Sial...
Ralisa nggak hentinya mengutuk dalam hati sementara tubuhnya bergerak ke sana ke mari dengan terburu. Bersiap untuk berangkat ke rumah sakit. Pagi ini Ralisa bangun kesiangan, pukul tujuh lewat, hampir setengah delapan ia baru membuka mata. Padahal biasanya Ralisa selalu bangun di bawah jam enam.
Ralisa berdecak melihat jarum jam dipergelangan tangannya yang kini berada di angka sembilan. Begitu rapi, Ralisa langsung meraih tas tangannya dan bergegas keluar dari apartmentnya. Selama perjalanan ke bawah, Ralisa memesan ojek online dan untungnya ia langsung mendapat driver yang lokasinya nggak jauh dari tempatnya. Ralisa segera mengetikkan pesan kepada driver untuk memberitahu posisinya menunggu.
Saya sudah di lobi depan ya pak
Baik, Bu, mohon ditunggu. Saya meluncur.
"Pagi, Mba Ralisa," sapa security apartment yang tentu sudah hapal dengannya. Ralisa tersenyum ramah dan membalas sapaan tersebut, "Pagi, Pak."
"Mau berangkat kerja, Mba?"
"Iya, Pak."
"Loh, tumben nggak bawa mobil toh, Mba?"
"Mobil saya masih di bengkel, Pak. Jadi ini lagi nunggu ojek."
Lalu percakapan keduanya berhenti di sana, sementara Ralisa kembali memantau pergerakan ojek yang ia pesan melalui aplikasi. Estimasi seharusnya dalam tiga menit drivernya sudah sampai, tapi ini sudah lewat dari lima menit dan drivernya nampak tak bergerak sama sekali. Ralisa berdecak, sedikit panik. Sebenarnya tak terlalu masalah jika ia datang sedikit terlambat, gajinya juga tidak akan dipotong. Tetapi Ralisa bukan tipe orang yang seperti itu. Ia orang yang sangat disiplin soal waktu.
Tin! Tin!
"Mba Ralisa, itu jemputannya udah dateng?" ujar pak security bersamaan dengan semuah mobil mercedes hitam yang berhenti di depan keduanya. Ralisa mengerutkan kening, jelas-jelas ia memesan ojek motor. Sampai kaca mobil diturunkan, menampilkan sosok Jayden yang duduk di balik kemudi dengan kaca mata hitamnya. Raut Ralisa langsung berubah nggak senang.
"Naik, Ralisa," ujar Jayden. Ralisa nggak membalas, dia malah membuang muka.
Pak security yang masih berdiri di sana memperhatikan bingung. Ia bertanya lagi pada Ralisa, "Mba Ralisa nggak naik?"
"Nggak, Pak," jawab wanita itu singkat, mood paginya yang sudah hancur kini semakin berantakan karena kehadiran Jayden. Ditambah lagi kini driver ojek online yang ia pesan tidak membalas pesan maupun mengangkat panggilannya, membuat Ralisa berdecak kesal.
"Ralisa, ini udah mau setengah sembilan, kamu bisa terlambat nanti. Aku tahu kamu benci terlambat," ujar Jayden lagi.
Ralisa nggak menjawab, tapi dari rautnya jelas sekali wanita itu sedang mengalami pergolakan batin. Satu tempat kerja dengan Jayden saja sudah membuatnya muak, sebisa mungkin ia ingin menekan intensitas pertemuan dengan pria itu. Tapi di satu sisi jiwa disiplinnya juga meronta agar ia mengesampingkan rasa bencinya pada Jayden untuk kali ini saja.
Jadi, setelah lima kali mencoba menghubungi drivernya yang tak ada jawaban, akhirnya Ralisa berdecak dan bergerak menghampiri mobil Jayden, membuka pintu samping kemudi dan naik ke mobil, membuat Jayden menyunggingkan senyum kemenangan. Nggak sia-sia Jayden ngetem dari pukul tujuh dekat apartement Ralisa.
Jayden membunyikan kelakson pada security sebelum melajukan mobilnya. Sesekali Jayden melirik Ralisa yang belum juga membuka suara, nampak masih fokus dengan ponselnya dan seperti menganggapnya tak ada, tapi nggak apa, itu nggak mengurangi kesenangan Jayden.
Nggak lama ponsel Ralisa berdering, panggilan dari driver ojeknya.
"Halo, Bu? Maaf, ordernya saya cancel ya? Saya lagi kena tilang, Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love to Hate Me
Fanfiction"Brengsek! Gue benci banget sama lo!" "You hate me but not my dick." "Fuck you!" "Fuck me yourself." *** Karena sebuah kesalahan di masa lalu, Ralisa membenci Jayden yang akhirnya membuat Ralisa mengambil sebuah keputusan untuk menghilang dari hidup...