Diam-diam keluar rumah sepagi ini tanpa izin orangtua. Kenekatan yang timbul setelah aku berpikir ulang pada perkataan sensei tadi siang. Apa logikaku sudah mati akibat kekagumanku padanya? Atau secara tak sadar aku juga penasaran pada cerita yang diungkapkannya? Entahlah, yang jelas kini di depan sana, satu sosok tertangkap oleh mataku tengah berdiri tepat berhadapan dengan pohon sakura tua yang jadi perbincangan kami.
Dia menoleh. Menemukan aku yang sudah berada di sebelahnya, bibir itu tersungging, "Kau datang juga."
"Aku hanya ingin membantu sensei saja." balasku datar. Tak membalas tatapan apalagi senyumannya.
"Sekalian saja kau coba untuk melihat masa depanmu." ucapnya.
"Apa sensei yakin ini akan berhasil? Bagaimana kalau kau dibohongi oleh Kepala Sekolah?"
"Sangat yakin! Mana mungkin beliau berbohong pada hal seperti ini?" dia mematahkan anggapanku. Benar juga, sih. "Saya sangat ingin mengetahui apa yang akan terjadi pada kehidupan saya 10 tahun kemudian."
Aku coba menebak, "Mungkin.. Sensei akan menjadi guru musik yang hebat?" aku menyamakan dengan profesinya sekarang.
Dia tak menanggapi. Malah mengalihkan pembicaraan. "Lalu masa depan seperti apa yang kau inginkan terwujud?"
"Aku bingung." pelanku. Kegugupan sukses menggulung diri ini.
"Tenang saja, ada saya di sini." sepertinya sensei menyadari keadaanku.
"Sebentar lagi, Haru!" ucapnya sambil melihat pada arloji di tangan.
Kami mulai bergenggaman. Menanti saat itu yang mungkin saja benar tiba dalam hitungan detik.
Silau! Cahaya terpancar dari batang pohon ini menyoroti penglihatan kami. Ternyata apa yang dikatakan sensei memang terjadi, inilah buktinya.
"Ayo masuk!" dia seakan menyeretku yang malah mematung akibat peristiwa ini.
Gelap gulita. Hawa dingin menyelimuti, hembusan angin terasa kencang menerpa kulitku. Aku tidak bisa melihat apapun di sini. Tapi saat menengok ke arah sensei, aku dapat melihat wajahnya. Dan dia pun sama.
"Sensei! Di mana kita? Mungkinkah dunia lain yang dimaksud itu memang dunia kegelapan ini?" aku sangat takut. Pikiranku pada hal yang menyangkut makhluk halus semakin meluas.
"Tidak! Ini mungkin masih permulaan." ujarnya. Tangan kami masih menyatu.
"Coba pejamkan matamu." suruhnya. Aku ikuti.
Ia berbicara lagi, "Kau duluan! Sebutkan nama lengkapmu, tanggal lahir dan tahun dari masa depan yang ingin kau lihat."
Dalam kegelapan ini, aku mengatakan semua suruhannya dengan bibir bergetar sampai selesai. Lalu aku membuka mata perlahan untuk melihat apa yang kini terjadi.
Tetap sama. Tidak ada perubahan. Aku kembali mengoceh pada sensei memberitahu kekhawatiranku. Bayanganku sudah dipenuhi oleh hal negatif. Takut jika aku tidak bisa kembali lagi ke dunia nyata.
"Mungkin kau kurang konsentrasi. Makanya, kurangi ketakutanmu!" sensei malah menegurku.
"Mana bisa aku berkonsentrasi di keadaan seperti ini?! Sensei sudah membawaku ke alam antah berantah!"
"Saya akan mencoba sekarang." gilirannya. Dia menghela napas panjang. Lalu mulai beraksi.
"Tosaka Hiroomi. 12 Maret 1991. Masa depan 10 tahun kemudian."
Mataku perlahan terbuka untuk yang kedua kali. Sekarang.. suasana berubah pesat! Tidak ada kegelapan, melainkan kami berada di padang rumput yang dikelilingi oleh banyaknya pohon sakura yang tengah bermekaran. Kelopak bunga berwarna merah muda itu memancarkan keindahannya. Cuaca cerah serta angin yang berhembus mesra sukses menyejukkan jiwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sensei no Mirai
Fanfiction"Sensei no Mirai (Masa Depan Pak Guru)" 🌸🌸🌸 Mempercayai sebuah legenda yang katanya hanya terjadi di musim semi setiap 33 tahun sekali dan bisa membawa diri untuk melihat masa depan membuat Sensei mengajakku pergi bersama ke tempat itu. Akibat pe...