10. Tanpa Keadilan

10.2K 1.4K 176
                                    

Tetaplah hidup meskipun jadi beban keluarga

Tetaplah hidup meskipun jadi beban keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa votment ya my bubby🤗

Jangan lupa votment ya my bubby🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👻👻👻

Hari ini upacara bendera, suasana panas terasa menyengat mata. Banyak siswa yang memilih untuk berbaris di bagian belakang dengan alasan panas.

Sama halnya dengan Laura yang memilih barisan paling belakang tepat di bawah pohon berdaun merah yang Laura juga tidak tahu namanya.

Sekolah tempat Laura menuntut ilmu memang terkesan asri, banyak sekali pohon tinggi yang menghiasi beberapa area depan kelas. Jadi tidak heran bahwa pinggir lapanganpun sama banyaknya, sesuatu yang menguntungkan untuk para pemalas seperti sebangsa Laura.

"Geseran dikit bisa gak sih, Mahmud mah rese betol bah!" Nurani mengomel karena terus tersenggol siswa sebelah nya.

"Gerah gue woy gak usah nempel-nempel!" sentak Liva, gadis dengan perawakan tinggi itu juga terus mengomel karena beberapa cowok mendekat ke arahnya.

Laura, gadis itu mendecih melihat tingkah keduanya.

"biarin aja Lay, gak usah ikut campur deh," peringat Yuri. Dia tahu bahwa Laura pasti akan bertindak lebih.

"Makanya kalo gak mau di ganggu gak usah baris bagian cowok, giliran di modusin ngamok" cibir Laura. Jiwa julitnya seolah keluar.

"Seperti lonte," ledeknya.

"Iri aja lo jelek!" balas Liva.

"Dih, gue iri sama lo? Modal skincare abal-abal aja belagu!" sindir Laura.

"Bodo, yang penting famous,"

"Famous? Hah followers seribu aja udah berasa seleb!"

Banyak yang terkikik mendengar pertengkaran keduanya. Apalagi mendengar ucapan Laura kali ini.

"Heh! Bukannya upacara malah berantem, kalo mau berantem ke depan sana!" Bu Sukasmi, datang dengan mata tajam bak elang. Jangan lupakan satu sapu lidi yang selalu ada dalam genggamannya, siap untuk memukul para siswa yang ribut ketika upacara.

InDieGo KoplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang