Rentang Kenangan dan Angan

36 3 0
                                    


Jam besar itu kembali berdentang, diiringi oleh derasnya hujan yang turun membasahi bumi. Kali ini, aku merasakan hal lain. Ah sial, aku merasa kesepian lagi. Kemarin aku baik-baik saja saat bertemu dengannya, namun kenapa kali ini perasaanku berbeda. Lagian kami kan cuma teman, bahkan disebut dekat saja aku rasanya tidak mampu. Dentangan jam serta derasnya hujan membuat suasana menjadi sangat syahdu. 

Aku memutar piringan hitam warisan ayahku yang aku bawa. Aku memutar lagu favorit ayahku! Judulnya "Imagine-John Lenon". Memang ayahku ini sangat mengidolakan artis berkacamata bulat ini. Bahkan, pada saat masih muda, ayah dulu memasang poster artis favoritnya  itu, sampai-sampai kamarnya penuh dengan poster bergambar "John Lenon". 

Entah apa alasan pasti mengapa ayahku sangat menyukainya. Namun satu waktu, ia memberitahuku 

"Nak, saat kamu besar nanti, jangan pernah sungkan untuk berangan, ini adalah kehidupan, dan kamu tidak bisa ber-angan dua kali."

Awalnya aku sangat bingung dengan perkataan ayahku itu, karena masih kecil dan belum mengerti apa-apa.

Namun sepertinya kali ini aku sadar bahwa hidup tidak sesederhana itu. Di luar sana, ada banyak manusia yang berusaha mendapatkan segalanya dengan cara apapun. Bahkan cara kotor pun ditempuh untuk mendapatkan apa yang nafsu katakan. Terdengar jahat, namun itulah kenyataannya. Tidak dapat dipungkiri, cara-cara itu mungkin kotor, namun itulah cara mereka mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. 

Namun, aku berpikir, apa itu yang namanya kebahagiaan dan apa itu yang artinya hidup? Sampai saat ini, aku belum bisa menemukan jawaban yang pasti, karena terlalu banyak klise dan jawaban yang belum pasti benar dan tepat. Aku masih mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak ku ini. Ah sudahlah, aku memang suka begitu, kadang aku pikir, aku sudah jadi orang gila karena terlalu banyak berpikir dan merenung. Entah apa yang otak ku pikirkan saat ini, terlalu naif dan klise sehingga temanku saja menganggapku gila.

Tapi satu hal yang aku yakini, bahwa manusia akan terus mencari jawaban-jawaban atas pertanyaan yang terbenam di pikiran. Apa aku sudah terlihat seperti filsuf? Hahaha. Aku tidak ingin berhenti sampai ini. Semua orang memang punya tujuannya masing-masing, namun tidak semua orang punya yang namanya terminal untuk dapat mencapai tujuan itu. Aku memang bukan seorang filsuf, namun aku menyukai karya-karya besar para filsuf, baik itu filsuf barat maupun filsuf Islam.

Mereka memberikan pelajaran yang tak ternilai sama sekali dalam hidupku. Perlu waktu sewindu untuk aku dapat seperti ini. Sejak kapan memangnya? Mungkin sejak masih SD. Aku memang terkadang berpikir bahwa apa yang aku lakukan sekarang, itu pasti akan ada balasannya, entah esok, lusa, ataupun tak disangka. Sejak SD, aku memang bukan juara kelas, namun aku selalu unggul dalam teori pemecahan masalah. 

Apapun masalahnya, pasti bisa aku selesaikan. Bahkan saat guruku meminta ku untuk menyelesaikan masalah sekolah, yang mungkin harusnya pekerjaan ini dilakukan oleh orang yang sudah bergelar sarjana. Namun itulah aku, selalu diminta untuk dapat memecahkan permasalahan, bahkan yang rumit sekalipun.

Terbesit lagi pikiranku yang satu ini, kelihatan sombong memang, namun aku bangga! Yah, setidaknya aku punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Oh iya! Aku hampir lupa, aku belum memperkenalkan diriku sejak tadi. Oke, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dahulu agar kalian bisa membaca ini dengan sedikit bumbu fantasi dan juga otak kalian akan dipenuhi dengan diksi-diksi yang mengguncang hati dan pikiran. 

Namaku Pranadipta Anggara. Sekarang ini aku sedang menempuh studi di salah satu negara yang terkenal akan jam besar dan juga elizabeth-nya! Kalian tahu kan negara itu? Yup, Inggris. Salah satu negara favoritku, karena aku pikir banyak sekali pengetahuan dan juga peradaban manusia yang ditulis disini. Bahkan jika diurutkan, perpustakaan disini memiliki jutaan koleksi buku yang menulis sejarah sejak abad 1 Masehi sampai abad modern. 

Memoar RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang