Chapter 1

1 1 0
                                    

PLAK

Satu tamparan lolos mengenai wajah laki-laki jangkung itu dan suara tamparan itu menggema dalam rumah besar. membuat salah satu dari mereka menahan amarah apa yang sudah pria tua itu lakukan dan sakitnya tamparan yang pria itu layangkan ke pria jangkung tadi.

"Ayah, Ayah bisa nggak sih nggak usah main kekerasan sama Elgar? Elgar itu kembaran Elga dan Elga juga bisa ngerasain sakit yang Ayah lakuin ke Elgar. Ayah menyakiti Elgar sama aja menyakiti Elga. Ini hidup Elgar dan ini hidup Elga, dan ayah bukan penentu dari hidup kita" ucap Elga dengan rahangnya yang mulai mengeras

"Kalau dilihat-lihat, selama Bunda nggak ada rasanya kelakuan Ayah semakin menjadi-jadi, Ya?" Ucap Elga yang berhasil membuat amarah Hersa memuncak dan siap melayangkan tamparan

"Kamu jangan melewati batas kamu ya, Elga!!" Balas Hersa dengan dengan tinggi

"TAPI KALI INI YANG KELEWATAN ADALAH, AYAH!" Balas Elga dengan nada yang tak kalah tinggi

"Ayah pikir Elga nggak tau, kalau selama ini Ayah udah pergi bolak-balik bawa perempuan,kan? Ini baru satu tahun bunda pergi dan AYAH UDAH JALAN SAMA PEREMPUAN LAIN?!" Ucap Elga yang membuat beberapa urat di rahangnya terlihat

"Elga rasa kelakuan Ayah udah kelewatan dan MELEWATI BATAS NORMAL. Berhenti cari perhatian di depan publik, berhentI cari perhatian dari kakek dan nenek. ELGA MUAK DENGAN KELAKUAN AYAH YANG MAKIN LAMA MAKIN KETERLALUAN. Dan sikap ayah yang ingin mencari perhatian orang. Elga jijik melihat kelakuan Ayah yang merasa paling tersakiti di dunia ini. Perlu ayah ketahui yang paling tersakiti disini adalah ELGAR DAN ELGA BUKAN AYAH. Ayah itu cuma bisa nyakitin bunda tau nggak? Udahlah, Elga udah bosen liat wajah aya. Ayo El, gue udah muak liat wajah tua bangka nggak tau diri ini" Ucap Elga menarik pergelangan tangan Elgar dan meninggalkan Hersa yang masih terdiam dengan amarah yang memuncak setelah mendengar perkataan Elga

Mereka keluar dari kediaman Letrice dan berjalan menuju garasi dan mendatangi mobil sport berwarna hitam yang sulit untuk didapatkan. "Kita pergi naik mobil nggak perlu naik motor, lagi emosi pake motor, malah bikin celaka" ucap Elga yang kemudian masuk kedalam kursi pengemudi meninggalkan Elgar yang masih menatap kembarannya sayu, dan kemudian masuk kedalam mobil yang dinaiki Elga tadi

Sambil sedikit melampiaskan Elga mengendarai mobil di atas rata-rata. Yah, sama saja kan menantang maut? Tapi lebih maut pakai motor

"Pipi lo nggak papa,kan?" Tanya Elga mrmencahkan keheningan dan masih terfokus melihat jalanan
"Nggak papa, kan udah biasa" ucap Elgar tersenyum getir

"Kenapa nggak lawan?" Tanya Elga

"Ha?" Elgar tak paham dengan ucapan Elga

"Kenapa nggak lawan pak tua itu BANGSATT! Apa karena dia ayah kita? Dia orang yang lebih tua? Kelakuan biadab kaya dia nggak perlu dikasihani" geram Elga yang sudah sangat kesal

Elga sudah muak dengan kelakuan Ayahnya itu. Tidak sekali dua kali Ayahnya melukai kembarannya, Elgar. Tapi berulang kali. Elga juga terkadamg kesal dengan kembarannya ini kenapa tidak melawan? Kenapa diam saja? Apa karena pak tua itu lebih tua? Hah? Orang seperti dia dihormati, makin lama makin melunjak. Elga sering tak paham dengan jalan pikir krmbarnya. Hahhh........

"Udah nggak usah dipikirin, udah berlalu juga" ucap Elgar, memandang jalanan di luar

"Emang ya, kalo marah sama lo tuh gue nggak bisa" ucap Elga yang kemudian mendengus karena kesal

"Bdw lo masih aja pake seragam laki ya? Padahal lo, kan perempuan" ucap Elga sambil mengalihkan pembicaraan

Elga tau bahwa Elgar sedang mengalihkan pembicaraannya. Elga juga tau kalo Elgar ngga suka liat Elga marah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang