Antara Kehendak

11 3 0
                                    

Udah 3 hari sejak terakhir gua ketemu fikri, dan 3 hari belakangan ini kedai gua makin rame. Makin terasa suasana riuh malam juga suara bising suara-suara yang bercampur aduk.

Senin, 3 mei 2021

Awal mei yang cukup baik, apa lagi di bulan suci gini ya kan. Gua rasa sih ini karena kemarin malem, pas setelah magrib dan di awal isya ada cewe yang mempromosikan kedai gua ini lewat snapgram nya.

Gua gak minta ya, mereka yang ngelakuin itu sendiri. Setelah gua inget-inget ternyata mereka berdua tuh orang yang gua tolong 3 hari yang lalu. Gua harus berterima kasih nih.

Dari dalam angkringan mata gua mulai melirik ke arah depan, melihat sekeliling dengan jeli, mencari keberadaan seseorang.

Setelah beberapa menit mencari dengan mata sendiri, gua gak menemukan mereka. Sekarang pandangan gua stuck di sudut bangku sebelah kiri, sejenak gua terdiam kaku melihatnya.

Seorang wanita dengan style yang cukup sederhana, gak terlalu tinggi juga gak pendek-pendek amat. Berhijab hitam dengan baju lengan panjang berwarna ungu, serta celana sepanjang mata kaki, juga sendalnya kaum hawa.

We meet again.

Cukup lama gua terdiam menatap nya, sampai gua gak sadar kalo gua di tatap balik sama dia yang duduk di sana itu. Ketika gua mulai sadar, gua kaget bukan main, seketika gua langsung memutar kepala juga badan gua, berjalan keluar kedai lalu meminta wahyu ke depan untuk jaga kedai.

Gua berjalan beberapa langkah dari kedai menuju bangku panjang dengan dengan lebar yang cukup untuk di pakai tiduran. Baru mau tiduran tiba-tiba ada yang manggil nama gua dengan lembut.

"Bayy?"

Gua kemudian menoleh dan sedikit tersenyum melihat dia berjalan ke arah gua. Semakin dekat dia dengan gua semakin malu rasanya.

"Gua duduk di sini boleh?"

Gua mengangguk, kemudian ikut duduk dengan perlahan sebelum memulai pembicaraan.

"Tumben keluar malem, setau gua lu orang yang susah keluar"

"Tadi gak mau keluar si, tapi gua di paksa ikut"

"Hmmm, begitu ya"

"Ya. Lu udah lama buka kedai begini?, Gua gak pernah liat Sw atau Sg lu"

Gua tersenyum kecil menanggapi itu.

"Gua rasa gak perlu"

"Kenapa?"

"Biar jadi sesuatu dalam diam aja, walau gak banyak yang tau, rasanya cukup selama gua masih terus gerak"

Dia cuma tersenyum menanggapi perkataan gua tersebut.

Dari sorot matanya gua mampu melihat rasa kagum, melihat kedalam mata nya seperti ketika gua sedang berada si atas gunung dengan segala keindahanya.

Sejenak kami terdiam tak ada topik, sama sama memandang ke depan, entah apa yang di lihat tapi rasanya pandangan kami satu.

"Haaah, sejak terakhir kita ketemu, apa lu baik-baik aja?" Tanya gua

"Baik"

"Dan semenjak chating terakhir kita, gua gak tau lagi kabar lu, gua mulai jarang buka hp dan semacam nya, mulai fokus dengan hal-hal yang lebih berguna"

"Gua juga gak tau kabar lu bahkan pas denger lu punya kedai gua cukup kaget, dan makanya gua mau keluar karna gua pengen tau kabar lu" ucap dia pelan

Mendengar perkataan itu gua sedikit termenung, dan sedikit memikirkan apa maksud nya. Kadang gua merasa setiap kata yang dia rangkai itu memang untuk gua tapi di lain sisi gua ingin menjauhi itu, tak ingin dia merasakan kepalsuan gua lagi.

A Book of LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang