Haifa gapai tangan dingin itu, digenggam erat supaya hilang dari rancu lepas. Salurkan panas dari tubuh yang kalut biar si pria tahu keadaan kalau Haifa sedang sedih ditinggal pergi suami.
Yoongi hanya diam seribu bahasa. Bingung buat apa, tak ada opsi tindakan. Tatapi tangan, elus pelan mereka. Yoongi tahu pasti, Haifa ingin sampaikan sesuatu. Namun apa?
Tak mau buat gegabah lagi, "Aku tak mau kau pergi. Jangan dengarkan aku. Jangan turuti semua yang kupinta. Abaikan, kau biasa seperti itu tapi kenapa. Kenapa yang ku mau semua kau turuti, yang kuinginkan selalu kau jalani? Kenapa?!"
Bayangan Yoongi injak rumah seperti minggu lalu adalah mimpi terburuk Haifa. Sebuah kata yang terselimpir dilidah, dikeluarkan tanpa maksud jelas benar-benar pria jakung itu lakoni. Perempuan itu tidak sepenuhnya ingin Yoongi pergi, tidak ketika kasur dingin si pria yang dia temui, lemari pakaian yang kosong, bahkan kabar pesan yang nihil ada.
Yoongi tersenyum pelan, tanpa lelah menatap kagum si perempuan yang semakin hari semakin dibuat jerat. Tanpa tunggu apa, Haifa ia peluk.
"Sudah ku katakan sedari dulu. Aku terlalu sayang padamu, cinta padamu. Kuturuti semua katamu sebab aku tak tahu harus bagaimana menyampaikan ini. Saat kau bilang aku mesti pergi dari rumah, akan ku lakukan. Ketika kau bilang ingin durian di kampung halaman, maka kubelikan.
Aku tak seperti pria lain, Haifa. Yang terbiasa beri sentuhan lembut pada sang istri. Aku tak dilatih, dan dibesarkan seperti itu. Tapi aku dilahirkan, untuk membahagiakanmu. Jadi jangan sedih, aku disini sekarang. Maafkan aku sudah ambil pendek atas ucapmu tanpa kupertanyaan lebih lanjut."
Apa Haifa salah buat banjir air mata sekarang? Apa sebuah kesalahan dia sudah benar-benar jatuh kepada Yoongi -pria yang sempat dia tolak mati-matian?
Mungkin benar, tidak perlu percik untuk memulai rasa. Karena yang cinta perlukan hanyalah waktu. Lantas, Haifa sudah kalah telak dengan si waktu, gugur di medan perang, jatuh jadi tawanan rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
haluan
Short Storymeski tak bisa gapai dalam hidup, paling tidak imajinasi bisa sampai saat mata tertutup.