegapnya, membuat Jeongguk menggigit bibir bawahnya dengan gemas. Sekuat tenaga ia menahan diri untuk tidak menghambur ke dalam pelukan suaminya dan menghirup langsung aroma yang memabukkan itu dari dada bidang Taehyung.
Mood Taehyung sudah buruk sejak dia bangun tidur, Jeongguk tidak ingin memperkeruhnya lagi. Apalagi begitu Taehyung mengarahkan pandang pada Jeongguk, tubuhnya langsung meremang ditatap seperti itu oleh sepasang mata elang tersebut.
"Kenapa?" tanyanya dingin.
Mengedikkan bahu, Jeongguk menurunkan pandangannya pada kuku-kuku jemarinya. "Jimin ngajak kita nge-club nanti malam. Di tempat biasa kita nongkrong waktu zaman kuliah dulu. Mumpung Kak Seokjin sama Kak Yoongi lagi di sini juga."
"Kakak hari ini lembur. Banyak kerjaan. Kamu juga masih ada tugas kuliah, kan?"
"Udah aku selesaikan semua kemarin, biar hari ini luang," Jeongguk kembali menatap Taehyung penuh harap. "Kakak nggak mau istirahat satu malam aja gitu? Lemburnya besok. Kapan lagi kita bertujuh ngumpul bareng...." Kapan lagi Kakak punya waktu buatku?
Jeongguk bahkan tidak dapat mengingat kapan terakhir kali mereka pergi bersama di luar jadwal keluarga. Taehyung terlalu sibuk bekerja—pergi ketika jam bahkan belum mencapai pukul tujuh pagi dan pulang ketika Jeongguk sudah terlalu mengantuk untuk menyambutnya pulang. Belakangan ini, mereka bahkan tidak sempat mengobrol dari hati ke hati maupun sekadar menanyakan hari. Jeongguk merindukan masa di mana ia masih bisa memeluk suaminya itu kapan pun dia mau.
Sekarang, rasanya seperti ada dinding yang memisahkan mereka—penghalang yang mencegah keduanya untuk saling memahami. Banyak hal berubah secara drastis tepat di depan mata Jeongguk.
Hal itu terbukti lagi saat Taehyung menggelengkan kepalanya dengan tegas sebagai tanggapan, lalu menjawab, "Titip salam aja, ya. Ngumpul barengnya kapan-kapan aja. Kalau kamu mau pergi nanti malam, nggak apa-apa. Kakak belum bisa."
Taehyung yang Jeongguk kenal tidak seperti ini.
Dia selalu mengerti dan punya waktu. Untuk mereka.
Mungkin, prioritasnya berubah.
"Oke, deh. Nanti salamnya aku sampaikan." Jeongguk tersenyum kecil, mencoba menghibur diri. Dia harus berhenti menjadi orang yang terlalu banyak berpikir. Perusahaan Taehyung sedang dalam masa prima-nya, bahkan punya rencana untuk go public di waktu dekat. Itu sebabnya Taehyung sibuk belakangan ini. Tidak apa-apa. Bukan masalah besar. Jeongguk bisa menunggu.
Kan?
Melihat ke cermin untuk terakhir kalinya, Taehyung mengangguk dan mulai berjalan ke pintu depan. "Kakak berangkat dulu."
"Bentar!"
Jeongguk segera mengejar langkah Taehyung—belum siap untuk berpisah hari ini dengan suaminya itu dan ingin meyakinkan dirinya sekali lagi bahwa Taehyung tidak berubah.
Taehyung mengangkat alisnya, menunggu. Jeongguk menelan ludah.
"Kakak lupa sesuatu."
"Apa?" mengerutkan dahi, Taehyung menepuk kantong belakang celananya. "Dompet udah, kok."
Jeongguk menyeringai kecil. "Yang lain."
"Ponsel? Ada, di tas."
"Bukan, Silly. Ini," dengan percaya diri, Jeongguk mencondongkan wajahnya ke depan, kepala miring ke samping, memperlihatkan pipi tembamnya sebelah kanan pada Taehyung.
"Kamu ngapain?" celetuk Taehyung kemudian. Sama sekali tidak mengerti mengapa Jeongguk membuat gerakan menepuk-nepuk pipi kanannya dengan telunjuk sambil memanyunkan bibir.
Mendengar itu, kepercayaan diri Jeongguk runtuh seketika. "Uh...."
"Goodbye kiss?"
"Apa?"
"Nothing," menggelengkan kepala dengan cepat, Jeongguk mundur dua langkah ke belakang. Jantungnya mencelos seketika, digantikan perasaan malu yang tiada tara. "Kemarin aku lihat Kak Jimin sama Kak Hoseok ngelakuin ini. Setiap kali mereka berpisah, mereka selalu meninggalkan goodbye kiss."
Taehyung hanya bisa menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir. "Ada-ada saja," dia lalu membuka pintu depan, melihat arlojinya, dan menghela napas. "Kakak sudah terlambat. Sampai nanti."
Ini adalah pertama kalinya, melihat pintu tertutup serasa menatap sebuah harapan runtuh.
***
"Mungkin, akhirnya Kakak bosan sama gue," di antara tegukan gelas-gelas soju, Jeongguk mengakhiri curhatannya. Efek alkohol mulai membuyarkan akal pikirannya. Wajah Jimin yang berada di hadapannya berjumlah tiga. "Jimin, kalau tiba-tiba Kakak minta cerai gimana?"
"Jangan ngomong aneh-aneh," menjauhkan botol soju yang masih terisi setengah dari jangkauan Jeongguk, Jimin menghela napas pelan. "Setahu gue, Taehyung emang dingin orangnya. Cuma lo satu-satunya orang yang nerima afeksi dia. Mungkin, sekarang dia lagi banyak pikiran, susah nentuin fokus."
"Terus gue harus gimana, Jim?" Jeongguk merengek pelan. "Gue masih sayang Kakak. Gue kangen masa-masa pacaran dulu. Gue nggak mau Kakak berubah."
Sejenak, ada horor melintasi iris matanya.
"Jim, apa jangan-jangan Kakak selingkuh, ya?"
Mendorong kening Jeongguk dengan ibu jarinya, Jimin mendengkus pelan. "Ngawur." Gerutunya. "Taehyung kalau nggak pacaran sama lo ya aseksual. Itu anak paling aneh dalam lingkar pertemanan gue."
"Udah lah, biarin aja dulu. Mending sekarang kita happy happy, nenangin pikiran." Bersandar kembali pada punggung sofa di balik punggungnya, pemuda mungil itu menyeringai kecil. "Also, gue tahu toko bagus yang jual kostum maid terseksi."
Jeongguk mengernyitkan dahi. "Kostum maid?"
"Iya. Nih, lihat." Jimin mengeluarkan ponsel dari sakunya, membuka satu situs langganannya, lalu menyodorkan layar ponselnya pada Jeongguk. "Malamnya gue goda, besok paginya gue nggak bisa jalan dibuat Hoseok."
"Jimin," Jeongguk mengernyit jijik. Syok melanda hebat. Deretan kostum maid, lingerie, dan segala macam pakaian-pakaian seksi terpampang jelas di layar ponsel yang ia tatap. "What the fuck?"
Jimin tergelak melihat ekspresinya. "I'm just sayiiiing," godanya. "Anyway. Ayo, ke lantai dansa. Barusan gue lirik, ada yang lagi mepetin pacar gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of The Blue by Littleukiyo
FanfictionHanya cerita pendek tentang kelahiran si Biru di keluarga Kim.