#1

1.4K 120 20
                                    

"Kageyama?"

Panggilan seseorang membuat Kageyama tersentak, dia menoleh kearah pintu dan mendapati Hinata berdiri disana.

"Lo masih latihan? Sendiri?". Hinata menyimpan tasnya lalu berjalan mendekati Kageyama dan sejumlah bola voly disana.

Kageyama tak menjawab, ia terus mengambil bola voly disekitarnya lalu berdiri menyamping dan melempar bolanya keatas seperti ada orang yang akan meng-spike bolanya melewati net dan menghancurkan lawan, namun kenyataanya tidak.

Kageyama, sosok pemuda jenius dan haus akan kemenangan. Tak ada yang mau berteman dengannya saat ia masih smp, walau terkenal karena jenius ia juga terkenal karena memiliki sifat egois dan keras kepala.

Jujur itu membuatnya sedikit frustasi, dimana saat itu ia harus bermain sendiri, selalu menghabiskan waktunya dengan bola voly. Walaupun tampilannya seperti orang yang tak membutuhkan teman, tetapi jauh dalam lubuk hatinya Kageyama sangat ingin memiliki teman walau hanya satu orang.

"KAGEYAMAAAA!!!!"

Teriakan itu, Kageyama menoleh sesaat, melihat Hinata berlari kearahnya dengan mata yang difokuskan keatas. Reflek, Kageyama menujukan bolanya tepat dihadapan Hinata.

Wush
Bugh

Tatapan Kageyama dan Hinata jatuh ke bola voly itu. Tatapan yang mengartikan segalanya.

Sempat tak percaya, tadi Kageyama melihat sendiri bagaimana Hinata memukul bola yang dioper olehnya, melihat bola itu melesat dengan sangat cepat dari atas net lalu jatuh dengan kerasnya.

Kageyama tertegun, lalu menatap Hinata tak percaya.

"Kageyama, gua bakal mukul bola yang lo tujuin sebanyak mungkin. Karena itu, jangan pernah berhenti oper bolanya ke gua, gua janji bakal terus jadi patner lo sampai kapanpun, lo bisa make gua buat capai apa yang lo mau. Mulai hari ini dan seterusnya, ayo terus barengan". Hinata menatap Kageyama lalu tersenyum.

Kageyama masih terdiam, otaknya masih memproses apa yang baru saja terjadi. Hinata, menatapnya lurus dan mengatakan sesuatu yang serius. Itu seperti merubah dunianya.

Ada perasaan senang yang menyelimuti dirinya dan ada banyak pertanyaan yang berada dalam benaknya.

Apakah ia harus mempercayai pemuda ini?
Apa yang sebenarnya Hinata pikirkan?
Kenapa tiba tiba seperti ini?
Kenapa rasanya sangat aneh, seperti ingin berteriak sekencang kencangnya?
Dan
Apakah ini rasanya memiliki seorang teman?

Tanpa sadar Kageyama mengangguk, tersenyum kearah Hinata yang juga dibalas senyuman tulus oleh Hinata.

"Sekarang ayo pulang, besok kita gabung klub voly bareng ya?". Hinata mengambil tasnya begitu juga dengan Kageyama.

"Ya".

Mereka keluar dari gedung itu, lalu berjalan melewati gerbang sekolahnya. Sepanjang perjalanan keduanya banyak mengobrol. Dari obrolan biasa hingga obrolan tidak jelas.

Mulai dari Hinata yang bercerita, bahwa ia tak memiliki 'teman tetap untuk mengoper' dan berakhir memaksa temannya yang berasal dari klub yang berbeda untuk mengoperkan bola kepadanya.

"Lo tau? Dulu gua ga punya temen tetap buat ngoper". Hinata mulai bercerita

"Temen tetep? Oh lu ga punya punya temen?". Kageyama kebingungan dengan maksud 'teman tetap' yang dikatakan Hinata.

"Bukan, gua punya temen cuma beda klub. Ga ada cowo yang mau ngikut klub voly, jadi gua gabung sama cewe cewe, tapi karena bosen gua maksa temen gua yang dari klub sepak bola sama basket, buat ngoper bola ke gua".

"Dan mereka nyuruh lo buat berhenti main voly, terus nyari hobi lain kan?". Hinata terkejut, sontak menatap Kageyama yang masih menatap kedepan, Hinata menunduk, lalu mengangguk lesu.

"Iya, mereka nawarin buat masuk klub lain". Hinata mengangkat kembali kepalanya lalu bertanya lagi

"Lo tau dari mana?"

"Gua pernah gitu. Gua diminta keluar dari klub voly sama yang lain, miris"

Lalu keduanya hanyut dalam keheningan, sampai Hinata bertanya lagi

"Lo pulang jalan kaki? Rumah lo deket?".

Kageyama diam, tak lanjut berjalan dan juga tak menyahuti pertanyaan yang dilontarkan Hinata barusan. Membuat Hinata menoleh lalu berjalan mundur beberapa langkah, kembali menatap Kageyama.

"Kenapa diem?"

"DARI TADI KITA BARENGAN KENAPA LO BARU NANYA GUA JALAN KAKI ATAU GA? LU PIKIR DARI TADI GUA TERBANG? MELAYANG? HAH?". Kageyama berteriak ganas, untung saja ibu ibu komplek tidak keluar dan memarahi mereka, bisa gawat kalau sampe itu terjadi.

"Biasa aja lah anjer kan gua cuma mau nyairin suasana, lagian gua ga budeg jadi jangan teriak teriak, panas nih kuping". Hinata menggosok telingannya, mencoba membalas dengan ganas juga walau sebenarnya sangat terkejut karena Kageyama tiba tiba teriak, serem.

"Huh, jadi rumah lu di blok mana?". Hinata menoleh, melihat Kageyama yang masih menatapnya sambil menunggu jawaban.

"Gue diblok kanan, lo juga?"

"Ga, gua yang kiri"

"Wah gua yang baik". Kageyama menoleh, bingung.

"Apanya baik?"

"Ya gua kan di kanan, kanan itu biasanya baik, terus kiri versi jahat, berarti lo juga jahat". Hinata menyahut dengan santainya, tanpa sadar membuat Kageyama kembali tersulut emosi

"Lu mending pergi dah sebelum gua tendang"

"Hehe kalem dong, oh iya btw gua bisa minta nomor lo? Biar besok nemunya cepet". Hinata menyodorkan ponselnya kearah Kageyama.

Kageyama menerima ponsel itu, jarinya dengan lihai memencet angka yang ada, lalu dikembalikan ke Hinata.

"Makasihh, besok ke sekolah bareng ya?".

"Jangan sampe telat". Jawaban yang dikeluarkan Kageyama sedikit membuat Hinata terkejut, ia pikir akan ditolak mentah mentah.

"Yang baik gini mana ada telat, lo tuh harusnya ingetin diri sendiri jangan sampe telat besok". Kageyama menoleh dengan cepat, seakan ingin sekali memakan pemuda kecil disampingnya ini.

Hinata yang merasa posisinya dalam bahaya segera melarikan diri dan disusul dengan teriakan Kageyama.

"CEBOL KAGA TAU DIRI YA LO".

"EH TOLONG ITU YANG DILUAR JANGAN TERIAK TERIAK, ANAK SAYA TIDUR NIH, NTAR BANGUN AWAS AJA". Sosok ibu ibu tiba tiba saja muncul dari jendela salah satu rumah. Yang membuat Hinata dan Kageyama menoleh kearahnya.

"MAAF BU MAAF, INI TEMEN SAYA NIH GA BISA DIKONTROL SUARANYA EMANG, WOI KAGEYAMA LARI BURUAN OI". Hinata berteriak, masih berlari sambil tertawa.

Kageyama juga melakukan hal yang sama, berlari namun dengan arah yang berbeda sambil tersenyum.

'Terikat sama seseorang itu ga buruk' pikirnya.


Kejadian saat ia smp pasti takkan terulang lagi, pasti. Hari esok akan menjadi hari yang lebih baik, ia yakin itu.







































Hai ini cerita pertama aku pls, gimana? ga kecewakan sama awalannya?:(

Pangeran|•KageHina•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang