***
Jennie terkejut mendengar kabar jika kakak perempuan kabur disaat hari pernikahan yang sebentar lagi akan dilaksanakan.Ia melihat para anak buah ayahnya yang sibuk keluar untuk menemukan sang kakak. Ayahnya yang terus menerus menelpon seseorang yang Jennie tak tau itu siapa? Ia melihat ibunya Juga sedang memarahi seseorang melalui telpon.
Jennie ingin beranjak dari tempat duduknya. Ketika seseorang pemuda datang yang diketahui sebagai asisten keluarga mereka. Membisikan sesuatu kepada ayah dan ibunya yang tak terdengar sama sekali oleh Jennie. Jennie ingin mendekat tetapi adik lelakinya masuk dan langsung menarik tanganya keluar dari ruang tersebut.
"Kak ada apa? Semua tamu telah banyak mengeluh dan juga Keluarga Lee sudah datang." Ucap Jeno.
Jennie menarik adik lelaki itu untuk menjauh dari sana dan mengajaknya untuk masuk salah satu ruangan.
"Ada apa kak?"
"Jeno. Apa kak Sonya mengatakan sesuatu padamu?" Tanya Jennie.
"Maksud kakak?"
"Maksud kakak. Sebelum kak Sonya kabur. Apa dia-"
"Kak Sonya kabur. Bagaimana bisa dia kabur hari pernikahannya? Lalu ayah dan ibu,"
Jennie menggeleng. Ia tidak tau, bagaimana mungkin kakaknya bisa kabur sedangkan penjaga yang ayahnya suruh untuk menjaga kakaknya sangat ketat.
"Kakak bagaimana jika keluarga mereka tau kalau kak Sonya kabur. Mereka akan sangat marah kepada keluarga kita."
Jennie kembali mengeleng. Jennie menegang pundak Jeno. "Jeno ayo kita bantu cari kak Sonya."
Jeno mengeleng. "Jangan kak. Kakak tetap disini biar aku yang mencari Kakak Sonya. Kakak tenangkan ayah dan ibu saja."
"Tapi Jeno,"
"Kak. Ayah dan ibu akan sangat marah jika kita berdua tidak ada. Sekarang Kakak tenangkan diri. Lalu tenangkan ibu dan ayah. Aku pamit pergi. Kurasa Kak Sonya belum terlalu jauh jika dia belum lama pergi."
***
Suasana di dalam ruangan tersebut sangat kacau dengan barang-barang pecah berserakan. Jennie melihat sekeliling tidak menemukan ayah dan ibunya.
Dimana mereka? pikir Jennie.
"Jennie, Dari mana saja kamu!" Seru nyonya Kim sembari menarik lengan Jennie sedikit kasar. Gadis itu sedikit meringis. "Bu..,"
"Sudahlah kita tak banyak waktu." Ujar Tuan Kim cepat. "Kau." Tunjuknya kepada orang disampingnya. "cepat dandan-i dia."
Seorang Mua tersebut mengangguk. Dengan cepat langsung mengajak Jennie duduk disalah satu bangku yang menghadap kearah cermin. Jennie jelas binggung. "Ada apa ayah? kenapa aku yang harus- aku tidak mau di rias lagi."
"Diam Jennie!" Tegas Tuan Kim. "Kita tak punya waktu lagi. Keluarga Lee telah menunggu lama. Kau yang akan mengantikan Sonya. Anak kurang ajar itu entah kemana?"
"Ayah. Maksud ayah aku mengantikan kak Sonya?"
"Iya, apa lagi! Sudah Jangan banyak tanya. Ayah tunggu diluar." Ucap Tuan Kim sembari beranjak keluar.
"Ayah!" Panggil Jennie.
"Bu..," ucap Jennie kepada wanita setengah abad yang masih satu ruang dengannya.
"Sudahlah Jennie kau diam saja, agar dia lebih cepat mengerjakan pekerjaan nya."
"Tapi Bu. Aku tidak mau menikah."
"Tidak ada yang meminta pendapatmu Jennie. Kau mau atau tidak? Pernikahan ini akan terjadi. Dan juga kau seharusnya membalas budi keluarga ku. Kau juga akan beruntung jika menikah dengan orang seperti Taeyong." Ucap ketus nyonya Kim.
"Jika saja Sonya tidak kabur. Tidak akan pernah sudi aku melepaskan menantu seperti Taeyong padamu." Lanjut nyonya kim
"Cepatlah selesainya. Aku sudah sangat lelah menunggu." Ucap nyonya Kim kepada Mua tersebut.
Jennie terdiam tak melakukan pemberontakan lagi. Ibunya akan selalu berprilaku seperti itu Jika sedang berdua dengan Jennie. Jennie tau sejak pertama kali Jennie datang kekeluarga ini ibunya tak pernah menerima nya dengan baik.
***
Jantung Jennie berdegup sangat kencang ketika ayahnya menuntunnya ke arah lelaki diseberang sana. Jennie berulang kali menghembuskan napas dengan pelan dan mengeratkan genggaman di tangan ayahnya.
"Aku serahkan putriku pada mu Lee Taeyong. Jaga dia baik-baik." Ucap Tuan Kim. Lelaki bermana Lee Taeyong tersebut tersenyum kemudian mengangguk. Jennie merasakan jika tangan telah berpindah ke tangan lelaki bernama Taeyong itu.
Kedua mengucapakan kedua Janji suci ketika Jennie mengucapkan janjinya, Taeyong menelepaskan tanggannya. Ia terkejut. Ia ingin mengucapkan sesuatu tetapi pendeta memotong ucapan ya dan segera menyuruh mempelai lelaki mencium mempelai wanita.
Jantung Jennie semakin berdetak kencang ketika Taeyong membuka penutup wajahnya, lelaki itu Terkejut. Terlihat jelas wajahnya mengeras.
"Cium.. cium.."
Kedua mempelai yang saling tatap, tersadar. Tangan Taeyong memengang lengan Jennie menatap mata sipit Jennie dengan tajam, pengangan tangan Taeyong semakin kuat membuat Jennie sedikit meringis.
Taeyong mendekatkan wajahnya ke arah Jennie. Dapat Jennie lihat wajah tampan tegas lelaki di hadapnya ini.
Taeyong tersenyum sinis kemudian menempelkan bibir ke bibir Jennie mungil Jennie. Lelaki itu tak melakukan apapun hanya menempelkan saja kemudian dengan secepat kilat menyudahi ciuman itu.
***
Sekarang kedua mempelai itu telah sampai di kediaman penthouse si lelaki. Taeyong meminta agar lebih cepat pulang. Ia terlalu terkejut dengan semua ini. Ia merasa dibodohi oleh keluarga Kim.
Tanpa menunggu Jennie. Taeyong pergi masuk ke dalam Penthouse nya.
Taeyong langsung berjalan masuk ke kamarnya. Ketika ia masuk ke dalam mimpinya, seseorang masuk membuatnya berdecit tak suka. Ia bangkit menatap Jennie penuh kebencian.
"A-aku-"
"Keluar." Ujar Taeyong dingin sembari berdiri mendekat ke arah Jennie.
"A-aku hanya-"
"Kubilang keluar. Keluar!! Jangan menganggu ku." Teriak Taeyong mendorong Jennie keluar dari kamarnya.
Brak..
Jennie terkejut. Menatap pintu tersebut sendu. Entah sudah berapa Jam Jennie duduk didepan pintu kamar Taeyong. Karena hari sudah sangat malam. Lelaki di dalam kamar keluar ia ingin menghabiskan waktunya di bar. Mencari hiburan setelah pernikahannya di tipu..
Taeyong menatap malas wanita yang sedang tidur sambil duduk di depan kamarnya.
Apa dia tak gerah memakai gaun itu. Tak mau repot Taeyong melewati Jennie tanpa memperdulikan Jennie yang sedang lelah karena menunggu Taeyong membuka kamarnya.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Bride
Fanfiction[Warning 20+] Jennie terpaksa menggantikan kakaknya yang kabur di hari pernikahan. Dengan tekanan dari kedua orang tuannya dan juga keluarganya Jennie terpaksa menyetujui itu. Hidup pernikahan Jennie dibawah tekanannya dari suami yang tak pernah me...