part 2

57.4K 1.6K 83
                                    

deleted


***

Aku menggeleng-gelengkan kepala, ternyata ekspresi senyum mengerikanku tadi benar-benar mengerikan. Tapi lebih mengerikan lagi adalah sosok pria yang sedang direkomendasikan itu. Oh... liatlah tadi ekspresi kaget campur berbinar dari raut wajah Mama, ish! Benar-benar sekongkol. Bagaimana mungkin mereka berdua bisa menggunakan ekspresi yang sama yang membuatku ngeri sekaligus ingin kabur?

Sebenarnya masalahnya tidak terletak pada ekspresi kedua emak-emak yang sedang kena sindrom-mak comblang gratisan itu, tapi masalah yang sesungguhnya adalah pada perjodohan itu dan tokoh dari korban perjodohan itu. Mungkin tidak bisa dikatakan perjodohan juga. Mereka bilang sih hanya perkenalan, siapa tahu cocok, kalau nggak cocok pun nggak apa-apa. Tapi bagaimana mungkin seorang Rafiqoh Khairiyanti alias Fika alias diriku sendiri. Seorang gadis berusia 28 tahun yang cantik, seksi, imut, dan kalem ini dijodohkan pada seorang Titok Bayu Kresna alias Abay alias anak dari Tante Sri, alias laki-laki yang baru berumur 24 tahun. Catat! 24 TAHUN. DUA-PULUH-EMPAT-TAHUN! Dia bahkan cuma berbeda 4 tahun dengan Oka, adik semata wayangku yang anehnya nggak ketulungan. Oke nggak usah bahas Oka sekarang. Sekarang tentang Abay, aduh. Bagaimana mungkin Mama dengan begitu teganya, oke ralat, Mama memang selalu tega kalau berhubungan denganku. Tapi Tante Sri? Sebegitu teganya kah beliau menyerahkan putra pertama yang masih unyu-unyu itu ke tangan seorang tante-tante imut sepertiku? Baiklah kiasan itu sepertinya kurang baik untuk reputasiku. Mama, aku tahu Mama memang sedikit desperate dengan masalah jodohku, tapi menyerahkanku pada laki-laki yang baru berumur 24 tahun? Yang masih sedang dalam masa pertumbuhan itu? Sungguh terlalu!

***

deleted

***

"Kamu kenapa sih ngotot banget nggak mau ketemu sama Abay? Kan cuma ketemu Fika, nggak bakal dipaksa kawin," sahut Mama tiba-tiba sudah duduk disampingku, yang saat ini sudah berada di sofa ruang tengah, tempat kami biasa menonton drama korea bersama kalau sore-sore begini. Nah kan! Aku sudah pindah tempat lagi. Berpikir memang membuatku tidak sadar keberadaanku.

"Ya sih nggak dipaksa kawin, sekarang. Nanti-nanti? Lagian Mama ih, masa iya Fika mau dijodoh-jodohin sama anak kecil begitu."

"Anak kecil? Jee... anak kecil yang bisa diajak bikin anak kecil maksud kamu?"

" Jee... Si Mama, tapi kalo bikinnya sama anak kecil, entar jadinya liliput gimana?" kilahku lagi, oke, pembicaraan ini sudah tidak normal menurutku.

Mama mencibir kesal," Kenapa sih? Lagian Abay juga udah gede, udah kerja, jelas dari keluarga baik-baik, imut pula."

"Iya, dulu imut, kalo sekarang amit-amit gimana?"

"Nggak mungkin, Abay itu imut."

"Dih, Mama sok tahu deh, emangnya Mama pernah ketemu sama Abay?"

"Pernah dong."

"Kapan?"

"Dulu waktu dia sunatan."

Yee... si Mama, kalau itu aku juga ketemu!

Aku hanya melengos kesal, susah deh ngomong sama Mama.

"Enggak ah, Ma, masa Fika nikah sama berondong? Entar apa kata dunia? Kayak tante-tante haus kasih sayang berondong aja deh."

"Nah! Itu kamu ngaku udah tante-tante, kenapa nggak kawin-kawin?"cibir Mama, aduh salah lagi! Iya ya, kenapa aku bilang ' tante-tante' ih, emang nggak bisa bohong nih umur.

"Nikah Ma, Nikah. Bukan kawin."

"Kan abis nikah langsung kawin," ujar Mama nggak mau kalah. Serah deh serah.

"Ih Mama gemeeeees deh sama kamu," ujar Mama lagi terlihat gregetan padaku, tapi lucu, hehehe aku hanya meringis.

"Ye... salah siapa emang? Dulu pas Fika pengen nikah nggak dibolehin, eh sekarang udah nggak pengen malah di paksa-paksa," ujarku santai.

Mama melirikku kesal, " Gimana Mama mau ijinin kalau kamu nikahnya sama rocker ketombean nggak jelas begitu?"

***

deleted

***

"Ya daripada kamu nggak laku-laku? Ini masih untung ada yang mau. Inget umur Fika, coba berapa banyak lelaki yang suka perempuan seumuran atau yang lebih tua? Mereka biasanya cari yang lebih muda."

"Tapi, Ma... Jodoh kan udah diatur, yakin deh nggak bakal ketuker atau telat atau kecepetan datengnya. Pasti tepat waktu."

Mama mengembuskan napas berat kemudian menatapku sedih,"Tapi gimana kalau Bagas adalah lelaki terakhir yang memintamu untuk menjadi istrinya, Fik?"

Aku tersentak kaget, lelaki terakhir? Bukan, bukannya aku tidak percaya pada qada dan qadar. Bagaimanapun aku pemegang kuat keyakinan bahwa jodoh itu pasti ada. Kalaupun nggak di dunia, pasti di akhirat. Aku juga percaya bahwa jodoh bisa jadi perantara untuk beribadah lebih baik kepadaNya. Ya, nikah adalah ibadah. Tapi tetap saja amalan masing-masing yang mengantarkan ke surga atau neraka, kan? Istri nabi Luth tak lantas masuk surga karena bersuamikan seorang Nabi, Asiyah dibangunkan rumah di surga walaupun bersuamikan Fira'aun . Bahkan Maryam tetap jadi wanita surga meski tak menikah di dunia. Nah, kalau lagi waras sih bisa mikir beginian, coba lagi kumat pengen nikahnya? Tapi setelah ketemu tiga calon yang rada-rada, hasrat ingin nikahku berasa mblesek sedalam-dalamnya ke dalam tanah.

Tapi rupanya memegang keyakinan itu saja nggak cukup, ada Mama Papa yang harus kuperhatikan hatinya, aku hanya mampu melihat wajah sedih sekaligus kekhawatiran dari Mama tanpa berani menjawab apa-apa. Aku juga ingin menikah, sungguh. Bukan sekadar untuk menyenangkan kedua orangtuaku. Tapi juga untuk kebahagiaanku, dengan lelaki pilihanku.

***

TBC


Cintaku itu Kamu, Halalku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang