"Bagus, pulang malem lagi!" Jaehyun lempar buku yang dia baca ke meja di depannya dengan cukup kasar.
Posisinya sekarang lagi duduk di sofa, dan lelaki itu natap tajem ke arah jiho yang baru aja masuk rumah.
Kayaknya Jaehyun pulang lebih awal dari biasanya, terbukti dengan pakaian santainya.
Jiho masih diem, jaehyun kayaknya marah sih.
Jaehyun berdiri, jalan ngedeketin Jiho.
"Sudah dua kali, pertama saya memaafkan kamu.. "
"Dan untuk kedua kalinya.."
Jaehyun ngacak-ngacak rambutnya frustasi, "saya nggak suka di bantah!"
"Jujur, saya benci kalau saya harus bentak-bentak.. "
"Apalagi kamu itu masih kecil" Jaehyun emang bicaranya nggak ngebentak, tapi sorot matanya nggak bisa boong kalau dia lagi emosi.
"Saya juga nggak suka bertengkar"
Jaehyun berusaha nahan amarah dia, buang nafasnya sebentar terus masukin tangannya ke dalam saku celana.
Takut-takut berbuat kasar.
Untuk pertama kalinya, jiho suka sama sifat jaehyun yang bisa ngendaliin emosinya kayak gini.
"Pergi kemana tadi kamu? Saya yakin bukan mengerjakan tugas... "
"Itu cuma alasan, dan yang pertama itu saya juga yakin bukan"
Tempo hari waktu jiho pulang dari rumah jeka, dan sekarang habis sama yoga.
"Udah sotoy, bawel banget lagi" Jiho mencibir, dia nggak suka aja.
"Saya tau jiho, jangan fikir saya tidak tau apa yang kamu lakukan tadi" Jaehyun tersenyum miring.
Jiho nglebarin matanya, ini pasti ulah amir! Kan cuma dia orangnya jaehyun!
Tapi, yakin amir yang bocorin?
"Bukan amir, saya tau sendiri" Kata jaehyun santai.
"Lagian kenapa sih, kalau gua it—"
"Iya, saya tau.. Kamu belum menerima perjodohan ini bukan? Tapi mau apa lagi? Kamu sudah menjadi istri saya! Sudah seharusnya seorang istri tunduk sama suaminya"
Jiho tau, dia nggak bisa ngelawan kata-kata jaehyun barusan "gak usah sok ngantur ya! Lag—"
"Itu terserah kamu jiho, karena memang sudah seharusnya begitu.. Kamu itu istri saya, kamu tidak bisa menghilangkan fakta itu"
"Yaudah sih, CERAI AJA! GAKUAT GUA LAMA-LAMA" Fix, jaehyun bikin jiho emosi.
Gak usah diingetin juga Jiho tau kok jaehyun itu suaminya, tapi ya mau gimana?
"LO TAU NGGAK SIH PERASAAN GUA? jelas, lo bakal nggak tau karena lo nggak ada di posisi gua"
"Bayangin aja.. Lo nikah saat lo belum tamat sekolah, disaat lo butuh kebebasan.. Bukan jalanin kewajiban yang nggak lo mau!"
"Dan, ngelepas masa muda lo dengan sia-sia!" Jiho udah emosi juga, peduli setan dia juga nggak mau bertengkar awalnya.
Jaehyun diem beberapa saat, lelaki itu masih natap jiho dengan wajah seriusnya.
"Saya tau, saya tau bagaimana perasaan kamu jiho"
Jiho buang mukanya, "cih, sok peduli!"
"Saya jelas peduli sama kamu, karena bagaimana pun kamu itu istri saya"
Jaehyun yang nanggung segala kebutuhan jiho, dari segi materi jiho nggak pernah ngerasain kurang.
Bahkan, jujur lebih banyak dari apa yang orang tuanya kasih, jiho nggak ada niat buat banding-bandingin ataupun ngerasa nggak bersyukur. Dia bicara fakta.
Bahkan karena kelebihan, jiho simpen uang itu baik-baik buat keperluan mendesak.
"Pokoknya gua mau cerai aja! Itu solusi paling bagus buat kita"
Jaehyun lagi-lagi senyum miring, "kamu tau akibatnya? Ayo coba fikir" Sekarang wajahnya berubah datar. Sedingin es,
Jiho bahkan bisa ngerasain sedikit takut, tapi dia harus kelihatan baik-baik aja.
"Pertama" Jaehyun ngacungin satu jari tangannya.
"Sekolah kamu akan tau kalau selama ini kamu sudah pernah menikah dengan saya"
Jiho melotot, ini gila!
"Kedua"
"Kamu bisa menjamin kesejahteraan keluarga kamu setelah ini? Nasib mereka ada di tangan saya jiho... " Kata jaehyun penuh penekanan.
Jantung jiho berdetak keras, astaga! Jaehyun berani-beraninya ngancem dia kayak gitu?!
"Ketiga"
"Saya akan buat orang-orang terdekat kamu menderita hingga mereka meninggalkan kamu" Final jaehyun tersenyum dengan bangga.
Jiho nggak habis fikir, jaehyun bener-bener gila pikirnya.
"JANGAN MAIN-MAIN YA! GUA NGGAK TAKUT!"
Mata jaehyun berkilat penuh amarah, "kamu fikir saya main-main?" Kedua tangannya mencengkram bahu jiho kuat, tapi beberapa detik kemudian di lepas.
Takut berbuat di luar batas karena sedang di liputi amarah.
"Kamu bisa minta saya untuk mencobanya dulu supaya tidak terkejut nantinya, mau yang mana dulu?"
"Sekolah, orang tua kamu, atau orang-orang terdekat kamu?"
Sial, jiho hampir nangis.
Semuanya penting buat jiho, mana mungkin Jiho harus hancurin semuanya?
"GUA BENCI SAMA LO! LO TAU" Jiho jelas nggak suka di ancem kayak gini.
Jaehyun ngangguk, "saya tau"
"Tapi.. Gimana sama keputusan kamu? Kamu masih mau tetap bercerai dengan saya?"
Jiho mau teriak di depan mukanya jaehyun dan bilang iya, tapi dia masih punya akal buat bilang itu.
Nasibnya yang jadi taruhannya.
"Gimana gua mau cerai? Lo aja ngancem gua kayak gitu!" Tangan jiho terkepal, dia berusaha nahan diri daritadi buat nggak nonjok jaehyun.
"Bagus, akhirnya kamu tau" Jaehyun tersenyum puas.
"Kamu hanya perlu nurut dengan saya.. Setiap kali kamu pergi kamu harus bilang dengan saya"
"Dan juga, kamu harus belajar bagaimana menjadi seorang istri yang baik"
Sialan, jiho aja belum siap jadi istri kok di suruh jadi istri yang baik sih?
"Ah.. Begini saja" Jaehyun nampak berfikir sebentar.
"Kita buat kesepakatan.. "
Jiho gedeg, ini pasti kesepakatan yang bakal nguntungin jaehyun aja.
"Nasib kamu nanti tergantung dengan sifat kamu terhadap saya"
Jiho udah nggak bisa nahan lebih lama lagi, "JAEHYUN BRENGSEK!"
Chup..
"Jangan pernah bicara sembarangan lagi sama saya! Atau saya nggak bakalan segan-segan cium kamu!"
Ciuman pertama jiho di ambil sama jaehyun!
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Nikah sama om Jaehyun
FanfictionJiho yang dipaksa nikah sama duda beranak satu.