22:: Sayang

15.2K 2.1K 231
                                    

Alunan musik yang mengalun dari lantai bawah membuat sepasang kelopak mata yang tadinya masih tertutup dalam lelapnya tidur, perlahan terbuka dan menyesuaikan pencahayaan seisi kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alunan musik yang mengalun dari lantai bawah membuat sepasang kelopak mata yang tadinya masih tertutup dalam lelapnya tidur, perlahan terbuka dan menyesuaikan pencahayaan seisi kamar. Matanya melirik ke samping tempat tidurnya mencari-cari sosok istrinya yang sayangnya tak ada siapapun di kamar itu kecuali dirinya.

Segera setelah kantuknya hilang, Cakra bangun dan langsung menuju kamar mandi. Sekilas ia mencari-cari jejak keberadaan istrinya di kamar namun tidak ada yang ia temui.

Semalam, suasana dingin dan canggung menyelimuti kamar tidurnya lantaran Cakra yang ingin mewujudkan keinginan kakek dari istrinya itu untuk melaksanakan ibadah malam jumat, tetapi harus ia patahkan karena diabaikan terus menerus oleh Wala. Gadis itu tidak mengucapkan sepatah katapun sejak tiba di rumahnya hingga pagi ini.

Cakra menghela napas berat seraya menggosok kepalanya dengan handuk untuk mengeringkan rambutnya yang basah sehabis mandi. Ia melangkah gusar menuruni tangga sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Wala.

Sudut bibirnya melengkung secara otomatis tatkala mendapati perempuan yang ia cari sedang mempersiapkan hidangan sederhana di meja makan.

Cakra menghampiri. "Masak apa, Sayang?" tanya Cakra memegangi kedua pundak Wala dari belakang sambil mengendus-endus aroma makanan.

Berdasarkan artikel yang ia baca, perempuan akan senang jika pasangannya berbicara dengan panggilan romantis. Ia sungguh berharap, cara itu mempan untuk meluluhkan hati Wala yang kesal sejak kemarin.

Wala terkesiap di tempatnya. Hampir saja piring di tangannya terjatuh jika Cakra terlambat untuk menahan tangannya.

"Em ... masak capcay," jawab Wala tergesa-gesa untuk melepaskan diri dari Cakra.

"Tumben masak pagi-pagi. Ada apa nih?"

Nggak mungkin, kan, gue bilang kalau sebenarnya gue lagi berusaha belajar masak biar dia nggak berpaling ke cewek lain? batin Wala gelisah.

"Udah sih, makan aja. Jangan banyak ngomong," jawab Wala ketus. Seketika membuat Cakra menutup mulut rapat-rapat.

Suasana kembali canggung.

"Bisa dimakan nggak nih?" Suara dari Kaila memecah keheningan.

Akhirnya Cakra bisa bernapas dengan lega karena sedari tadi ia menahan napasnya. Tidak ingin mengusik macan yang sedang merajuk di seberang meja.

Cakra memberikan kode pada Kaila untuk duduk di sampingnya. Bermaksud untuk tidak memperburuk suasana hati Wala.

"Jangan deket-deket, entar lo digigit," bisik Cakra pada Kaila. Mendapat tatapan tajam dari Wala, cepat-cepat Cakra memasang senyumnya.

"Kalian berantem?" tanya Kaila balik berbisik.

"Nggak. Tiba-tiba aja dia kayak gitu sama gue. Lo mau bantuin gue nggak biar dia nggak marah lagi?"

Marriage Contract CakraWalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang