1. Gadis Tak Sempurna

24 6 1
                                    

Pagi hari dimana mentari masih malu-malu untuk keluar dari persembunyiannya, tidak membuat langkah seorang anak laki-laki bertubuh jangkung terhalangi. Ia berlari bersama sepasang sepatu putihnya menuju suatu tempat dimana ia taruhkan sebuah harapan.

Tak perlu memakan waktu lama baginya untuk sampai disebuah tempat bertancapkan sebuah pohon besar dan rindang ditengah padang rumput berwarna hijau.

Seketika langkahnya terhenti ketika kedua manik matanya menangkap sebuah harapan yang selama ini ia hasrati. Senyumnya mekar bak bunga yang terkena sinar matahari. Sebahagia itu perasaannya melihat seseorang yang baginya berharga tengah duduk diatas sebuah ayunan yang terpasang diantara batang pohon dan ditemani semilir angin yang menyeka rambutnya.

Dari jauh ia melambaikan tangannya meski tau tak mungkin dilihat. Namun anak ini tak menyerah, sampai ia putuskan untuk berteriak memanggil namanya.

"Seruni!!!"

Yang dipanggil namanya menoleh ke arah darimana suara panggilan itu berasal. Ia tersenyum manis kearahnya.

"Lintang? Itu kamu?" Tanyanya penasaran.

Kadang pilu melihatnya. Anak laki-laki bernama Lintang Araya Putra itu mengharapkan tatapan kosong Seruni hilang dan berganti menjadi tatapan penuh isi.

Ya Seruni tidak diizinkan Tuhan untuk melihat dunia fana ini. Ia Buta. Terkadang Lintang merasa marah pada Tuhan. Sebab meski tidak dibiarkan melihat dunia, dengan tidak adilnya Tuhan membiarkan Seruni merasakan kekejaman didalamnya.

Kaki Lintang kembali bergerak melangkah mendekati Seruni yang semenjak tadi hanya diam saja diatas ayunan. Senyuman yang coba ia tunjukan pada Seruni tidak pernah padam meski sia-sia.

"Iya. Nepatin janji buat bacain cerita yang kamu minta." Ujarnya yang kini terduduk dihamparan rumput dibawah pohon.

Senyum Seruni ikut mekar bersamaan dengan pernyataan Lintang. Senang ia mendengarnya. Paling senang lagi ketika mendengar Lintang mulai bercerita. Kata Seruni suara Lintang itu sudah menjadi candu buatnya. Nyaman didengar.

Ekhem..

Lintang berdeham kecil seakan memanaskan tenggorokannya sebelum mulai bercerita. Kemudian sambil duduk memeluk kedua lututnya ia mulai bersuara.

"Dengar ya Seruni! Cerita kali ini judulnya Itik buruk rupa." Katanya permulaan.

Seruni mengangguk dan sabar menunggu bagaimana isi cerita yang akan diceritakan Lintang.

"Suatu hari induk itik sedang menunggu telur-telurnya yang akan menetas. Ia sabar menunggu hingga akhirnya satu persatu telur mulai menetas." Kata Lintang.

Seruni mendengarkan ceritanya dengan seksama beriring imajinasi-imajinasi dalam isi kepalanya.

"Sang induk itik terkejut ketika melihat ada satu itik yang berbeda dari anak-anaknya yang lain. Ia mempunyai bulu berwarna hitam sendiri. Namun induk itik tidak peduli karena itik itu masih merupakan anaknya. Hingga saat anak-anak itik itu dewasa, banyak yang mulai mengejek itik berwarna hitam itu." Sambung Lintang yang mulai asik dengan ceritanya.

Berbeda dengan Seruni yang berkerut kening menampakan wajah cemasnya. Sepertinya ia mulai masuk kedalam dunia cerita Lintang.

"Karena tidak tahan dengan ejekan-ejekan, itik berwarna hitam memutuskan untuk pergi meninggalkan tempatnya. Sepanjang jalan ia selalu bertemu dengan hewan lain yang senang mengejeknya hingga ia menjadi sangat sedih. Namun sampai ketika ia beristirahat, ia bertemu segerombolan angsa putih. Angsa putih itu bertanya kenapa ia bersedih. Setelah diceritakan angsa putih itu lantas berkata,"Kamu tidak jelek. Kamu cantik dengan keunikanmu sendiri!" Serunya menghibur itik hitam."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hadiah Dari Lintang ●[[Jisung]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang