White Love

183 25 4
                                    

"Terima kasih Lee ahjussi. Semoga harimu menyenangkan." pria paruh baya itu tersenyum simpul dibalik kemudinya, sebelum akhirnya meninggalkan gadis cantik itu didepan bangunan bernamakan Bon Appetit yaitu sebuah restoran berkelas yang hanya dapat dikunjungi bagi kalangan atas. Park Jiyeon gadis itu melangkahkan kakinya dengan pasti memasuki pelataran gedung, wajahnya bersinar cerah bahkan senyumnya bertengger manis sedari sebelum datang ketempat ini. Tepatnya saat sebuah pesan masuk kedalam ponselnya, pesan dari ibunya yang berisikan ajakan makan malam keluarga untuk merayakan ulang tahunnya. Sebenarnya bukan makan malam mewah ataupun sebuah hadiah yang membuatnya sebahagia ini melainkan sebuah perhatian dari orang yang dikasihinya saja sudah lebih dari cukup, tidak bermaksud berlebihan hanya saja selama tinggal bersama mereka ini pertama kalinya ada perayaan ulang tahun padahal dengan mereka mengingat keberadaannya saja sudah sangat bersyukur.

Jiyeon mengucapkan terima kasih pada pramuniaga yang dengan senyum ramahnya membuka pintu dan mempersilahkannya masuk.
"Selamat datang Nona~. Sebelumnya sudah melakukan reservasi atau mau reservasi untuk berapa orang?"

"Ibuku sudah melakukan reservasi sebelumnya, meja nomor 17. Atas nama Park Gyuri bisa tolong diperiksa kembali?" mereka membenarkan menemukan nama ibunya dalam daftar tamu, dan seorang pelayan datang bermaksud mengantarkannya namun Jiyeon menolaknya dia minta ditunjukkan arahnya saja. Setelah mendapat petunjuk arah Jiyeon kembali melanjutkan langkahnya dengan senyum yang semakin merekah menambah kecantikannya. Dilihatnya arloji yang terpasang dipergelangan tangan kirinya menunjukkan pukul 19.15 KST sebenarnya dia datang 45 menit lebih awal dari waktu yang telah dijanjikan dari yang seharusnya,
tentu tanpa sepengetahuan keluarganya karena dia beralasan akan datang terlambat karena pekerjaannya yang belum usai. Dia juga ingin membuat kejutan kecil untuk keluarganya dengan datang lebih awal, bahkan dia menggunakan waktu istirahat makan siangnya demi menyelesaikan pekerjaannya agar bisa selesai lebih cepat dan bisa pulang lebih cepat pula tapi itu setimpal dengan kebahagiaan yang akan ia terima hari ini. Jiyeon menghirup udara disekitarnya dan menghembuskannya pelan dia sedikit gugup "Ini bukan mimpikan?" gumamnya masih tidak percaya, namun senyumnya mengembang kala ia dapat melihat punggung Ayah dan Ibunya dari jaraknya saat ini. Kini langkahnyapun semakin pasti hanya tinggal sekitar 3 langkah lagi dari tempat duduk keluarganya tiba-tiba Jiyeon menghentikan langkahnya dan berdiri kaku diatas pijakannya.

"Jiyeon itu bukan anak kandung kita. Untuk apa kau melakukan hal tidak berguna seperti ini? Tsk, membuang uang saja." Ujar Park Donggun

"Tapi dia sudah banyak membantu kita yeobo, khususnya aku. Dia juga banyak membantumu mengurus perusahaan danㅡ" Donggun merasakan remasan pada genggaman tangan istrinya namun dengan santainya dia melepaskan tangan itu dengan sedikit menyentaknya.

"Dan jangan lupakan fakta bahwa dia hanya anak umur 5th yang terpaksa kubawa dulu sebagai pancingan agar kau lekas hamil saja. Setelah kau akhirnya hamil Yerin maka kehadirannya sudah tidak dibutuhkan lagi." Donggun mendengus kasar "Dan apa katamu tadi? Membantu? Huh! Bukankah itu sudah seharusnya? Setelah hidupnya sudah tidak berguna dan dia masih ingin tinggal bersama kita maka bekerja untuk kita itu sudah seharusnya dia lakukan." Gyuri meremat tangannya

"Bukankah kita sudah sepakat membawanya. Kita sudah terlanjur memberikan Jiyeon kecil harapan keluarga impiannya mana bisa aku menghancurkan hatinya. Seharusnya kau tidak melampiaskan kebencianmu padanya." Gyuri tak bisa menghentikan air mata yang kini mendesak keluar bersamaan dengan dadanya yang terasa sesak mengingat kejadian masa lalunya yang menyakitkan. Dulu Gyuri sulit hamil bahkan setelah menikah 5th lamanya belum juga dikaruniai anak untuk itu dia sepakat mengadopsi anak sebagai pancingan agar dia bisa memberikan penerus bagi keluarga Donggun, singkat cerita akhirnya Gyuri mengandung dan melahirkan anak yang sayangnya seorang bayi perempuan dan karena ada masalah dalam rahimnya maka dengan berat hati rahimnyapun harus diangkat. Memupuskan harapan Donggun yang menantikan seorang putra, untuk itu maka menurutnya keberadaan Park Jiyeon sudah tidak diperlukan lagi untuk itu dia memutuskan mengembalikan Jiyeon kecil kepanti asuhan tempatnya dulu. Tapi saat itu Jiyeon kecil menangis tersedu-sedu tidak mau Gyuri meninggalkannya seperti halnya gadis kecil itu Gyuripun sudah terlajur menyayanginya sebagai putrinya sendiri untuk itu dia memohon pada Donggun untuk mengizinkannya membawa Jiyeon bersamanya. Tapi bagi Donggun melihat Jiyeon sama saja dengan melihat mimpinya yang hancur untuk itu dia membencinya.

White Love [ONESHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang