01

106 19 0
                                    

Jimin tengah duduk berdampingan dengan Hoseok di sebuah cafe di seberang sebuah perusahaan yang sedang naik daun belakangan ini, Min Company.

Ntah kenapa, jemarinya bergerak menggenggam satu sama lain. Tiba-tiba dirinya dilingkupi rasa gugup. Padahal, ini bukan kali pertama ia melamar pekerjaan, tapi kali ini seperti ada yang aneh dan mengganjal perasaannya.

"Heh, lo kenapa dah?" Hoseok yang menyadari tingkah aneh Jimin bertanya.

Jimin mengangkat bahu. Dibawanya tangan mungilnya menggenggam segelas banana smoothie di hadapannya. "Nggak tahu. Tiba-tiba gugup. Padahal ini bukan pengalaman pertama gue lamar pekerjaan."

"Santai, Ji. Katanya orangnya baik kok. Lagian dia juga berpendidikan tinggi, terus citranya juga baik. So, no need to worry i guess." ujar Hoseok berusaha menenangkan Jimin.

Jimin hanya tersenyum tipis sembari menganggukkan kepalanya. Dalam hati, ia berusaha menenangkan dirinya.

Kriing!

Bertepatan saat itu, bel pintu cafe berbunyi. Seorang pria dengan setelan mahal yang membalut tubuhnya masuk sembari mencari-cari meja tempatnya membuat janji temu.

"Tuan Min! Disini!" Hoseok berdiri dan melambaikan tangannya.

Pria dengan setelan mahal itu lalu mengangguk sembari tersenyum kecil dan segera berjalan ke arah Hoseok. Namun, langkahnya sedikit melambat kala melihat punggung seseorang yang kini tengah membelakanginya. Tampak begitu rapuh.

Mujigae, kaukah itu?

Hoseok menyenggol tangan Jimin yang masih asyik dengan lamunannya. Jimin yang tersadar langsung memandang Hoseok. Hoseok memberi kode dengan lirikan matanya. Jimin terbelalak dan ikut berdiri. Sebelum berbalik, ia menyempatkan diri sedikit merapikan penampilannya.

Ia bersiap, memasang senyumannya, lalu menarik napas. Setelahnya ia berbalik dan menunduk memberi salam. "Selamat siang, tuan. Saya pelamar yang hendak menjadi pengasuh anak anda. Saya Park Jimin. Senang bertemu dengan An—"

Perkataan Jimin terpotong kala netranya bersibobrok dengan pria yang kini berdiri di hadapannya. Pria yang kelak menjadi tuannya.

—Pria yang sama yang meninggalkannya dan membuat situasinya menjadi hancur 3 tahun silam. Pria yang ia hindari mati-matian seumur hidupnya setelah meninggalkannya dengan sejuta tanya dan kekecewaan.

Pria itu kebenciannya. Pria itu ketakutannya. Pria itu mimpi buruknya. Pria itu Min Yoongi, mantan tambatan hatinya. Orang yang dahulu sempat dicintanya namun berujung dengan menorehkan kekecewaan pada relung hatinya.

Menorehkan luka yang begitu dalam dan menyakitkan. Hingga membuatnya trauma akan kata 'percaya'.

"Halo, Jimin? Kita bertemu lagi rupanya." Min Yoongi tersenyum sembari mengulurkan tangannya.

"Jimin? Lo sama Tuan Min udah saling kenal?" Hoseok yang tak tahu-menahu apapun hanya bisa bertanya dengan membisik sembari menatap kedua insan yang masih bertatapan di hadapannya secara bergantian.

Jimin masih mematung. Napasnya tercekat. Jantungnya mendadak berdegup kencang.

Dan ia benci itu. Ia benci jantungnya berdegup kencang hanya karena melihat pria brengsek di hadapannya yang kini tersenyum seolah tak pernah melakukan dosa apapun. Ia benci Min Yoongi dan dirinya sendiri yang terlalu mudah luluh.

"S-seok, kepala gue mendadak pusing. Gue mau pulang aja sekarang." ujar Jimin lalu tanpa aba-aba meninggalkan bangunan itu.

Hoseok terkejut bukan main. Ia lalu tersenyum tak enak pada Yoongi dan menunduk meminta maaf. "Duh, maafkan teman saya ya, Tuan Min? Sepertinya ia tiba-tiba kurang enak badan. Nanti saya hubungi lagi." Hoseok berujar tak enak lalu buru-buru pergi.

Meninggalkan Yoongi yang masih berdiri di tempat asalnya sembari menatap pintu keluar yang perlahan tertutup. Menandakan Jimin dan Hoseok sudah benar-benar pergi.

Jimin, mujigae, rupanya kamu masih membenciku. Kumohon, maafkan aku.

Yoongi menghela napas sembari melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

TBC

Hiraeth [YoonMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang