-06-

37 9 3
                                    

"Jika memang itu benar terjadi, bukankah ini seperti kalian terikat benang merah?"

AH TIDAK, AKU RASA AKU GILA SEKARANG!

Aku--aku tidak mengerti, sungguh.

Kupikir setelah kejadian dia memelukku (secara tidak langsung) tadi, aku dapat kabur darinya. Ternyata aku salah. Keadaannya jauh lebih buruk. Kami kembali dalam posisi bersebelahan di dalam kereta. Sekarang jauh lebih buruk karena Ishiya-san mengenaliku dengan baik.

"Aneh, ya? Selama kurang dari sebulan kita sudah bertemu lebih dari dua kali." Ishiya-san berbicara. Aku sedikit tersentak mendengar suaranya.

Kedua tanganku memilin satu sama lain. Aku gugup, aku gelisah, tidak tahu harus jawab apa. Maka dari itu aku hanya menunduk dan memainkan jari.

"Oh iya, omong-omong, aku belum tahu namamu. Boleh aku tahu siapa namamu?" tanyanya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mendongak menatap mata Ishiya-san. Mama bilang tidak sopan berbicara tanpa menatap mata lawan bicara.

"[Name]," jawabku nyaris mencicit seperti tikus.

Dia terkekeh, "Ok, [Name]."

Lalu setelah itu hening.

1 menit.

2 menit.

3 menit.

4 menit.

5 menit.

"Kau mau tanda tanganku?"

Hah?

Aku kembali mendongak menatap matanya, "Tanda tanganmu? Untuk apa?"

Ishiya-san memasang wajah polos. Kemudian jari telunjuknya menunjuk wajahnya sendiri.

"Aku pikir kau salah satu fansku?" ucapnya polos.

Sepertinya aku tahu kenapa dia mempunyai cukup banyak fans. Wajah polosnya ini tampak lucu sekarang.

Y-ya, sedikit lucu.

"Aku bukan fansmu. Hanya kebetulan tahu karena kau lumayan populer," jawabku.

"Oh, begitu ya." Dia memasang wajah sedih.

Duh, aku harus gimana?

"Jadi kita sering bertemu seperti ini bukan karena kau menguntitku?" Ia bertanya lagi, dan pertanyaannya kali ini membuat dahiku mengerut kesal.

"Oh, ayolah, Ishiya Haruki-san. Jangan samakan aku dengan fans maniak di luar sana. Aku masih punya banyak hal yang harus dikerjakan dibandingkan menguntitmu 24 jam," jawabku.

Dia terkekeh. Aku dapat melihat matanya menyipit lucu.

Suara pemberitahuan pemberhentian selanjutnya terdengar. Setelahnya aku mendengar Ishiya-san berkata, "Aku duluan ya, [Name]. Semoga kita bisa bertemu lagi," katanya.

Oh, tidak, Ishiya-san. Aku justru tidak berharap bertemu denganmu lagi.

Semoga Tuhan tidak mendengar ucapan Ishiya-san.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Day | Ishiya Haruki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang