04 FOR BOY

3 0 0
                                    

Always, i love you

—Clara Diasa Flakaliera

Clara menempelkan lem yang sempat di belinya tadi bersama Clana. Menempelkannya di kertas kado yang sudah terbentuk menjadi bentuk segi tiga itu.

"Selesai!" ucap Clara senang. Ia memperhatikan segitiga itu dengan seksama, kira-kira apa yah yang kurang. "Oh pita!"

Clara menempelkan pita berwarna merah cerah yang sudah ia siapkan ke atas kado yang terbentuk menjadi segitiga itu.

"Tapi kan aku ga brani kasiin ini. Gimana ya," gumamnya bingung. "Nanti aja deh."

Ia menuruni anak tangga satu persatu, kamarnya memang terletak di lantai atas.

Melangkahkan kaki jenjangnya ke arah meja makan, disana sudah terlihat mamanya yang sedang menyodorkan satu piring berisi nasi ke arah Ayahnya.

"Wihhh udang goreng yah mah," serunya senang.

"Iya sayang, coba gih di coba." Melihat keantusiasan anaknya, sang mamah tersenyum sumringah. "Tapi inget! Jangan banyak-banyak, bagi-bagi juga buat Clana nanti." pesan sang mamah.

Malam hari ini agaknya mood mamahnya itu sedang baik, pikir Clara dalam hati.

"Clana mana mah?"

"Belajar, biarin aja. Nanti juga dia inget buat makan." sela sang Ayah yang menjawab. Mamah Clara hanya melirik ke arah suaminya sebentar sebelum mengangguk menyetujui.

Clara hanya tersenyum miris, begini lah kedua orang tuanya, egois. Mereka teramat sangat menuntut anak-anaknya, sampai makan malam yang termasuk kebutuhan dan tergolong penting pun, mereka abai. Bagi mereka, yang penting anak-anaknya bisa meneruskan perjalanan kerja keras serta usaha mereka dan yang paling penting tidak merepotkan. Itu sudah cukup.

Clara menghela nafas pelan, sangat pelan. Ia makan dengan sedikit tergesa-gesa. Ia harus secepetnya menyelesaikan makan malamnya dan menemui sang kembaran.

"Aku kasi ini ke Clana dulu ya, mah yah."

Mamah Clana hanya mengangguk acuh, ia melanjutkan obrolan dengan suaminya lagi tentang seputar strategi rapat untuk dua bulan ke depan. Keuntungan yang akan mereka dapat kan bagi perusahaan mereka sangat lah besar. Makanya strategi itu harus sudah mereka siapkan jauh-jauh hari.

Clara berdiri, di tangannya sudah tergenggam satu piring berisi nasi dan udang goreng serta saos tomat yang tertata rapi di dalam piring tersebut.

Ia melangkahkan kakinya menuju kamar Clana yang berada tepat di samping kamar tamu. Yah, Clana lebih memilih untuk kamarnya di tempatkan di lantai dasar saja.

"Makan na,"

Tak sesuai harapan, kali ini yang ia lihat ialah Clana yang berbaring di atas kingbad dengan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Clara tersentak kaget, ia buru-buru menghampiri Clana. Meletakkan piring yang di bawanya tadi di atas nakas, ia langsung mengecek keadaan Clana. "Kamu demam lagi, na!"

"Ssstt, udah diem. Gue cuma pusing aja."

"Kamu sakit loh ini. Sekarang makan, ya!"

Clana hanya mengangguk, baginya percuma melawan Clara, tak ada gunanya.

Sesuap nasi Clara sodorkan ke arah Clana. Dan yeah, satu piring nasi itu hampir habis di lahap habis Clana.

"Udahh." Clana memberikan tatapan tajam ketika Clara hendak menyuapi satu sendok lagi nasi yang belom habis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAK PERNAH ADA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang