"Be good to your skin. You'll wear it every day for the rest of your life." —Renée Rouleau, a master facialist.
Pernahkah Anda berpikir, jika sesuatu yang buruk akan menyerang Anda dari lingkungan di sekitar, siapa yang akan melindungi Anda pertama kali?
Harga diri Anda? Tidak, dia biasanya hanya menarik Anda pada keputusan-keputusan buruk. Melindungi bukan salah satu apa yang akan Harga Diri berikan pada Anda.
Kucing kesayanganmu? Haha, bercanda, ya? Mereka lebih suka melihatmu mengemis kasih sayangnya. Dia mungkin akan menolong, tapi dia akan meminta ganti jiwamu.
Atau gebetan? Halah, ngipi kejauhan, Esmeralda.
Sinar ultraviolet, polusi, polutan, asap, benda tajam, benda tumpul, sumpah serapah atasan tidak tahu diri, kenyataan bahwa dia tidak memulai chat duluan. Semua hal buruk yang mungkin akan menimpa Anda, akan dihadang pertama oleh kulit Anda.
Karena itu, TOLONG RAWAT ARMOR ITU.
Astaga! Demi wajah mulus tak berpori artis Korea!
Kulit diciptakan dengan segala kompleksitasnya, semua itu ada untuk melindungi Anda dari segala hal buruk yang tidak ingin Anda, atau setidaknya tubuh Anda, inginkan. Kita hidup di dunia tipu-tipu ini, Indonesia Raya, yang mana beriklim tropis parah. Matahari sangat mencintai negeri kita. Namun, tubuh kita tidak bisa mencintai sinar UV yang dia pancarkan. Terlebih saat lapisan ozon di atas sana left chat. Paparan sinar UV dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit dan tanda-tanda kerusakan akibat sinar matahari seperti keriput, kulit kasar, flek liver, actinic keratosis, dan solar elastosis. Sinar UV juga dapat menyebabkan gangguan pada mata. Dan semua itu dinyatakan melalui penelitian panjang terhadap penyakit-penyakit kulit yang bisa mematikan termasuk kanker kulit. Penyebab utamanya, tak lain dan tak bukan adalah paparan sinar matahari yang merusak regenerasi sel kulit manusia.
Menanggapi permasalahan-permasalahan itu, para ahli perkulitan yang bukan diriku ini, bekerja keras siang malam, terang gelap, di hari cerah maupun hujan, sampai dimarahin atau bahkan diceraikan pasangan karena terlalu sering pulang malam dan terlalu fokus pada penelitian mereka (saya mengadi-ngadi, jangan diprotes, saya adalah penulis cerita fiksi, berharap apa lagi?), hanya demi membuat perlindungan untuk satu-satunya perlindungan fisik pertama kita yaitu kulit. Akhirnya, baru pada tahun 1929 terciptalah sebongkah mahakarya berjudul Sunscreen dan baru dipopulerkan pertama kali oleh brand kosmetik delapan tahun kemudian oleh L'oreal.
Kalian tahu, pemanasan global itu nyata dan begitu pula bahaya sinar matahari yang semakin tidak terkendali.
Karena itu, tolong, sekali lagi, lindungi kulit kalian.
Saya sejujurnya heran, ada beberapa orang, yang ketika saya himbau untuk sekadar memakai sunscreen, bereaksi seakan saya baru saja memintanya untuk memakai makeup full coverage seperti dia akan menikah saja. Padahal yang ada di pikiran saya hanyalah, "Bish, we're in war, goddamit! Pull yourself together and wear some shield and keep living for tomorrow, you dumbass."
Dan saya sangat menyesalkan kenyataan bahwa manusia Indonesia yang cerdas dan berbudaya tinggi ini memiliki norma bahwa hanya wanita yang harus merawat kulit mereka. Bro, kulit para pria itu tidak didesain tahan sinar matahari juga. Mereka memang 20-25% lebih tebal, lebih berkolagen daripada kulit uwu para wanita. But, really, for heaven's sake, wear sunscreen, guys. Protect yourself.
Saya di kantor dikenal sebagai racun berjalan; di mana saya membuat kamerad wanita di kantor saya membeli rangkaian skin care yang saya rekomendasikan secara brutal pada mereka macem sales yang lagi kejar setoran, padahal saya sama sekali tidak ada endorsemen di antara saya dan brand-brand skin care itu. Nyatanya, saya sangat bangga saat salah satu diantara mereka, anak didik saya (apaan ya, Bunda?) berlari ke arah saya setelah berkaca dan bilang, "Mbak! Belang dibalik jilbabku hilang!" Atau "Kemarin mamakque bilang mukakku agak bisa ditoleransi sekarang! Seneng banget!" Atau bahkan hanya "Cocok banget aku pakai yang mbak rekomendasikan. Udah ngga mau pindah-pindah ke lain hati lagi, deh!"
Kebahagiaan itu menular, guys. Jadi berusaha keras untuk membuat kebahagiaan itu jadi nyata, tidak akan berakhir sia-sia.
Kemarin saya lebih senang lagi ketika ada salah satu rekan kerja pria saya yang—akhirnya, terima kasih wahai otak pria akhirnya kalian bisa berpikir dengan normal— bertanya tentang perawatan kulit saya dan bagaimana saya mempengaruhi para wanita yang kini menjadi anak didik saya. Dia sangat kaget saat saya bilang, saya memiliki TUJUH step skin care di pagi hari dan ENAM di malam hari. Dia bilang, saya pasti menghabiskan gaji, hasil dari dedikasi budak korporat seperti saya ini, hanya untuk perawatan kulit. Dia hampir tidak percaya saat saya bilang, saya bahkan tidak menghabiskan 5% dari penghasilan saya untuk perawatan. Please, saya bukan mbak-mbak cantik tanpa otak yang begitu saja mengeluarkan isi dompet dalam-dalam hanya untuk menyelam di dunia tipu-tipu. Saya adalah seorang yang anti-skin care mahal dengan bahan yang biasa saja, yang mana bisa saya dapatkan di produk yang lebih murah meski tidak terlalu terkenal. Well, ya, saya kurang lebih mempelajari bahan-bahan yang terkandung dalam skin care yang saya gunakan dengan teliti, terima kasih pada expert di YouTube. Tidak mungkin kan, saya memakai sesuatu yang tidak saya ketahui di tubuh berharga yang hanya satu ini?!
Singkat cerita, akhirnya, teman pria saya itu sekarang mulai menambahkan serum vitamin C sebelum moisturizer dan sunscreen-nya setiap pagi, seperti yang saya rutin lakukan setiap hari.
Maksud saya ... saya ingin menormalkan itu. Apa salahnya wanita tambun, orang berkulit gelap, anak SMP, pria kantoran, atau yang kerja 'nguli', memakai rangkaian perawatan kulit? Itu tidak membuat mereka menjadi tidak jantan atau tidak menjadi diri mereka sendiri, bukan? Kecuali, mereka hilang saat lagi sayang-sayangnya. Nah, itu baru bajingan.
Seperti menggunakan make up pada pria. Maksud saya, oke, pria tidak umumnya bersolek, namun jika itu membuat mereka merasa cantik dan membuat kondisi psikis mereka lebih baik, kenapa tidak? Para wanita sudah biasa saja memakai celana sejak Channel membuat desain celana untuk wanita berpuluh tahun lalu. Kenapa tidak ada keringanan bagi pria juga?
Itu melenceng dari bahasan, sih. Tapi well, di mana lagi saya bisa menulis hal seperti itu jika tidak di sini? Tetap saja, saya melenceng, saya minta maaf. Tapi janji, ya, besok pakai sunscreen? Pretty please? ❤️
Eh, kalian bisa membicarakan perihal perawatan kulit dengan saya, meski saya bukan seorang ahli, jika saya bisa membantu, saya akan sangat senang membantu. Siapa tahu, Anda yang akan memberi saya ilmu baru yang berharga? Yuk, berbahagia bersama. Cintai dirimu, cintai kulitmu, cintai semua orang di sekitarmu. Be beautiful, bold and better person than yesterday.
Love you.
.
.
See you,Min, 02052021
KAMU SEDANG MEMBACA
Sastra & Manusia
Non-FictionSebuah pengamatan dan ungkapan. Sebuah teriakan melalui tulisan. Sebuah tangisan melalui diksi. Sebuah tawa melalui kata. Sebuah cinta melalui rasa. #130 in Non-Fict (280418)