"Kageyama gua bosen". Hinata kembali mengeluh
"Ya gua tau, mau minum sesuatu?"
"Chimory lo boleh?". Hinata bertanya iseng, tetapi Kageyama mengangguk, heh Hinata kira ia akan ditolak.
"Kageyama kenapa lo bucin sama chimory?"
"Karena enak"
"Kenapa ga bucin gua aja?"
"Ogah lu pahit"
Hinata kembali tertawa terbahak bahak, entah mengapa hari ini ia merasa senang sekali, aneh.
"Gua pasti sembuh, gua bakal pulang besok"
Kegeyama menoleh, kenapa tiba tiba anak ini dapat kepercayaan begitu?
"Eh ini lo yakin?"
"Yakin lah dodol, gua pasti bakal sembuh lo sendiri yang bilang gitu". Kageyama tersenyum mengangguk kearah Hinata.
Hari ini Hinata banyak berbicara, seolah olah Hinata yang ia temui pertama kali kembali lahir. Ia bahkan meminta semua temannya datang, teman kelas, bahkan teman klub nya.
"Kalian harus tungguin gua dirumah besok, kalian lihat aja gua pasti bakal sembuh, gua bakal tidur, dan saat itu terjadi gua yakin kalian bakal teriak dan nangis bahagia karna gua". Semuanya mengangguk, tak sabar menunggu kepulangan Hinata besok.
"Kageyama, seperti yang gua bilang tadi, gua punya impian buat tidur nyenyak, saking nyenyaknya gua bahkan ga denger apapun lagi"
"Kita nonton bareng lagi ya nanti?"
"Kageyama, bebek bebek apa yang kakinya dua?"
"BUSET BEBEK KAN KAKINYA EMANG DUA HAHAHAHA". Celotehan tidak jelas kembali ia keluarkan. Ini, ini yang Kageyama tunggu tunggu saat dimana Hinata kembali ceria.
"Kageyama, mungkin lo nganggep ini hal yang lucu, tapi gua sayang kalian semua, kalian harus tau itu, gua sayang kalian melebihi sayang lo ke chimory, gua minta nanti pas gua pulang kalian jangan nangis ya? Gua takut ibu ibu komplek marahin kita lagi karena berisik". Kageyama hanya mengangguk. Hinata kembali menatap kedepan, matanya berair, ia menguap, ngantuk.
TUNGGU. APA?!
NGANTUK?!
"KAGEYAMA GUA NGANTUK, AKHIRNYA GUA NGANTUK JUGA, MATA GUA BERAT PARAH". Kageyama ikut senang, ia tersenyum tulus.
"Hinata, lu pangeran terbaik yang gua punya"
"Gua tau itu". Hinata tersenyum kembali melanjutkan kalimatnya
"Impian gua tercapai sekarang, gua boleh tidurkan? Kageyama, suruh semuanya diem ya pas gua tidur, jangan berisik gua mau tidur setenang mungkin."
"Apapun buat pangeran gua" Kageyama tersenyum kembali, besok, besok semuanya akan baik baik saja, Hinata akan pulang, pangerannya akan kembali.
Hinata meminta Kageyama untuk duduk disebelah nya, Kageyama menuruti itu. Menggeser kursi yang ada di sana dan mendekat pada Hinata. Hangat, perasaan itu, itu yang dirasakan Hinata sekarang.
"Malam pangeran". Kageyama berbisik pelan disamping Hinata, melihat Hinata menutup matanya, napasnya sangat teratur. Dalam sekejap ia bisa tertidur.
Tapi entah kenapa, hatinya tak tenang, ia merasa bahwa esok adalah hari paling buruk yang ia pernah rasakan. Tidak. Tidak. Tidak. Ia harus percaya pada Hinata. Besok pasti baik baik saja. Tolong ingatkan. Besok. Pasti. Baik. Baik. Saja.
Tak lama Kageyama juga tertidur dengan menggenggam tangan Hinata yang sedikit dingin itu.
Alarm yang dipasang oleh Kageyama berdering. Memaksa pemuda itu bangun. Kageyama duduk menggosok matanya lalu menatap Hinata dihadapannya yang masih terlelap.
Telapak tangan Hinata yang semalam sangat erat menggenggam tangannya, sekarang terlepas. Bahkan tangannya lebih dingin daripada semalam. Kageyama memperhatikan Hinata lebih tajam lagi.
Ya benar, Hinata tertidur tapi tunggu, dia tak melihat Hinata bergerak sedikitpun, dia tak bernafas.
TUNGGU APA TADI?
Kageyama panik, segera mengecek detak jantungnya, tapi tidak ada. Denyut nadinya, tidak tidak ini tidak boleh terjadi.
Kageyama mengguncang kuat Hinata, berharap pemuda dihadapannya ini terganggu dan bangun.
"HINATA, HINATA BANGUN"
"HINATA GA LUCU SUMPAH"
"HINATA BANGUN GUA BILANG"
Teriakan Kageyama mengundang para dokter untuk masuk kedalam ruangan Hinata. Mereka mengecek sama seperti apa yang dilakukan oleh Kageyama tadi.
"Maaf, tapi dia sudah pergi dari tadi, kami akan mengurus jenazahnya, permisi" Para dokter itu membawa paksa Hinata dari hadapan Kageyama.
Seseorang, tolong bangunkan Kageyama dari mimpi yang sangat kelam ini.
Kageyama mencoba menghubungi sugawara dalam setengah kesadarannya.
Dan sesuai dugaan, Kageyama dapat mendengar tangisan dari seberang sana, ia segera menutup teleponnya, menghirup oksigen sedalam dalamnya, menyenderkan punggungnya ketembok lalu terduduk. Masih meyakini bahwa Hinatanya...pasti baik baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran|•KageHina•
De TodoHinata, seseorang yang sangat mencintai bola voly. sayangnya tak ada yang ingin melemparkan bola untuk Hinata, hingga SMA ia bertemu dengan seorang 'raja' yang menjadi buah bibir semua orang, Kageyama. bisakah keduanya saling berteman? warning Baha...