Heaven - 08

221 39 11
                                    

Happy reading everyone!!!

Aku gelisah di ranjangku, biasanya aku dengan sangat mudah tertidur jika kepalaku sudah menempel pada bantal. Tapi malam ini aku begitu gelisah padahal kurasa aku sudah beberapa kali menguap namun tak kunjung tidur. Siwon terakhir mengirimku pesan satu jam yang lalu, mengatakan bahwa dia tengah makan. Sekarang aku belum mendapatkan kabar darinya lagi.

Apa karena ini aku belum bisa tidur?

Ketika aku memejamkan mata, dan masih tidak menemukan nyaman untuk tidur, ponselku bergetar dan tanganku bergerak dengan cepat untuk melihat siapa yang menelpon.

Siapa lagi kalau bukan Siwon?

"Kau dimana?" Kalimat pertama yang aku lontarkan ketika menjawab telepon Siwon.

"Kau belum tidur?" Suaranya diikuti suara bisingnya jalan disana. "Kau menungguku, ya?" Ledeknya.

"Tidak." Kataku berbohong. "Aku tidur dan terbangun."

Aku mendengar Siwon tertawa disebrang telepon. "Sudahlah, jangan berbohong." Dia selalu bisa menangkap ketika aku tengah berbohong.

"Percaya diri sekali kau." Ketusku masih mengelak.

"Oke, kalau begitu kau lanjut tidur. Aku akan matikan teleponnya."

"Jangan." Kataku dengan cepat yang membuat Siwon tertawa menang.

"Kan, kau menungguku. Kenapa tidak jujur saja. Aku ini kekasihmu, seharusnya kau bilang apa yang kau rasakan." Ujarnya panjang lebar. Siwon tahu bagaimana tidak ekspresifnya aku.

"Baiklah, aku menunggumu Siwon." Ucapku kalah. Aku mendengar kekehannya bangga. "Kau dimana?" Tanyaku ingin tahu.

"Di jalan pulang. Tapi belum begitu jauh dari rumah."

Aku mendengar dia tengah minum dan sudah pasti itu kopi. Siwon, kopi dan rokok sudah seperti teman yang saling melengkapi. Jika tidak ada salah satunya, dia seperti merasakan makan namun tidak minum.

"Hati-hatilah. Seharusnya besok saja kau pulang." Ada terselip khawatir, apalagi dia sendirian.

"Cerewet sekali." Ucap Siwon dengan nada becanda. Tapi aku tahu dia suka ketika aku menjadi cerewet padanya.

Sepanjang perjalanan aku menemaninya mengobrol. Dari obrolan ringan, menjadi obrolan berat. Sampai dimana kami membahas perihal keluarga dan entah bagaimana dengan bebasnya aku menceritakan konflik keluargaku pada Siwon. Dimana aku tidak pernah menceritakannya pada mantan kekasihku yang dulu bahkan teman-temanku, kecuali Jessica. Dia tahu aku begitu banyak.

Aku bilang pada Siwon mengenai perselingkuhan yang Ayahku lakukan ketika bersama Ibuku. Dan bagaimana Ibuku menjadi sakit, lalu meninggal karena sikap Ayahku yang begitu tega pada Ibu. Aku juga tanpa ragu menceritakan bagaimana menderitanya kehidupanku yang harus membayar hutang-hutang Ayahku karena kebiasaannya berjudi.

"Andai dia tidak berselingkuh, Ibu tidak akan sakit, Ibu tidak akan meninggal. Jika dia berada di jalur yang benar, kurasa kami menjadi keluarga yang sempurna, keluarga yang bahagia. Kami tidak akan terpisah-pisah seperti sekarang, aku tidak harus bekerja keras diusia muda. Aku membencinya, Siwon." Hebatnya aku tidak menangis meskipun rasanya sesak sekali.

"Kau tidak boleh membencinya, kau harus mendengarkan alasannya. Pasti-"

"Tidak!" Aku memotongnya dengan nada marah. "Selingkuh tidak ada alasan, Siwon. Dia melakukannya dengan sadar dan itu penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Jika pun sembuh, itu hanya sesaaat dan akan kambuh lagi. Karena selingkuh sejauh ini belum ada obat untuk menyembuhkannya."

HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang