Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Loh kamu?!"
Raza terkejut bukan main, salah satu anggota keluarnya yang masih ia hindari kini berada tepat dihadapannya dengan mata yang menyiratkan rasa tak suka.
Lalu dari arah dalam, seorang anak perempuan menyeru heran, disusul derap langkah kaki orang yang berlari memenuhi ruangan.
"Ada siapa kek?" Pandangannya melihat keluar rumah dengan segelas air ditangannya. Anak perempuan itu sontak tertegun sebentar melihat siapa yang datang, lalu bersorak riang dengan kerasnya, "KAKAAK!"
"RIELL!" Raza merentangkan kedua tangannya, dan dengan cepat Flo menubruk tubuh kakak laki-laki beda 11 bulan itu keras hingga nyaris saja terguling ke belakang.
Bahkan gelas yang dipegangnya hampir saja teronggok mengenaskan karena sempat melayang di udara.
Alvin yang melihat momen tersebut membuatnya berpikir, suruh ayah sama bunda buat adek bisa ga sih? Pikirnya random lalu terkekeh geli setelahnya.
"E-eh, kenapa kek?" Flo berjengit saat kakeknya menarik tangannya masuk kedalam.
"Jangan deket-deket kakak kamu, dia itu pembunuh." Ucap kakeknya yang membuat pupil mata Raza membulat tak percaya, ternyata benar, kakeknya masih belum percaya padanya.
"L-loh kek-"
"DIAM KAMU!" Suara bentakan nyaring itu keluar dari bibir kakeknya, seraya menunjuk-nunjuk Raza dengan tatapan yang masih sama, tatapan tak suka. "Beraninya kamu datang kesini lagi setelah apa yang kau perbuat pada istri ku dulu! Istriku itu meninggal gara-gara kamu!"
Raza membuang nafas frustasi, tangannya meremat sedikit kuat celana bahannya, "harus berapa kali lagi aku bilang itu cuma salah paham sih? Bukan aku yang bunuh nenek." Kali ini ia sedikit menurunkan intonasi suaranya, tidak ingin membuat keadaan semakin buruk.
Namun bukan respon baik yang ia dapat, justru kata-kata yang keluar dari mulut kakeknya membuat Raza terperangah,
"kakek ga bakal percaya sama kamu za," Tuturnya dengan nada yang ditekankan, tak ingin dibantah.
