-- Bonus --
Enam tahun berjalan begitu saja, Waktu akan terus berjalan mau atau tidak aku menjalankannya kan?
Memang berat saat awal aku kehilangan sosok mu, tak ingin pergi ke kampus dengan bus selama berbulan-bulan. Tentu bukan tanpa alasan, sosok mu begitu banyak memberi kenangan hingga susah untuk dilupakan.
Akhirnya setiap hari aku menebeng pada teman satu kos yang kebetulan satu kampus dengan ku, jadwal kita berbeda tapi untungnya dia selalu datang lebih pagi dan pulang lebih malam.
Tahun-tahun awal terasa begitu menyusahkan untuk melupakan semua kenangan yang hanya bisa ku putar melalui ingatan, tapi untungnya semua berakhir dengan nyaris sempurna. Aku berhasil melupakan dirimu dan halte di sore hari, tidak sepenuhnya karena pada kenyataannya berbungkus-bungkus bekas permen pemberianmu setiap sore masih ku simpan apik di atas meja belajar ku. Bahkan ketika aku pindahpun, toples itu masih ku simpan diatas meja yang sama.
Teman-teman ku bilang untuk lupakan dirimu karena sosokmu hanya mampir sesaat dalam hidupku, tak berpengaruh banyak hanya kebetulan selalu ada ketika aku sedang merasa penat. Tapi mereka tidak paham dan tidak tahu, bahwa sosok yang kebetulan selalu ada saat diriku merasa penat ini yang tidak mau pergi.
Lucu memang, dirimu hanya datang tak lebih dari satu tahun bahkan tidak sampai. Tapi melupakanmu membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun, kamu ini pakai pelet dimana sih? Mujarab sekali.
.
.
.
."Kirana, sudah siap yang saya katakan kemarin siang?" Kirana mendongak membenarkan kacamatanya saat netranya menangkap atasannya sedang berdiri dihadapannya.
"Sudah pak, sudah siap semua seperti yang bapak minta kemarin.." Kirana memberikan beberapa map yang berisi berkas-berkas penting yang nanti akan dipakai meeting oleh atasannya.
"Bagus.. semuanya sudah bagus, tapi Kirana... saya ternyata sudah ada jadwal lain dengan klien lain di luar jam makan siang nanti, kamu bisa kan gantikan saya?"
Kirana mengerjap, jujur ini bukan sekali atau dua kali ia menggantikan atasan yang suka lupa-nya ini. Tapi ia juga tahu dengan siapa ia akan melaksanakan meeting nanti siang, perusahaan keluarga milik keluarga Yunandar.
Dari beberapa berkas yang ia kerjakan kemarin ada satu berkas berisikan biodata perusahaan, dan beberapa informasi yang ia yakini bahwa perusahaan ini adalah perusahaan keluarga Yunandar, dari pemilik perusahaan yang memegang sekarang adalah Januar --adik Yunandar yang memberikannya surat terakhir dari Yunandar-- dan foto juga nama lengkap yang mirip dengan nama lengkap Yunandar.
"Kirana? Bisa kan?"
Panggilan itu menyadarkan Kirana dari lamunannya.
"A-ah iya pak bisa.." lirih Kirana pada akhirnya, bisa apa lagi ia selain menerima? Toh kalau kerjasama ini berhasil ia akan dapat bonus yang lumayan.
"Baik kalau gitu, saya permisi ya Kirana, tolong kerjakan dengan sempurna seperti sebelum-sebelumnya," ucap atasan Kirana sebelum melangkah menjauhi meja Kirana. Kirana terduduk lemas di bangkunya, memang bukan Yunandar yang akan ia temui nanti, tapi Januar.. bukan sebuah masalah besar sebenarnya hanya saja Kirana masih belum siap untuk bertemu seseorang yang wajah dan auranya sangat mirip dengan Yunandar. Bisa-bisa usahanya enam tahun melupakan Yunandar gagal begitu saja saat melihat sosok yang kadar kemiripannya dengan Yunandar nyaris sempurna.
Kirana menghela nafas, ya apa boleh buat... hanya perlu bertemu dengan Januar mempresentasikan kerjasama dan membicarakan kedepannya akan bagaimana, hanya perlu bersikap seperti bertemu dengan klien lain seperti yang sudah-sudah kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala < Hwang Yunseong > ✔
FanfictionSandyakala, (n.) Cahaya merah saat senja. Lokal Au! Oneshoot Au! Angst. ©002MINHONEY, 280121