Prolog

9 0 0
                                    

Clara memandang wajah di depannya, "kamu ngga ngerti!"

Clana, kembaran Clara menghela nafas, "c'mon ra! Ngalah dikit buat gue, pliss!"

"Kapan aku ngga ngalah, na?" lirih Clara memandang wajah kembarannya dengan raut tak terbaca.

"Kapan? Jangan ngaco! Plis, sekali ini aja. Demi gue yah? Kalo lo ngerasain yang gue rasain, gue juga bakal ngalah Ra!" ujar Clara.

"Kapan sih na? Kapan kamu sadar, kalo orang sekitar kamu itu jauh lebih mentingin kamu! Apa kamu sadar akan hal itu? Jawabnya pasti enggak! Karena di hati kamu.. cuma ada aku yang--"

"Iya! karena gue ngalah demi lo!"

"Bukan," lirih Clara tertunduk, meremas tautan tangannya yang bergetar hebat. Ia kembali mendongak, "Kamu ngalah bukan demi aku, dan kamu tau hal itu. Kamu ngalah karena mau dapat perhatian lebih. Apa kamu pikir dengan kamu selalu bela aku--seolah-olah kamu ngutamain aku.. itu bisa bikin orang-orang ngrasa kamu kurang kasih sayang? Dan aku--selalu disalahin karena aku yang di anggap mendapat kasih sayang lebih. Nyatanya enggak kayak gitu. Ngga sama sekali!" lanjut Clara memandang wajah kakak kembarnya dengan sendu.

"Ra pli--"

"Apa na? Apa! Okey, kalo kamu mungkin beranggapan aku paling beruntung. Kalo kamu ngrasa aku paling-paling di sayang. Apalagi tadi kamu bela-belain aku kan yah, na? Hahaha iya, pasti semua orang mikir gitu juga," lirih Clara pelan, "Tapi--satu hal yang kamu lupa--kalo aku pun ingin seperti kamu. Tapi apa na apa?! takdir seolah-olah nampar aku langsung, na. Nampar aku dari kenyataan. Kalo aku--ngga seberuntung kamu!"

-To Be Continue-

Kamis, 4 Mei 2023

TAK PERNAH ADA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang