ENAM BELAS

51 35 1
                                    

KAVIN POV :
Kavin semakin geram karena Fey tak kunjung menjawab pertanyaannya, membuat pikirannya bertambah negatif tentang cowok yang di duga bernama Bian tadi.

"Dia mantan aku"
Jawab Fey pelan dengan pandangan kosong kedepan.

Ternyata benar, Kavin daritadi sudah curiga kalau cowok tadi pasti ada hubungannya sama Fey. Kavin mengeratkan tangannya di setir mobil, entah kenapa perasaannya saat ini hanya di liputi dengan kemarahan. Dia marah karena pikirannya saat ini Fey belum bisa move on dari mantannya. Tidak salah lagi, saat tadi dirinya membahas mantan, Fey seperti enggan untuk membahasnya.

Tak lama kemudian mobil pun sampai di depan gang.

"Turun! "

Nada bicara Kavin terdengar seperti suruhan dan penuh dengan tekanan karena dia masih menahan marah karena hal tadi.
Setelah Fey turun dari mobil, Kavin langsung menginjak gas dan jelas saja meninggalkan tanda tanya di benak Fey.

Saat ini Kavin belum ingin pulang, pikirannya sedang kacau. Jika benar yang dipikirkan Kavin, kalau sebenarnya Fey belum bisa move on dari mantannya, dia bakalan janji sama dirinya sendiri akan menjauhkan mantannya sejauh mungkin dari kehidupan Fey.

Mobil pun berhenti di depan rumah ber cat coklat klasik, yaitu rumahnya Bagas. Kavin ingin mendinginkan pikirannya sejenak di rumah Bagas. Karena hanya Bagas lah yang sangat mengerti tentang Kavin.

"Bagasnya dirumah pak? "
Tanya Kavin kepada sang penjaga gerbang.

"Ehh mas Kavin, iya Bagasnya ada"
Lalu bapak tersebut membukakan gerbang untuk Kavin.

Setelah memarkirkan mobilnya, Kavin langsung masuk kedalam rumah Bagas, tanpa mengetok pintu atau memencet bel rumah. Sudah hal biasa jika Kavin seperti ini saat dia berkunjung kerumah Bagas.

"Gas!! Lo dimana?! "
Teriak Kavin sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru rumah.

"Bagas!! "
Kavin berteriak lagi karena tidak ada sautan sama sekali dari Bagas ataupun pembantu.

Bagas hanya tinggal bersama adiknya, dan orangtuanya yang bekerja di luar negri, jadi tidak salah jika rumahnya sepi seperti lahan kosong.

"Apeeee?!! "

Setelah Kavin berteriak beberapa kali, Bagas pun muncul dengan hanya memakai celana boxer berwarna hitam, dan kaos putih tanpa lengan.

"Lo kemana sihh?! Di panggil daritadi juga"

Kavin yang sedang dalam mode marah, ditambah lagi Bagas yang membuatnya kesal, membuatnya ingin membabi buta temannya itu.

"Nahh lo kenapa tiba-tiba kesini? Truss Fey mana? "

Setelah Bagas menyebutkan nama Fey, Kavin menatap tidak suka ke arah Bagas.

"Ada apa lo cari Fey?! "

"Yee santai dong.. Gimana gimana ada apa? "
Beruntung Bagas mengerti keadaan yang sedang di landa temannya.

"Ternyata Fey udah punya mantan"
Bagas tertawa terbahak-bahak, membuat Kavin kebingungan melihat respon dari temannya.

"Kenapa lo ketawa? "

"Yaa lo lucu aja, emang kenapa kalau dia punya mantan ha? "

"Ck! Dia belum move on shit!! "
Bagas yang tadinya ketawa langsung terdiam seketika.

"Ohh ekhem!! "
Bagas terdiam sejenak lalu melanjutkan perkataannya.

"Gini, lo sebenarnya udah jadian apa belum sama Fey? "

"Udah"

"Uwahhhh selamat epribadeh!! "
Bagas memekik senang mendengar temannya yang seperti es batu itu mempunyai pacar.

Kavin yang tadinya sudah mulai serius, menjadi kesal karena Bagas. Dia hendak melayangkan tinjunya kearah Bagas namun dicegah.

"Ett!! Ett!! Ett!! Oke oke sorry sorry"
Bagas membenarkan posisi duduknya lalu melanjutkan percakapannya.

"Berarti gini vin, lo harus jadi orang yang bisa buat Fey move sama mantannya"
Kavin tidak menjawab, hanya menghembuskan nafasnya.

"Gue yakin lo bisa buat Fey jatuh hati sama lo, dan lupain mantannya"
Bagas menepuk bahu Kavin untuk meyakinkannya.

"Emang mantannya cakep yaa? "
Kavin menatap sewot ke arah bagas sebelum menjawab.

"Ck! Cakep dari mananya"
Bagas tertawa mendengar jawaban temannya, yang seperti tidak mau kalah ganteng dari mantannya Fey.

❤❤❤

FEYZA POV :
Setelah Kavin mengantarkannya di depan gang tadi, sampai sekarang Fey masih memikirkan, apa Kavin marah gara-gara pertemuan tak terduga dengan Bian tadi. Fey menghembuskan nafas untuk kesekian kalinya.

Bunyi ringtone dari ponselnya mengagetkannya, dilihatnya nama Bian yang tertera di layar ponselnya. Fey terdiam dulu sebelum mengangkat telpon dari Bian.

"Halo? "

"Fey.. "

"Ada apa Bian? "

"Hehe nggak papa, cuma pengen nelpon aja"

Fey sempat heran, apa gara-gara pertemuan tadi Bian menelponnya. Padahal sejak hari dimana mereka putus, sudah tidak ada lagi hubungan kontak antara mereka berdua. Baik itu mengirim pesan ataupun saling telpon.

"Kamu nggak mau ketemuan gitu sama aku? "

Kenapa tiba-tiba Bian bertanya seperti itu? Cara memanggilnya pun masih sama seperti dulu, menggunakan aku-kamu. Fey kira setelah mereka putus akan berubah.

"Ada apa emangnya? "

"Yaaa.. Nggak papa pengen ketemu aja, kalau nggak mau gapapa kok hehe"

Terdengar dari suara Bian, seperti ingin sekali bertemu dengannya, tapi Fey tidak enak dengan Kavin, mengingat sekarang Kavin masih dalam mode marah kepadanya. Sebenarnya dia ingin bertemu dengan Bian, hanya untuk saling bertukar cerita, tidak untuk bertukar rasa.

"Ehmmm.. Maaf Bian, mungkin kali ini aku belum bisa"

Fey mengatakan seperti itu, karena mungkin saja nanti, atau entah kapan dia bisa bertemu dengan Bian.

"Ohh begitu, okeh gapapa, yaudah aku tutup dulu"

"Hmm"

"Bye Feyza"

Lalu sambungan pun terputus. Fey sempat terdiam kaku setelah sekian lama tidak mendengar Bian memanggil namanya seperti itu. Karena hanya Bian lahh yang biasa memanggilnya dengan nama 'Feyza' bukan 'Fey'.

❤❤❤

-------------------------------------------------------------------------

See you gaesss 💕

THEORY OF LOVE [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang