bab 1

9 1 0
                                    

Aku baru saja kembali dari Australia setelah menyelesaikan beberapa urusanku di sana. Dan sedikit berlibur mengistirahatkan diri dari kesibukan sehari-hari. Sampai di Indonesia, aku mampir ke Bali terlebih dahulu, untuk liburan sementara, di sana aku menyewa vila kecil. Dua hari sebelum aku pulang ke Amerika, aku bertemu dengan seorang wanita cantik bernama Asyla. Ia menjabat tanganku dan bertanya “Siapa namamu?”. Aku menatapnya sejenak “Kuro Rada Jyaim” jawabku mantap. Ia tertawa renyah, memang menurutku nama ini lumayan aneh, tapi memang itu namaku.

        Biar aku deskripsikan beberapa hal tentang diriku. Aku lahir di Amerika Serikat dan sempat tinggal beberapa tahun di Indonesia, tidak lama. Aku tidak memiliki saudara kandung sama sekali, hanya sebatang kara, tidak, bercanda. Aku adalah lelaki dua puluh tiga tahun berparas tinggi sekitar seratus tujuh puluh delapan sentimeter dengan kulit sawo matang dan tidak terlalu berisi. Bekerja sebagai detektif di kota Why, sebenarnya tidak hanya disitu, aku bekerja di berbagai negara sesuai panggilan dari pusat. Sifatku lumayan cuek dan memiliki rasa penasaran yang tinggi.

          Ternyata aku dan Asyla mempunyai pekerjaan yang sama dan beberapa  kesama an lainnya, Asyla baru saja mengundurkan diri dari pekerjaannya di sini karena beberapa kendala di kantornya, dia bertanya kepadaku apa ada lowongan atau peluang untuk bekerja di kantorku. Sejujurnya kantorku tak membutuhkan tambahan pekerja, tetapi aku memutuskan untuk menjadikannya bagian dari kantorku. Setelah waktu liburanku selesai, kami berdua terbang ke kota Why di Arizona, Amerika Serikat dan memulai rutinitas padat kami lagi. Beberapa bulan berlalu, Asyla semakin andal dalam tugas nya, aku beruntung tak menolaknya saat itu, suatu hari kami menyadari sesuatu terjadi di kota kami.

       Entah mengapa sejak wanita itu pindah ke kota ini, anak-anak kecil di sekitar sering hilang. Setiap hari ada saja laporan yang masuk ke kantorku, memohon kepada ku untuk menyelesaikan kasus dan mencari anak-anak mereka. Aku sudah pernah mengintrogasi wanita itu karena didesak warga sekitar, hasilnya nihil. dia tak mencurigakan sama sekali. Bahkan dia bukan warga asli negara ini jadi kemampu an berbahasanya sangat kurang. Aura nya terlihat seperti wanita lugu nan polos, aku tidak menemukan sisi di mana aku harus menyelidikinya lebih lanjut.

Aku sebenarnya cukup tertarik dengan kasus ini, tetapi kasusku yang lain belum tuntas, bukan malas tetapi lebih ke saksi yang sangat meragukan dan beberapa saksi kuat yang terbunuh secara misterius. Kasus yang ditangani selalu bercabang-cabang. Setelah sekian lama ku pertimbangkan, akhirnya aku memutuskan mengambil kasus ini, walaupun tidak bisa berjanji kepada keluarga korban bahwa aku sanggup menyelesaikan nya segera.

Ini bukan kasus mudah yang hanya memerlukan rekaman CCTV atau saksi-saksi meragukan itu. Aku tidak sendiri menyelesaikan kasus ini, ada beberapa teman se per- detektif- an yang membantu. Aku memulainya dengan mendata anak-anak kota ini dan menganalisis anak yang bagaimana yang memiliki kemungkinan atau persentase tinggi akan diculik. Dari analisis kali ini aku menyimpulkan bahwa, penculik ini hanya menculik anak perempuan berusia kurang dari sepuluh tahun. Mungkin alasan mengapa harus perempuan karena mungkin mereka lemah dan mudah di lumpuhkan dan di bawah sepuluh tahun karena pada usia itu anak akan mudah sekali dipancing, bisa menggunakan iming-iming membelikan permen, boneka atau ke taman bermain.

Penyelidikan kedua ditunda karena kota sedang mengalami gempa, kami harus mengungsi sementara di kota sebelah, itu mempersulit penyelidikan. Selama di pengungsian aku memberhentikan proses kasus ini sementara. Aku ingin beristirahat dari pekerjaan ini, dan memilih memberi kasus ini ke asyla, sahabat baik ku yang juga bekerja sebagai detektif di sini. Asyla cukup bisa dipercaya menurut ku, dia sudah menjadi sahabatku selama kurang lebih tujuh tahun. Belakangan ini dia jarang mengambil kasus, katanya sih mau fokus mencari cowok tetapi nyatanya nihil.

Pantas nihil karena asyla adalah pengagum lelaki yang bahkan tak nyata berwujud gepeng yang hanya ada di balik layar gadget kita, ya wibu. dia sering memaksa ku menonton beberapa anime yang menurutnya worth it, salah satunya haikyuu. Menurutku dari sekian banyak anime yang direkomendasikan nya, haikyuu adalah yang paling menarik, selebihnya bergenre romance. Aku tidak terlalu suka genre romance dan lebih tertarik dengan action.

Selama aku mengambil cuti, Asyla mengurus kasus penculikan itu. Pertama dia mencoba memasang kamera kecil semacam chip yang di sebar ke semua anak perempuan yang mungkin terancam diculik. Tetapi penculik tersebut menyadari adanya kamera itu, lokasi terakhir mereka selalu berakhir di depan toko buah. Asyla sudah melakukan pengintaian di depan toko buah dan mendata orang-orang yang berlalu lalang di depannya juga yang memasuki toko buah itu. Data itu di rangkap dan dianalisis lebih detail dengan mewawancarai semua yang ada di dalamnya. Hasilnya Asyla mencurigai tiga pria.

         "Aku tidak bisa membuktikan da, aku hanya mengikuti pikiran dan perasaanku saja. Itu tak cukup untuk menyimpulkan apa pun, Rada." Kata asyla. Aku terdiam, dan memikirkan perkataannya. "Mungkin dalam beberapa kasus kita butuh bukti yang konkret, la. tetapi dalam beberapa kasus tertentu kita juga harus menggunakan perasaan kita, bisa saja itu benar." Sanggah ku. Setelah perdebatan singkat kami, kami memutuskan untuk menyelidiki ketiga pria itu, Dika, Rama dan Dani.

Pertama kami menyelidiki Dika, karyawan di toko buah yang sering kali lalu lalang di sana. Kami memulainya dari pengintaian dan beberapa interogasi ringan, hasilnya dia tak ada kaitannya dengan semua ini, ia bahkan sama sekali tidak tahu dengan penculikan ini. Akhirnya kami beralih menyelidiki Rama, pekerjaan nya tak jelas, setiap hari dia hanya tidur di rumah, tetapi anehnya dia sanggup berbelanja barang yang cukup mahal.

Dia menolak di interogasi awalnya, aku terus mencoba membujuknya, akhirnya dia pun setuju. Aku merasa sedikit tidak nyaman saat interogasi berlangsung, ia terus menatapku seperti malaikat maut saja. Kami bertanya beberapa pertanyaan, salah satunya adalah "menurutmu tempat apa yang paling nyaman?". Aku sudah menduga jawaban yang akan dia utarakan, basement. Tanpa pikir panjang aku memborgol nya dan membawa dia masuk ke mobil. Saat aku menggandeng tangan nya ia tersenyum, refleks aku melepaskan tanganku darinya, orang aneh, batinku. "Kamu yakin da?" Tanya asyla meyakinkan, aku mengangguk mantap.

Kami langsung menuju ke daerah ujung kota tepatnya apartemen geunga. Aku mencari kamar nomor tiga belas, dan mengetuk pintunya. "Permisi, saya izin melakukan pengecekan di kamar anda, dimohon untuk tidak mempersulitnya" ujarku. Wanita itu, aku yakin dia tak asing denganku tanpa pikir panjang dia mengangguk setuju dan keluar dari kamarnya. Aku memulainya dengan melihat sekitar dan memastikan tidak ada yang aneh di sana.

Aku dan asyla langsung menggeser kasur di kamar itu, dan ya seperti yang ku kira. Di balik kasur tersebut ada sebuah pintu yang terbalut karpet hijau berbulu tipis. Aku mencoba membuka pintu itu perlahan dan menatap Rama lalu bertanya padanya "sejak kapan kau merencanakannya?" dia diam dan menunduk tak membuka mulut sedikit pun. Aku masuk ke dalamnya, disusul asyla dan Rama.

Di sana ada sebuah penjara berisi tiga kasur kecil dan beberapa selimut tipis juga anak-anak kecil yang diikat dan sudah dibius karena itulah tak ada kegaduhan di sini yang membuat semua orang curiga. Aku langsung memotret semuanya dan memanggil polisi. Tak lama mereka datang dan membereskan semuanya, aku? Sibuk menyeruput kopi di kafe sebelah apartemen, karena tugasku hanya mencari titik terang. Polisi mendatangi dan bertanya meminta penjelasan.

"Dari awal aku menginvestigasi wanita itu, dia bilang kalau ada beberapa hal janggal di kamar nya tetapi saya belum sempat pengecek nya karena gempa saat itu. Awalnya aku sudah curiga pada Rama walaupun tak berdasar dan hanya insting, aku sudah pernah mencintainya, aku sering melihatnya keluar masuk apartemen tadi dan masuk ke kamar wanita itu saat dia tak ada, dari situ aku sudah menyimpulkan ada yang janggal." Jelasku.

Kasus selesai, anak-anak sudah dibawa ke rumah sakit dan Rama sudah di penjara. Keluarga korban berdatangan ke kantorku mengirim beberapa bunga tanda terima kasih, aku tak suka bunga jadi semua itu ku berikan ke asyla. Akhirnya aku menyelesaikan satu kasus dengan waktu kurang dari sebulan, suatu pencapaian yang menurutku membanggakan.

our storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang