Pergantian Waktu

11 3 0
                                    

Sudah setengah jam berlalu setelah gua tutup kedai. Sekarang sudah jam 9 malam, jalanan masih ramai lancar.

Tujuan gua malam ini untuk menyelesaikan masalah yang harusnya gak pernah ada. Gua gak ngerti masalah mereka, tapi secara gak langsung fikri udah membuat gua terlibat, dan mau gak mau gua harus selesain urusan gua di sini.

Sepanjang jalan ini, malam terasa begitu hangat, di mulai dari bulan sempurna, riuh angin yang berpadu dengan bisingnya jalanan, serta hati yang masih membeku di tempat itu.

Gua pikir, setelah hari itu semua selesai dan gua bisa hidup santai. Nyatanya masih ada saja yang mengundang sebuah topik gak jelas.

Sudah dekat dengan gang rumah nya, sekitar 10 meter lagi akan terlihat gang kecil dengan nama jalan Yang masih sama.

Gua mulai masuk ke dalam gang setelah melihat papan nama, kemudian menelusuri setiap jalan hingga gua tiba di depan satu rumah yang tidak begitu besar dan tidak terlalu kecil, sederhana, dan tidak terlalu mencolok.

Gua berhenti tepat di depan pagar berwarna hijau, mulai menurunkan gigi motor, mematikan kontak motor, dan melepas helm juga sarung tangan, kemudian gua berjalan memasuki pagar, hingga tiba di depan sebuah pintu coklat dengan karpet welcome di bawahnya.

Tok tok

"Assallamuallaikum".

Tok tok

"Assallamuallaikum"

"Yaaaa sebentar"

Dua kali salam tapi malah di jawab ya sebentar, dan sepertinya gua sedikit kenal dengan suara itu.

Skreeeettt

"Waalaikumsallam, eeh kak bayu, ada apa kak?"

"Fikri nya ada?"

"Ada kak di dalem, cuma lagi sedikit panas"

Gua gak kaget sih, udah menduga juga soal ini.

"Boleh masuk?"

"Boleh kak, cuma jangan kaget ya"

"Ya"

Prakk

Baru satu langkah dari depan pintu, udah kedengaran suara gaduh yang bikin otak traveling. Gak berhenti di situ, dari dalam ada dua suara lagi, salah satunya suara wanita seperti sedang menangis.

"Denger sendiri kan kak?, Kak fikri gitu kalo udah emosi, apa aja di.."

Gua tahan mulutnya pake 1 jari gua. Gua gak perlu denger itu, gak penting, gua cukup temuin fikri, kalo ada cewenya lebih bagus karena bisa tukar pikiran lebih detail.

Gua lanjutin langkah gua menuju satu ruangan dimana sumber suara juga manusia yang gua cari ada di ruangan itu, dan bener aja di depan pintu terlihat kedua orang tua fikri yang sedang kebingungan bagaimana mengatasi hal ini.

Padahal mah tabok aja, terus siram aer panas, kalo masih belom kapok, masukin ke kandang singa, bisa survival bagus, gak bisa ya allahuallam.

"Assallamuallaikum pak bu" ucap salam serta menyuguhkan tangan untuk salim.

"Wallaikumsallam" jawab kedua orang tua fikri.

"Nak bayu ada apa ke sini?, Kalo nyari fikri, dia lagi ada masalah tuh di dalem" ucap ibu nya sedih.

"Iya saya nyari fikri"

"Jangan sekarang ya nak, lain waktu aja" kali ini bapaknya yang bicara sebari merangkul sang istri yang tak kuasa menahan tangis.

Gua senyum kecil menanggapi hal itu sebelum akhirnya gua buka mulut.

A Book of LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang