Bagian Tiga

20 5 8
                                    

—720 kata.

Lagi, malem ini gue kembali duduk di balkon dan menatap bulan, kali ini gak sendiri tapi bareng Alpha yang ikut duduk disamping gue.

Tadi, bahkan tanpa perlu pikir panjang-pun gue udah tau apa yang seharusnya gue lakukan. Dan berakhir gue suruh Alpha buat dateng ke apart gue.

Setelah bermenit-menit hanya diselimuti keheningan, akhirnya gue mulai pembicaraan.

"Al," panggil gue pelan. Alpha hanya membalas dengan deheman dengan mata yang masih sama menatap bulan, begitupun gue.

"Definis sayang menurut kamu itu apa sih?" tanya gue.

Alpha enggak langsung jawab, mungkin dia lagi berpikir. "Menurut aku sih kalau sayang, artinya kamu mau dia ada di hidup kamu, kamu pengen ikut ngerasa sedih juga seneng bareng sama dia, ngehabisin waktu sama-sama. Berbagi."

Gue nggak lagi membalas ucapannya.

Terlihat dari sudut mata gue Alpha mengalihkan pandangannya ke gue, "kenapa sih?" tanyanya.

Gue-pun balas menatapnya. "Berarti defini sayang versi kita itu beda Al—" jeda sebentar sebelum gue melanjutkan ucapan gue.

"—menurut aku, kalau kita sayang sama seseorang, gak perlu saling memiliki, cukup kita tau kita sayang sama dia. Daripada berbagi, aku lebih mikir kalau dia bahagia, kita ikut bahagia, dia sedih, kita ikut sedih. Dan biarin orang yang kita sayang bahagia, lepasin kalau orang kita sayang pengen dilepas."

Alpha nggak membalas ucapan gue, dia cuma menatap gue dengan tatapan yang nggak bisa gue artikan.

"Aqilla." jelas gue.

Gue menghela napas pelan. "Aku tau Al, aku ngerti bahkan tanpa kamu kasih tau ke aku pun. Lihat dari cara kamu natap dia, dari gimana raut kamu saat ketemu dia, dan gimana panggilan kamu ke aku itu berubah waktu ada dia, aku ngerti Al. Mungkin ini kedenger lebih sedikit lebay, tapi, buat aku hal itu berarti."

"Maka dari itu, aku pengen ngelepas kamu, aku pengen biarin kamu bahagia sama apa yang mau kamu kejar. Karena aku, aku sayang kamu," ucap gue sambil menatapnya lembut.

Dia kembali gak membalas atau pun menyangkal hal yang gue ucapin. Dan ya sekali lagi gue paham, hal yang gue ucapin itu bener.

"Maaf, Kala." adalah kalimat yang akhirnya keluar dari mulutnya.

Gue tersenyum dan mengusap pelan pipinya. "Gakpapa, kamu gak salah, gak ada yang perlu disalahin disini."

"Tapi aku udah jahat sama kamu, La," balasnya cepat.

"Menurut aku nggak, Al. Kamu inget apa yang pernah aku bilang dulu? Kita ini manusia, mau gimanapun kita akan jadi si jahat dan si baik," jelas gue.

"Sekarang aku ngelepas kamu, aku biarin kamu ngejar Aqilla, kejar yang bikin kamu bahagia," lanjut gue.

Dia hanya menatap gue dengan menyesal dan akhirnya menarik gue kepelukannya, memeluk gue dengan erat.

Gue sekarang mengerti, Alpha memang sayang gue, dan bukan berarti dia nggak bahagia buat waktu yang kita habiskan ke belakang ini. Cuma, gue lagi-lagi mengerti. Walau dia sayang sama gue, bahagia bareng gue, tapi rasa sayang dan rasa bahagia Alpha lebih saat bareng Aqilla.

Dan ah, pelukan ini, mungkin ini bakal jadi pelukan terakhir. Dan maka dari itu gue balas pelukan Alpha dengan sama eratnya.

"Aku sayang kamu."

Malam ini, berakhir kita berpelukan sebelum akhirnya Alpha pergi. Pergi dari apartemen gue, pergi dari gue, pergi dari semua hal-halnya yang mengikat gue dan dia. Dan gue, berakhir nangis di sudut kamar.

Lalu, satu tahun yang udah gue lewatkan bareng Alpha bakal jadi sia-sia, tapi nggak bikin gue menyesal.

Alpha, bener-bener pergi. Dia nggak meninggalkan gue, tapi gue yang melepas dia buat pergi. Mengejar yang perlu dia kejar.

Aqilla Adeeva Amalia

Cewek yang sebelumnya jadi seseorang yang istimewa di hidup Alpha. Eva-nya Alpha, sebelum gue jadi Kala-nya Alpha.

Aqilla dan Alpha sempat pacaran dari kelas 3 SMP sampe lulus SMA, mereka putus baik-baik karena dua-duanya merasa nggak sanggup buat menjalin hubungan jarak jauh— soalnya Aqilla lanjut kuliah di Jerman. Jadi, menurut gue wajar aja waktu tau Aqilla balik ke sini Alpha merasa senang. Mereka nggak ada konflik, dan mungkin masih sama-sama ada rasa. Yang gue pikir, rasa Alpha sepenuhnya udah buat gue, tapi ternyata nggak begitu.

Lalu sekarang, seperti yang gue bilang. Manusia mau gimanapun bakal menjadi si jahat dan si baik, dan maka dari itu biarin Alpha jahat ke gue daripada harus jahat kedirinya sendiri. Dan gue, biarin gue jahat ke diri gue sendiri dari pada harus jahat ke Alpha.

Alpha Satyananda Pramudya

Mungkin menjadi satu dari sekian banyak orang yang berlalu-lalang di kehidupan gue.

..

Hallo! Kkkkkk jadi ini short-story pertama aku yang dibikin 20 April tahun lalu, 2020. Lalu, aku beberapa kali revisi sampe jadi deh ini yang aku publish 28 April 2021. Aku sebenernya nggak pede sih, but ya nggakpapa lah. Semoga ada yang baca :D

Tapi aku juga sebenernya nggak bisa bikin ending dari cerita ini, makanya aku sendiri juga nggak puas huhu ToT

Oh iya, jadi biasanya Alpha manggil Allera tuh pake nama Kala, soalnya namanya Kalallera.

Juga soal kata 'sorry'. Hm, menurut Allera tuh kata sorry nggak kedenger bener bener tulus. Karena rasanya gampang aja keucap gitu, daripada kata maaf. Dan yeah, Alpha sendiri tau itu.

Hum, so, see u! Semoga aku kepikiran bikin story lagi.

(。’▽’。)♡

Bad and Well | Jaerose √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang