Chapter 2. Keseharian

82 19 1
                                    


- ✨



Menjadi angkatan tertua di sekolah menengah atas menandakan akan banyak kegiatan di luar akademi yang berkurang. Ekstrakurikuler yang semula menghabiskan banyak waktu di akhir pekan kini sudah tidak bisa lagi diikuti oleh anak-anak kelas tiga. Jam tambahan bimbingan belajar pun ditambah untuk menjadi pengganti kegiatan ekstrakurikuler yang mau tak mau harus diikuti oleh semua murid karena dijadikan sebagai syarat lulus dari sekolah.

Menunggu jam bimbingan belajar dimulai, Agas dan Biya seringkali duduk di pinggiran lapangan di pelataran kelas Biya, memperhatikan adik-adik kelas yang bermain futsal dengan seragam mereka yang sudah berantakan tak karuan. Biya tertawa melihat bola yang tanpa sengaja terlempar mengenai makanan anak-anak perempuan di ujung lapang, menertawakan bagaimana adik-adik kelasnya itu dimintai ganti makanan yang terbuang sia-sia.

"Ini," Agas duduk di samping Biya, memberikan segelas es teh manis yang langsung disedot sepertiganya oleh yang lebih kecil.

"Kasian deh itu, makanannya ketendang bola jadi pada tumpah haha," Agas ikut tertawa, lalu kembali menyodorkan onigiri yang sudah dibuka di depan mulut Biya. Yang lebih kecil langsung membuka mulutnya, menggigit ujung onigirinya sebelum Agas kembali menarik tangannya, lalu ikut makan dari onigiri yang sama.

"Lagi," Biya membuka mulutnya, menunggu tangan Agas untuk menghampiri dan menyuapinya lagi dengan onigiri yang tinggal tersisa setengahnya.

"Tadi aja bilangnya nggak mau nitip onigiri." omel Agas yang hanya dibalas kekehan.

"Lo sama Jevian, gimana?" Agas kembali membuka suara, Biya mengunyah onigirinya lebih pelan, mengulurkan waktunya untuk menjawab pertanyaan Agas. Yang bertanya juga ikut diam, menunggu dengan sabar jawaban dari yang lebih kecil di sebelahnya.

"Nggak gimana-gimana?" ujar Biya dengan ragu, ia bingung apa yang harus ia katakan pada lelaki di sampingnya yang langsung mendengus pelan, sangat pelan hingga Biya juga hanya mendengarnya samar.

"Lo suka sama Jevian?"

Biya menoleh, menatap sisi wajah Agas yang tegas dengan rahangnya yang mengeras, ia terkekeh sebelum memainkan rambut Agas dengan tangannya.

"Cemburu ya lo?" Agas hanya diam, mengiyakan dalam hati dan tidak menjawab pada yang lebih kecil, ia hanya kembali menyodorkan gigitan terakhir onigiri untuk Biya.

"Kalau Jevian ngeliat gua juga dia yang bakalan cemburu sama gua," Agas berujar dengan cuek sebelum menenggak habis satu botol air mineralnya, Biya tertawa menyetujuinya.

Guru bimbingan sudah keluar dari ruang guru yang berada di seberang lapangan. Agas menyuruh Biya untuk masuk lebih dulu dan memintanya menunggu jika kelas Abiyya ternyata keluar lebih awal daripada kelasnya.

"Iyaa, lo jangan bolos ya, awas loh!" ancam Biya sebelum berlari kecil masuk ke dalam kelasnya.

"Pacaran mulu kamu gas," Pak Hasan menyapa sebelum masuk ke dalam Abiyya, membuat Bagas menghampirinya untuk salim dan memamerkan gigi-giginya.

"Nitip ya pak, jagain, ntar saya ambil lagi," Pak Hasan tertawa dan hampir memberi jitakan pada kepala Bagas, namun belum berhasil jitakannya mendarat, Bagas sudah berlari menuju kelasnya sambil tertawa.

Bukan Biya yang menunggu setelah jadwal bimbel sorenya selesai, namun Bagas yang justru sudah bermain basket di lapangan sekolah, kemejanya sudah dilepas dan menyisakan kaos putih polos, bermain sendirian selagi menunggu kelas Biya selesai. Biya menghampiri Bagas dengan berlari dari kelas menuju lapangan hingga nafasnya terengah-engah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

we will always go home ; KookmimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang