Autumn-Winter (About Maple)

15 2 2
                                    

Aku bertemu dengannya seminggu yang lalu, tepat ketika daun maple di musim gugur mulai beguguran. Sinar matanya yang berwarna emas kekuningan menatapku dengan ekspresi yang sulit untuk dimengerti. Aku tahu, meski ia tak membenciku,  ia tak pernah berada sangat dekat denganku. Bahkan ia sama sekali tak pernah mau menyentuhku, dan hal itu membuatku sedikit merasa buruk.

Pada senja hari, kami menghabiskan waktu bersama walau hanya sekadar berbaring di atas rerumputan yang hampir mengering. Oh ya! Ia sangat menyukai coklat batang bercampur kismis yang sering kubeli di toko pinggiran jalan.

Meski hanya coklat murah biasa, ia sangat menghargai apa yang kuberikan. Walau ia selalu tak menghabiskan seluruhnya. Sisa coklat itu kuberikan pada gerombolan semut yang tinggal di batang pohon apel hijau.

Ia sangat manis. Bahkan baunya tercium seperti marsmallow lembut yang membuat anak kecil bahagia ketika mengunyahnya. Badannya seolah ditimpa oleh taburan emas murni kala sinar matahari sore hampir menenggelamkan dirinya. Membuat seluruh langit penjuru kota berubah orange keunguan. Ahh....warna gradasi itu malah membuatnya semakin tampak menakjubkan.

"Aku ingin terus bersamanya."

Tapi mama menolak harapanku. Mama justru membencinya. Mama selalu mengusirnya setiap kali ia datang menemuk di rumah. Bahkan mama kini melarangku untuk bermain bersamanya. Betapa menyedihkannya diriku.

Aku terpaksa mengendap-endap keluar dari rumah atau berbohong dengan mengatakan bahwa aku akan membantu Nenek Margaret di ladang agar aku bisa menemuinya. Tenang saja. Aku selalu membawa coklat yang ia sukai dan aku akan terus menemaninya sepanjang sore.

Adakah hal lain yang ia inginkan?

"Maaf..."

Sepatah kata itu terucap kala ia memintaku untuk berkunjung ke rumahku seperti dahulu. Mama akan marah apabila melihatnya dan aku tak ingin hal itu terjadi. Aku sangat menyayangi mama. Di sisi lain, aku juga sangat menyayangi-nya. Aku tak dapat memilih di antara keduanya. Ini bagai dilema yang membingungkan antara mematuhi mama atau memenuhi permintaan-nya.

Syukurlah ia sama sekali tak marah padaku. Ia memaafkanku dan justru memberiku sehelai daun maple berwana coklat keemasan seperti sinar matanya yang indah. Aku akan menyimpan maple itu. Pastinya!

***

Hari ini adalah hari dimana musim gugur akan berakhir. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjangku yang terurai bebas bersama dedaunan kering lainnya. Setetes butiran kristal bening terjatuh dari pelupuk mataku. Menyedihkan...

Dua hari semenjak mama menyiramnya dengan air panas ketika ia terpergok tengah bermain di lantai kamarku aku tak pernah menemuinya lagi. Selama dua hati ini pula mama hanya bisa terbaring di kasur tak berdaya. Mama jatuh sakit setelah menyiramnya dengan air panas.

Apakah ia mengutuk mama? Kalau benar begitu, aku ingin menemuinya lantas meminta maaf padanya atas perlakuan buruk mama. Kemudian kuharap ia dapat mengembalikan mama seperti sedia kala agar mama dapat mengerjakan apa yang selama dua hari ini mama tunda.

Dimana ia berada? Aku terus menerus menunggu di taman, dimana kami biasa bertemu. Namun, entah mengapa ia tak kunjung tiba. Aku merindukannya. Aku ingin mencium bau marsmallow manis seperti dirinya yang sebelumnya.

Di tanganku, sebatang coklat yang ia sukai selalu berakhir mencair karena panas tanganku yang terus menerus menggenggamnya hingga ia datang. Sekali lagi, dimana ia berada? Cuaca semakin mendingin akhir-akhir ini. Aku khawatir ia tak memiliki sebuah penghangat untuk musim dingin esok hari.

***

Hari ini adalah sehari tepat sebelum salju musim dingin turun. Aku belum menemuinya. Sementara kini coklat di tanganku hampir meleleh seperti hari-hari sebelumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Shoot Story in SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang