! Violence Warning !
-
"Jangan ganggu aku," ucapku.
Kalimat itu sudah sangat sering aku ucapkan. Tapi, mereka masih saja mengganggu ku tanpa habis-habisnya. Mereka sangat keterlaluan, aku diam pun di ganggu. Mereka juga suka menghina dan mengolok-olok ku sampai hatiku terasa perih dan pedih. Mengapa mereka sangat jahat terhadapku? Semakin mereka mengganggu, aku semakin resah.
Tiba-tiba, tanpa sadar aku menggenggam sebuah tongkat baseball yang tergeletak di samping lemari ku.
Tanpa sadar aku memukul tongkat itu dengan keras ke lemari orang lain, dan lemari kaca itu kaca nya pecah, semuanya berserakan.
Aku berteriak dan berteriak sekencang-kencang nya demi melegakan hatiku. Tapi itu semua sia-sia. Hatiku malah lebih sakit daripada sebelumnya.
Perlahan, aku menitikkan air mata ku karena sudah pedih nya hati ku mendengar celaan mereka. Nafas ku naik turun tidak karuan. Sesak dada ku menahan. Semakin ku tahan, semakin ku ingin memecah tangis ku lebih kencang lagi.
~
Aku tak tau mengapa semuanya bisa terjadi. Ini sudah sangat sering terjadi kepadaku. Aku masih tidak bisa menahan diri untuk menghancurkan sesuatu di sekitarku.
Dan mereka sudah sangat keterlaluan, sampai-sampai aku ingin membunuh mereka. Aku tak tau mengapa aku berpikiran seperti itu. Aku hanya ingin melegakan hatiku yang sudah sangat pedih karena ulah mereka semua.
Aku butuh sandaran dan dekapan untuk menenangkan hatiku yang pedih. Tapi, itu semua tidak ada. Aku jauh dari orang tuaku demi mengejar pendidikan. Aku pun tak mengharapkan ini semua terjadi.
Hatiku yang pedih, perih dan sedih.
~
Aku berdiri di atas pecahan kaca yang berserakan dengan tangisan yang rasanya akan pecah seperti sebuah Tsunami.
Aku menatap mereka. Mereka hanya menatapku sama sekali tidak peduli. Kemudian, mereka memarahiku karena sudah memecahkan lemari kaca yang ku pecahkan.
"Dasar bodoh, coba kau lihat. Ini semua pecah karena ulahmu dan sekarang kau hanya bisa menangis?" Ucap salah satu dari mereka.
"Kita hajar saja dia biar dia kapok. Dia membuat kita jengkel terus menerus," kata salah satu dari mereka juga.
Mereka semakin marah dan semakin kencang lah tendangan demi tendangan menghujam tubuhku. Aku mengaduh kesakitan dan berusaha melindungi diriku sendiri.
Entah kesurupan atau apa, tiba-tiba dengan berani aku menjawab mereka secara brutal, "Apakah kalian tak menyadari apa yang sudah kalian perbuat ke aku? Kalian tidak sadar kah kalian semua sangat sama seperti binatang? Mengapa kalian selalu merundungku, menggangguku dan mengucilkanku? Apa aku sehina itu dimata kalian? Apakah aku tidak pantas mendapatkan kebahagiaan? Aku sudah muak dan lelah, bahkan aku sudah depresi maksimal. Bukan kalian yang merasakan, tapi aku yang merasakan. Kalian lebih bajingan daripada bajingan, sadar kalian sadar! Kalian lebih dari sebuah kata bajingan, gila keparat!!!" ? Marahku dengan tangisan yang sudah begitu deras seperti air terjun. Aku mendekap tubuh ku sendiri dengan bergetar hebat dan menatap mereka sendu.
Kulihat, mereka semua hanya menatap nanar ke diriku. Mereka semua terdiam seribu bahasa, tak bisa lagi berkata-kata. Hanya keheningan setelah itu yang menyelimuti. Andai di pantai atau laut, pasti aku menikmati nya. Ini juga aku berusaha menikmati, akan kekalahan ku diakhir nanti. Mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of Depression
Short Story[Ongoing, S2] "Dear Diary. Penuhilah semua hal dengan kenikmatan. Jauhkan semua hal penderitaan dan ku berdoa semoga semua umat manusia menjadi diri sendiri dan bisa berdamai dengan semua masalah masing-masing."