Singkat Cerita

2K 237 5
                                    

Kabar menyebar luas dengan cepat. Terutama ketika tidak ada lagi yang perlu disembunyikan maupun dipermasalahkan.

Orang tua Taehyung dan Jeongguk sangat gembira begitu Taehyung menelepon mereka pada suatu pagi untuk memberi kabar tentang kehamilan Jeongguk. Bahkan, Taehyung sampai harus bersusah payah meyakinkan ibunya bahwa wanita itu tidak perlu membeli satu kardus susu kehamilan karena Taehyung sudah menyiapkan segalanya.

Jeongguk hanya tertawa menyaksikan itu semua, yang mana dibalas Taehyung dengan pelototan mata.

Dengan Jimin, berbeda cerita lagi. Begitu Jeongguk memberitahu, keduanya menghabiskan satu jam waktu bertelepon untuk berteriak heboh dan satu jam lainnya menangis tersedu-sedu.

Kala itu, Taehyung ganti tertawa. Sementara Jeongguk mengancam tidak akan memberikannya jatah mengusap perut Jeongguk kalau dia tidak berhenti tertawa.

Yah, secara keseluruhan, Jeongguk benar-benar bahagia.

***

"Pokoknya hati-hati," Taehyung berujar cemas. Raut wajahnya mengungkapkan keengganan. "Adek lagi hamil."

Jimin berdecih, tak percaya akan apa yang ia dengar. "Terus gue enggak, gitu?" menunjuk perutnya yang besar, nada bicara Jimin naik satu oktaf. "Gue yang lagi hamil tujuh bulan. Suami lo mah masih pemula!"

Jeongguk, yang duduk bersandar di kepala ranjang, hanya bisa terkikik geli menyaksikan perdebatan tersebut. Semangkuk buah duduk anteng di atas pangkuannya. Gigi kelincinya mengintip malu-malu di antara dua bilah bibirnya yang memerah lantaran mengisap pepaya setengah dingin tersebut.

"Suami lo harus non-aktifin mode orang tua yang terlalu protektif, deh." Jimin menggerutu sambil membanting pintu kamar menutup tepat di depan wajah Taehyung yang terlihat seperti masih ingin berdebat. "Udah lima bulan dan masih parah gitu?"

"Coba aja kalau bisa," Jeongguk tertawa pelan, "Gue udah nyerah yakinin Kakak kalau gue nggak se-fragile itu."

"Capek, deh." Duduk di tepi ranjang, Jimin meletakkan tangannya di atas perutnya. Diusapnya bulatan besar itu dengan lembut, bibir penuh cemberut melanjutkan gerutuannya. "Hoseok aja nggak separah itu."

Masih terkikik geli, Jeongguk meletakkan mangkuk buahnya yang tersisa setengah di atas naskah. Lalu kembali menggoyangkan kaki sambil menunggu Jimin mengendalikan emosinya.

"Jadi," menarik napas besar, ekspresi suram di wajah Jimin digantikan oleh keceriaan. "Kita hamil barengan, hm? Anak kita bakal jadi sahabat nanti! Excited banget."

"Yeah," Jeongguk mengusap perutnya. "Nggak nyangka ya, Jim? Bisa barengan gini."

"Gimana pangeran es itu ngeladenin mood swings lo?" Jimin bertanya, penasaran.

"Taehyung manis banget, Jim." Jeongguk mendesah puas. "Suami terbaik sejagad raya."

"Lo tahu, kan. Awalnya, gue kira dia bakal cuek dan bersikap dingin sampai bayinya lahir. Tapi, enggak, Jim. Nggak nyampe seminggu setelah ngobrol empat mata sama dia waktu itu, dia langsung beradaptasi jadi figur calon papa yang baik." Tersenyum kecil, Jeongguk ingat ketika dia mengidam susu pisang di tengah malam dan kebetulan mereka kehabisan stok. Dengan keadaan setengah mengantuk, Taehyung pergi ke minimarket untuk membeli susu pisang sejumlah lima box—padahal Jeongguk sudah mengatakan kepadanya bahwa dia baik-baik saja dan bisa pergi membelinya sendiri di pagi hari. Belum lagi inisiatif Taehyung untuk memijat kaki Jeongguk yang bengkak karena ia tidak bisa duduk diam saja. Taehyung benar-benar pria idaman.

"Dia sekarang menghabiskan lebih sedikit waktu untuk bekerja, ngasih gue perhatian penuh, beliin gue makanan sama barang yang lagi gue idam-idamkan, dan bahkan mijit gue tanpa gue minta." Jeongguk menggigit bibir bawahnya, gemas. "Lo tahu nggak, jari-jarinya yang panjang bisa lemesin otot kaku gue cuma dalam hitungan menit?"

"Kalau masalah keuntungan jari-jari panjang, sih, gue tahu bener." Jimin mengedipkan matanya. "Berarti seksnya tetep enak, nih?"

"Oh, my God!" Jeongguk memekik ngeri. "Gue nggak mau bahas itu sama lo!"

"Aw, come on." Jimin tertawa. Mendekatkan diri pada Jeongguk, Jimin meraih kaki Jeongguk dan memijatnya pelan. "Gue akan dengan senang hati berbagi cerita tentang perjalanan seks gue selama kehamilan."

"Nggak! Gue nggak mau denger!" Jeongguk memeluk perutnya dengan protektif, lalu berbisik pelan. "Bayi kita bisa denger, Jim."

Jimin tergelak hebat melihat perilaku menggemaskan sahabatnya itu.

"Gue seneng tahu, lihat lo sekarang." Menghela napas, Jimin kembali teringat akan hari-hari di mana Jeongguk datang untuk menyembunyikan keinginannya dan bersikap bahwa ia baik-baik saja dengan itu semua. "Lo udah nunggu lama. Lalu, tiba-tiba aja si kecil ngambil langkah pertama buat mengakhiri kegalauan lo berdua."

"Cowok, Jim." Jeongguk tersenyum kecil. "Gue sama Kakak cek kandungan minggu lalu dan diprediksi jenis kelaminnya cowok. Kak Taehyung udah nge-list nama bayi sejak tiga hari yang lalu dan list-nya makin panjang!"

"Gue ikutan seneng dengernya." Jimin tersenyum tulus. Menghentikan aktivitasnya memijat kecil kaki Jeongguk, Jimin memperhatikan jemarinya lantas bergumam pelan. "Kesabaran selalu membuahkan hasil terbaik, ya?"

"Yeah," Jeongguk menangkap kilauan di antara jari-jari pendek Jimin lalu terhenyak, "tunggu."

"Kak Hoseok akhirnya ngelamar lo!??"

Jimin mengangguk semangat. Tawanya terdengar sangat renyah. "Iya, kemarin. Makanya, gue langsung maksa meet up sama lo hari ini. Gue mau pamer!"

"Oh my God, I'm so happy for you, Jim!" Bergerak secepat yang ia bisa, Jeongguk memiringkan tubuhnya dan menghampiri Jimin. Ditariknya pemuda itu ke dalam rengkuhannya, lalu dipeluknya erat-erat. "I'm soooo happy. Congratulations!"

"Iya, iya." Tertawa penuh haru, Jimin memeluk sahabatnya itu sama eratnya. Dadanya terasa penuh oleh kehangatan saat ini. "Jangan teriak-teriak, Jung. Ntar suami lo serangan jantung."

***

Secara keseluruhan, sembilan bulan perjalanan Jeongguk menanti kehadiran bayinya berjalan cukup lancar.

Memang, masih terjadi perselisihan trivial di beberapa hal, tetapi sepasang suami itu bisa menyelesaikan segala masalahnya dengan baik.

Jeongguk melahirkan pada tanggal 14 April, di bawah pengaruh obat bius, dan Taehyung nyaris pingsan melihat prosesnya.

Anak pertama mereka lahir dengan selamat dan berisik.

Sangat berisik.

Out of The Blue by LittleukiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang