🌾 Duplikat Kunci & Ikan 🌾
💮💮💮
"Yo, hayu atuh ah! Kemarin teh udah nggak jadi masa sekarang nggak jadi lagi," rengek Rei pada Yoan yang kini sedang kebingungan antara mengantar Rei ke tukang duplikat kunci atau kerja kelompok laporan praktikum dan pengamatan mata kuliah penyimpanan benih.
"Atuhlah Rei, aku teh ada kerja kelompok di kosannya si Darrel. Kamu kan tau dia galak banget, aku ngeri dicakar sama dia," ujar Yoan.
Rei mendesah kecewa, padahal dia sudah bawa kunci cadangan punya ibu kostannya, "Yaudah deh aku sendiri aja kalau gitu," balas Rei yang berbalik lalu meninggalkan Yoan yang masih mematung di depan ruang 5.
"Eh! Ya jangan dong, Rei! Kamu kan anak rumahan, jangan macem-macem keluar sendirian sedangkan kamu nggak tau daerah yang kamu pijaki," tahan Yoan.
Rei mendengus, "Ya terus aku harus gimana, Yo?!" balas Rei malas.
"Bentar deh aku cariin Jeno dulu atau nggak Sherina, mereka kan asli sini daripada kamu kenapa-napa. Nanti aku juga yang repot," ujar Yoan.
Baru saja Yoan hendak pergi mencari Jeno atau Sherina, tiba-tiba ada orang lain yang menghampiri mereka berdua.
"Selamat sore, Rei," sapanya yang membuat Yoan dan Rei refleks menoleh ke sumber suara itu.
"Sore," balas Rei singkat sedangkan Yoan masih terbengong dengan orang yang sekarang berdiri di hadapan Rei dan dirinya.
"Loh Rei, ini yang kemarin bukan sih" tanya Yoan dengan polosnya, "Yang kemarin ngasih kamu pulpen yang ada bercak darahnya itu, terus kalau ada yang megang pulpen itu kamu tabok. Dipinjem Hilman aja nggak boleh, terus mendadak ilang padahal lagi dipinjem Hilmi aja kamu ngamuknya kaya orang kesetanan. Bener nggak sih?" cerocos Yoan tanpa memperhatikan Rei yang sudah melongo mendengarkan retetan kalimat Yoan yang terjun bebas dari mulutnya tanpa adanya rem.
Emosi Rei sudah naik ke ubun-ubun, laki-laki itu memejamkan kedua matanya dengan tangan yang terkepal kuat saking emosinya. Rei menarik napas lalu menghembuskannya lagi untuk meredakan semua kekesalannya dan kejengkelannya yang sudah menumpuk dihati.
"Nggak apa-apa. Anak benih harus sabar. Sabar Rei, sabar," gumam Rei sambil mengelus dadanya.
"Tapi aku bener kan, Rei?" tanya Yoan lagi dengan polosnya.
PLAK!
"Ai otak sia teh dimana, blegug?!"
(Trans: Hey! Otak kamu tuh ada dimana?!)
Mata Mahesa membulat saat mendengar Rei yang berbicara kasar pada temannya.
"Rei, mulutnya. Bahasa kamu kok kasar?" ujar Mahesa tak suka.
Rei hanya berdecih pelan lalu menoyor kepala Yoan, "Kamu kenapa malah bongkar aib aku sih?! Di depan orangnya langsung lagi," bisik Rei pada Yoan.
"Ya kamu nggak nahan aku," balas Yoan.
Mahesa berdeham karena sejak tadi ia merasa dikacangin sama gebetan dan teman gebetannya.
"Tadi apa apa ribut-ribut?" tanya Mahesa heran.
"Oh iya, mumpung si 'Aa teh ada disini. Gini 'A, Rei teh ngilangin kunci kostan-nya terus hari ini dia mau pergi ke tukang duplikat kunci sama saya tapi saya nggak bisa soalnya ada kerja kelompok. Punten 'A, anterin Rei ke tukang duplikat kunci. Kasian dia, mana anak rumahan banget jarang mau keluar kalau nggak diajak. Punten banget nih 'A," ujar Yoan pada Mahesa.
Rei sudah pasrah saja. Mahesa mengangguk mengiyakan permintaan Yoan.
"Oke. Saya yang bawa Rei ke tukang duplikat kunci. Nuhan, Kang," balas Mahesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lay Your Head on Me 📌 Markren ✔️
FanfictionRei, manusia paling benci dengan manusia bucin. Mahesa, manusia paling bucin sejagad. Apalagi kalau bucinnya karena Rei. Pemaksaan, godaan, kata cinta, sayang bahkan gombalan keluar dengan enaknya dari mulut seorang Mahesa dan itu cukup membuat Re...