Reot

165 24 4
                                    

_______________Jam 17:25 Jisung memandang kosong ke arah balkon kamarnya yang sudah beberapa bulan dia enggan datangi.

Selain pintunya yang keras dan menguras banyak tenaga Jisung juga cukup takut kalau sendirian disana.

Balkon Jisung itu dikelilingi pohon pohon tinggi yang dulu papa tanam. Hawanya gak enak, kayak dikuburan.

Tapi hari ini, Jisung merasa tetap kurang sendiri meski dia sendirian dikamar, tanpa suara,tanpa manusia lain.

Krek..

Mudah, pintunya sudah tidak begitu keras dari terakhir Jisung coba buka

Pemandangannya juga tidak seburuk itu. Mungkin lain kali Jisung harus memandang dunia luar dengan kacamata yang lebih baik

Jisung duduk dikursi pojok balkon. Kayunya reot. Seperti sudah berapa tahun aja.

Detik selanjutnya Jisung bersandar di kursi kayu dengan bau khas itu,

Kring..

Nyaring. Suara besi bertemu besi terdengar nyaring di telinga Jisung, dia berbalik menggantungkan atensi.

Oh, itu sebuah gantungan kunci. Ia tak ingat benda darimana itu?

"Kertas lama?...."

"Oh kertas lama!"

Jisung bangkit terburu-buru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jisung bangkit terburu-buru. Masuk lagi kedalam kamar dan membongkar laci lemari belajarnya dengan tergesa-gesa. Cari apa?

"Nah ini!"

Dia kembali ke balkon, kini dengan menggandeng buku bercover coklat tua dengan tulisan ber-font simple

kertas lama, karya pemuda pribumi untuk kakak, Sherine Akria.

Jisung tertawa, sendu lalu tertawa lagi saat membaca buku yang akhirnya ia ingat kapan membelinya.

Ini dibelikan papa, mungkin 5 tahun lalu? Ya kurang lebih.

Bukunya asyik, Jisung yang tak suka membaca saja jadi suka. Andai papa ada, pasti senang melihat Jisung yang candu membaca buku, seperti apa yang papa harapkan dulu.

Jisung masih fokus membaca, cerita pemuda itu semuanya unik. Tidak ada yang membosankan bahkan pemilihan katanya gaul sekali. Semacamnya dia sekarang, hehe.

Sampai di detik dimana ia membaca halaman terakhir chapter itu.

'Ya. Aku sadar, bagaimana pun kakak akan sendiri nanti, aku harus menghiburnya'

Begitu tulis pemuda pribumi itu.

Oh. Itu menyakitkan ya!

 Itu menyakitkan ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kertas LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang