Prologue

3 0 0
                                    

Pertama kali aku bertemu dengannya, saat aku makan bakso di Mang Ujang depan gedung kuliah. Dia datang ke "perkemahan" Mang Ujang dengan tingkah absurd. Saat itu dia berhasil membuat tertawa dan penasaran dengan sosoknya.

"Mang, ada bakso gak?" Tanya dia berdiri tepat di depan si penjual.

"Oalah, den. Abdi teh ngajual bakso atuh. Leres pasti aya bakso."
(Oalah, den. Saya kan jualan bakso. Ya pasti ada bakso lah.)

Dia menyengir lebar. "Ya kan kali aja abis baksonya."

"Upami bakso béak, abdi teh moal payu dinten ayeuna."
(Kalo baksonya habis, saya gak akan jualan hari ini)

"Hahahaha iya juga ya Mang. Yaudah saya pergi dulu." Laki-laki itu baru saja ingin melangkah pergi namun terhenti karena Mang Ujang berbicara lagi.

"Anjeun henteu ngagaleuh bakso?"
(Kamu gak beli bakso?)

Dia berbalik. "Hehehe enggak Mang. Saya enggak punya duit, gimana mau beli bakso Mang Ujang? Mang Ujang mau kasih saya makan gratis? Boleh aja atuh, saya seneng banget malah."

"Abdi kadieu ngasilkeun artos, sanés miceunan artos. Kadituh!"
(Saya di sini untuk menghasilkan uang, bukan membuang-buang uang. Pergi!)

"Hehehe jangan marah dong, Mang. Iya ini saya juga mau pergi."

"Anjeun budak jahat!"
(Dasar anak nakal!)

Saat laki-laki itu melewatiku, aku menghentikannya. Aku memegang tangannya.

Dia sontak berteriak. "Ih, tong toél!"
(Ih, jangan sentuh!)

Aku bergerak gelagapan, cepat-cepat kusingkirkan tanganku dari tangannya.

"Maaf," jawabku, masih gugup.

"Kenapa?" Tanya dia, sepertinya dia paham mengapa aku menahannya.

"Kamu mau makan bakso, kan?" Tanyaku, masih gugup. Bayangkan saja, saat ini aku sedang mengajak cowok tidak dikenal makan bakso. Tentu aku gugup.

"Ya mau lah. Siapa yang gak mau makan bakso? Apalagi kalo gratis, beuh!" Sahut dia heboh.

"Saya mau bayarin kamu bakso."

Matanya melotot. "Eh, neng serius?"

"Jangan panggil saya neng!"

"Terus mau dipanggil apa?"

"Panggil saya Hana."

Dia cengar-cengir gitu saat aku menyebutkan namaku. "Oh, namanya neng Hana ya?"

"Jangan panggil neng! Cukup Hana aja!"

Aku memberikan uang lima ribu-an kepadanya. "Nih, pesan sendiri ke Mang Ujang. Sekalian minta maaf, tadi itu kamu gak sopan."

Dia mengangguk senang. Jujur, dia sangat menggemaskan.

Tiga menit kemudian laki-laki itu kembali dengan semangkuk bakso panas. Dia duduk agak jauh dari tempatku duduk, membuatku mengernyit bingung.

"Maaf, ya neng Hana. Saya makannya disini, abis kalo duduk berdua sama neng Hana, jatohnya malah kencan," ucapnya sedikit berteriak.

Aku menggeram kesal. "Dibilangin jangan panggil saya neng! Panggil saya Hana aja!"

"Iya, Hana. Saya lupa!" Dia membalas ucapanku sambil tertawa.

Itu pertemuan pertama kami. Aku senyum-senyum sendiri mengingat kenangan manis nan lucu itu.

Setelah pertemuan makan bakso di tenda Mang Ujang, kami jadi semakin dekat. Aku selalu dibuat tertawa dan gemas oleh laki-laki manis itu.

Aku ingin selalu bersamanya. Akankah hubungan ini berjalan semulus itu?



















Sorry kalo prologue nya gak jelas.
Sorry juga kalo bahasa sundanya gak jelas, hehe ✌

Mang Ujang cuma pemeran pendukung aja kok, jadi bahasa sunda gak akan selalu nongol di cerita ini

Maaf banget ya sekali lagi kalo bahasa sundanya bener-bener gak nyambung atau gak becus gitu...

Jangan lupa vote dan komen di setiap paragraf!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Just Want You | Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang