Padma Tara, Seorang remaja perempuan, yang namanya memiliki arti "Bunga teratai yang berkilauan seperti bintang". Walaupun arti dari namanya adalah berkilauan seperti bintang, ia malah merasa kalau dirinya sangat redup. Ya, benar-benar redup-- Sama sekali tidak berkilau.
Tara, begitulah ia kerap disapa. Hari ini, adalah hari pertama Tara masuk sekolah dikelas 11. Waktu memang sangat cepat berlalu, rasanya, baru kemarin Tara menjadi kelinci percobaan oleh Kakak OSIS yang menurutnya lebay. Sejujurnya, Tara memang agak tidak suka dengan anak OSIS disekolahnya. Karena kebencian itu juga yang membuat Tara selalu melanggar peraturan yang dibuat oleh anak OSIS. Alhasil Tara selalu keluar masuk ruang BK, dan bertemu dengan Bisma.
Bisma Mahardika, ketua OSIS yang-- Tara tidak mengerti sama sekali bagaimana jalan pikirannya. Ketua OSIS yang sangat menyebalkan dan selau memberi hukuman kepada Tara tanpa berfikir panjang. Bisma juga menjadi salah satu manusia yang paling Tara benci di dunia.
Sebentar, Handphone Tara berbunyi.
"HALLO RAAA?!"
Satu orang lagi yang Tara benci, tapi juga Tara sayangi. Namanya Damayanti almira. Nama panggilannya, Damay. Tapi, hobinya mengajak pertempuran. Suara Damay yang sangat cempreng, seringkali membuat Tara merasa tidak ingin lagi menjadi teman dekatnya. Seperti saat ini, tiba-tiba menelepon dan berteriak dengan suaranya yang sangat memekakan telinga.
"Langsungan saja" Tara mendengus kesal.
"KEBIASAAN AMAT SIH LO, GAK PERNAH BERUBAH"
Suara damay, Benar-benar tidak membuat Tara damai. Sehingga Tara harus menjauhkan Handphone dari telinganya. Kalau tidak, ya artinya Tara ada rencana menggunakan alat bantu dengar setelah ini.
"Lo sadar diri kan, suara lo se-cempreng apa may? Langsungan aja buru. Gue lagi nunggu ojol"
"MASIH NUNGGGU OJOL? GILA LO?"
Dan terjadi lagi. Ingin rasanya, Tara mengakhiri panggilan yang merusak kesehatan telinganya ini.
"Kalau lo masih ngomongin banyak hal nggak penting, gue matiin"
"BERANI MATIIN LU ?!" Damay semakin melengking di seberang sana. Membuat Tara tergagap.
"Ya--- YA KAGA !" Satu lagi, sebenci apapun Tara dengan suara Damay, Tara akan tetap jinak, tidak berani membantah atau melawan Damay. Entahlah, banyak orang yang mengatakan bahwa Damay adalah pemegang tuas kontrol Tara. Awalnya Tara mengelak, tapi akhirnya sadar, bahwa ia memang tidak bisa berkutik, apalagi jika Damay sudah mengeluarkan tanduknya.
"BURUAN BERANGKAT !! 15 MENIT LAGI BEL BUNYI. LO MAKIN ENGGAK WARAS ATAU GIMANA ?! HARI PERTAMA SEKOLAH MAU MASUK BK DAN KETEMU BISMA LAGI ?! GILA YA LO, RUMAH JAUH MASIH BERANI BERANGKAT 15 MENIT SEBELUM BEL !!! MANA MASIH NUNGGU OJOL LAGI, LU BENER------"
"Sorry May, udahan ya OJOL nya dateng" Spontan, Tara langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak. karena telinganya akan segera panas tentu saja dan mas OJOL sudah datang menghampirinya. Terimakasih sebesar-besar nya Tara ucapkan kepada mas OJOL di hadapannya sekarang, yang sudah menyelamatkan telinganya. Semoga, besok Tara tidak harus pergi ke dokter THT dan berakhir menggunakan alat bantu dengar. Sorry, may.
"Dengan mba Tara?"
"Iya mas."
-----
Sesuai prediksi Damay, Tara memang telat. Gerbang sudah terkunci rapat, dan anak OSIS sedang mendisiplinkan anak-anak yang telat. Enggak seperti, beberapa kakak kelas Tara yang baru saja datang dan langsung berlari menuju gerbang, berharap tidak terkunci. Tara malah enjoy menikmati proses menyeberang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Me Not
Teen FictionMereka semua sebenarnya hanya memiliki satu keinginan. Yaitu, tidak ingin di lupakan. Tapi, keadaan dan keegoisan masing-masing yang membuat semuanya menjadi sangat rumit. Mereka sama-sama mencintai, sama-sama terluka, dan sama-sama tidak tau rasan...