Bagian 6: Sepemikiran

2.2K 301 7
                                    

Haruka menatapku bingung. Aku mengerjapkan mata sembari berpikir. Oh, shit! Aku baru saja berbicara terlalu vulgar. Aku menengok ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada satu individu pun yang mendengar lisan cabulku.

Hingar-bingar kafe tidak menunjukkan gerak-gerik aneh terhadapku. Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Syukurlah, tidak ada yang menyadari kejanggalan lisan yang telah kujejal ke telinga Haruka. Terima kasih Tuhan!

Aku membenarkan posisi dudukku dan berupaya mengkoreksi serentetan kata yang telah terucap.

"Maaf, maksud saya... Anda tahu kan?" Tanyaku sembari memberi isyarat berupa gerakan tangan memutar. "Hubungan sugar daddy dan sugar baby itu bisa lebih dari sekadar berkencan. Apa Anda termasuk salah satu dari mereka?"

Haruka terdiam sejenak. Semburan tawa keluar dari bibirnya yang cerah secerah buah persik. Aku melongo terheran-heran. Apa ada yang salah dengan perkataanku?

"Oh, jika yang Anda maksud itu sejenis 'wanita murahan', tenang-tenang, bukan yang seperti itu!" Terangnya seraya tertawa.

Aku menghela napas lega. Aku bersyukur dugaanku meleset. Dengan begitu, perbincangan ini tidak akan melesat panas sepanas membicarakan artis yang tenar di layar biru.

"Maaf, sepertinya saya tidak begitu detail memberikan penjelasan ya." Ujar Haruka yang berusaha menahan bibirnya agar tidak tersenyum terlalu lebar.

"Langsung ke intinya saja." Wanita itu membetulkan posisi tangannya dan berancang-ancang untuk bercerita.

"Saya adalah tipe wanita alpha. Terlalu mandiri, bahkan rasanya seperti tidak membutuhkan orang lain, termasuk pasangan hidup." Ucapnya seraya menatapku dengan serius.

Aku mengangguk pelan, berusaha memahami penjelasannya.

"Meskipun begitu, saya merasa saya tetap memerlukan pasangan hidup." Tutur Haruka dengan pandangan membeku.

"Lihatlah, saya masih muda. Tapi saya menginginkan hubungan berbasis kedewasaan, no drama club, dan perasaan yang konsisten. Saya tidak memerlukan keterlibatan 'anak kecil' di dalam kehidupan romansa saya."

Oh, jadi dia menginginkan sebuah hubungan serius dengan seorang pria berumur matang? Baiklah.

"Baik, mari kita luruskan perkara ini." Ucapku sembari menyentuh kening.

Secara keseluruhan, aku mengerti mekanisme keterlibatan wanita ini di dalam hidupku. Dia tertarik padaku karena aku terlihat sangat menawan di usia 30-an lalu ingin menjalin hubungan asmara denganku. Aku berasumsi dia sudah tahu kalau aku single dan karenanya dia nekad melamarku. Yah, meskipun cara PDKT-nya terlalu terburu-buru dan tidak natural sih.

"Jadi maksud Anda, Anda ingin menjalin asmara dengan saya karena saya memenuhi kriteria Anda?" Tanyaku memberi kesimpulan.

"Itu dia!" Jawabnya sembari menjetikkan jari.

Aku memejamkan mata sejenak sembari menghela napas panjang. Untung saja dia cantik. Kalau tidak, aku tidak akan datang ke janji temu hari ini.

Aku kembali menopang dagu lalu menilik arah matanya.

"Boleh-boleh saja, toh saya masih single." Jawabku dengan nada datar.

Jemari tangan kiriku menjentik meja hingga terdengar suara ketukan. Aku mengangguk pelan dan berpikir sebentar, kemudian kembali menyoroti wajah Haruka.

"Lagipula saya juga sedang bosan." Lanjutku yang masih melirik nirmala wajah Haruka.

Sebenarnya hanya ada satu hal yang mengganjal benakku. Kenapa dia memberiku pembuka tutup kaleng soda sebagai bentuk usahanya dalam melakukan pendekatan? Wanita ini jadi terkesan aneh dan bergerak terlalu tergesa-gesa, bukan? Mungkin dia tidak memiliki pengalaman dengan pria manapun? Atau dia dikenal aneh oleh orang-orang di sekitarnya? Ah, sudahlah. Jangan terlalu ambil pusing, nikmati saja acara kecil ini. Lagipula wajahnya yang manis dan menggemaskan itu cukup mencuci mataku yang lelah ini.

HaruJoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang