Disarankan membaca chapter ini di rumah saja. Dan disarankan juga untuk menyiapkan tisu. Terima kasih.
Baca sambil dengerin lagu Anneth一mungkin hari ini, esok, dan nanti.
Happy reading!
Sepulangnya dari musholla setelah sholat Ashar, Asa, Ajun, Sakha, dan Rakha menyempatkan diri berkunjung ke rumah Pak Sabdullah. Mau minta rambutan dengan kedok silaturahmi sore-sore. Sebenarnya Sakha tidak memperbolehkan mereka, tapi rengekan Ajun lebih mujarab untuk membujuknya. Alhasil mereka berjalan ke rumah Pak Sabdullah dengan sarung dan baju koko yang masib lengkap menempel di tubuh mereka.
"Ajun punya pertanyaan nih."
"Apaan?" Jawab Asa.
"Kalau Wawan sama Rista pacaran anjingnya ngamuk apa nggak?"
Asa melepas pecinya, berancang-ancang melemparkan benda itu ke muka Ajun atau memukulinya sampai laki-laki itu meminta ampun. Tapi karena Asa sabar luar biasa ia tidak jadi melakukannya. Takut dipukul balik sama Mas Sakha juga.
"Ya nggak, Wawan ganteng. Kalau lo mungkin udah bunting itu anjing gara-gara teriakin lo mulu."
"Teriak gimana coba?"
"WOI, LO JAMET SAMPING RUMAH! PUTUSIN MAJIKAN GUE KAGAK?! MUKA MIRIP KUE PUTU DUA REBUAN SOK-SOKAN MACARIN MAJIKAN GUE! KALAU NIH RANTAI KAGAK MEMBELENGGU LEHER GUE, UDAH GUE PASTIIN SARUNG LO BOLONG SEMUA!"
"MIRIP BANGET, SA!"
"ANJING!"
"Nyebut Asa nyebut." Tegur Sakha.
Rakha tertawa kencang, cepat-cepat Sakha membekap mulutnya. Khawatir suara tawa Rakha bisa mengundang ibu-ibu saking kerasnya.
"Kontrol tawanya, ini di luar rumah. Kamu mau pulang-pulang gak pakai sarung sama peci gara-gara disahut ibu-ibu?"
Rakha menggeleng kuat, otaknya memutar kejadian pahit saat ibu-ibu dengan seenaknya merebut sarung dan peci Rakha saat pulang sholat Ashar. Kejadian itu pernah terjadi. Tapi Asa sudah menjadi korban sebanyak tiga kali. Gak heran sarung dan pecinya Asa gonta-ganti, alasannya bukan karena Asa kebanyakan uang untuk beli tapi karena dua benda itu pernah disahut ibu-ibu.
"Sa, kamu malam ini ada rencana?" Tanya Sakha.
"Ada, mau ke kost-an Adin."
"Sepeda motormu di bengkel, 'kan? Mau pakai apa kamu ke sana?"
"Naik taksi."
"Buset, ada uang lo buat bayar?" Sela Ajun.
"Dari rumah sampai perempatan jalan raya besar sana doang. Ke kirinya gue jalan kaki, deket soalnya."
Sakha menggeleng, "gimana kalau Mas antar aja pakai mobil?"
"Nggak usah, Mas. Manja banget sih diantar pakai mobil segala, orang rumah Adin cuma lima belas menit dari sini, jalan aja juga bisa."
"Beneran nggak mau Mas antar aja?"
"Beneran, Mas."
***
Mama sibuk dengan kegiatan di dapurnya sejak setengah jam lalu, wanita itu ingin memasak makanan kesukaan Asa untuk makan malam ini. Karena dari kemarin mama sudah memasak makanan kesukaan ketiga anaknya, maka hari ini giliran mama memasak makanan kesukaan anak bungsunya.
Saat memotong beberapa tahu dan tempe, mama merasa ada yang memeluknya dari belakang. Rupanya itu Asa.
"Masak apa, Ma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah dari Asa
Teen Fiction❝Adin, semakin panjang kisah yang kamu buat untuk seseorang, maka semakin lama pula kamu ada diingatannya. Jika aku diberikan kesempatan untuk membuatkan kisah untuk kamu, aku akan membuat kisah itu seindah mungkin, kisah tanpa tangis, kisah yang ti...